Minggu, 13 Agustus 2017

Penderitaan Menuntun Merendahkan Diri

Penderitaan Menuntun Merendahkan Diri



Raih, rebut, peroleh, itulah kata-kata yang sering dipergunakan kepada orang muda yang mewakili semangat dan perjuangan kaum muda. “Gantungkan cita-citamu setinggi langit dan raihlah” itulah moto orang muda agar bersemangat untuk meraih tujuan dan sesuatu dalam hidup, taklukkan dunia dan mulikilah itulah tujuan orang muda. Intinya meraih, memiliki, menguasai dijadikan ukuran kesuksesan seorang muda. Meraih hikmat, memiliki harta, menguasai manusia, menaklukkan kopetitor adalah tanda keberhasilan orang muda. Terbesit satu pertanyaan dalam pemikiran penulis yaitu, kapan seorang manusia melepaskan, meletakkan, memberi, melepaskan cita-cita, meletakkan kehormatan, memberi yang dimiliki?Hidup beriman dipenuhi dengan proses merebut, meraih, menguasai, semua itu adalah hal yang biasa, tetapi satu proses yang lebih sulit dari itu semua adalah melepaskan, meletakkan, menerima dan berserah. Melepaskan cita-cita, meletakkan keakuan, keangkuhan, meletakkan rancanganku dan menerima rancangan Allah. Meraih, merebut, hanya dapat dilakukan dengan hati bergairah, semangat, tetapi meletakkan, melepaskan, memberi, hanya dapat dilakukan dengan kepasrahan, kedewasaan, dan ketulusan, semua hal ini adalah suatu tingkat kedewasaan iman. Gambar terkaitRasul Paulus dengan segala pikiran dan sepak terjangnya, gairah, semangat, pemikiran, harapan dan cita-cita, dimasa muda, Ia berpikir bahwa Ia telah menyenangkan Allah dengan semua yang dipikirkannya, oleh karena itu dengan semangat masa muda ia membuat suatu terobosan untuk meraih setatus sosial dihadapan masyarakat dan dihadapan Allah, ia meminta surat kuasa dari Sanhendrin agar ia dapat menangkap dan meminasakan orang Kristen, tetapi dalam perjalanan ke Damsyik Ia bertemu Tuhan Yesus dan dijatuhkan, direndahkan dengan kebutaan dan akhirnya semua hikmat, prestasi dinilai terbalik ketika Rasul Paulus katakan “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus”(Flp. 3: 7).Tidak sampai di situ saja, ketika sudah menjadi pelayan Tuhan dengan karunia rohani yang luar biasa, Tuhan menundukkan Paulus dengan penyakit dalam tubuhnya sehingga dalam situasi berat itu ia mengatakan “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor.12:8-9).Salah satu tujuan Allah ketika  mengijinkan penderitaan dalam kehidupan orang percaya yaitu agar setiap orang percaya “merendahkan diri” dihadapan Allah.  Dalam Filipi 2: 5-9  Paulus menulis: “Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Bahwa Yesus sebagai pribadi yang merendahkan diri secara total dalam ketaatan-Nya kepada Allah. Menurut Andreas Darmawan: Merendahkan diri tidak berkaitan dengan karakter atau perilaku seseorang! atau tidak berkaitan dengan sombong dan tidak sombong. Merendahkan hati yaitu dalam kaitan dengan karakter seseorang, sementara rendah diri adalah dalam kaitan dengan keadaan seseorang. Tetapi merendahkan diri yang dipakai dalam Alkitab untuk menunjuk kepada Yesus adalah adalah proses pemberian diri secara utuh kepada Allah.
Merendahkan diri adalah suatu proses meletakkan, melepaskan dan memberi. Melepaskan rancangan, rencana dan rancangan diri dibawah rancangan dan rencana Allah. Meletakkan kehormatan dalam penilaian manusia dan menempuh jalan kehormatan dalam penilaian Allah. Melepaskan hak-hak bagi kepentingan Allah dan memberi apa yang telah dimiliki bagi pekerjaan Tuhan. Semua proses ini sangatlah berat dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah merendahkan diri dihadapan Allah. Tuhan Yesus telah meletakkan segalanya dan taat kepada Bapa bahkan hingga mati di kayu salib.    




  

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.   Introitus: (Iringan musik masuk, dan jemaat mengambil saat teduh). 2.   Votum: Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yan...