Ketika kita susah dan penuh beban, satu hal yang kita inginkan adalah dikunjungi oleh sahabat dan orang terkasih. Itulah yang dilakukan oleh keempat sahabat Ayub, bahkan selama tujuh hari tujuh malam mereka tidak berkata apa-apa kepadanya, dan hanya bersama-sama menangis atas apa yang dialami oleh sahabat mereka. Lawatan dan kehadiran telah mengisi hati dalam porsi besar bagi orang-orang yang berbeban, berduka atau susah.
Seorang penjahat besar Indonesia yaitu John Kei, tidak takut pada apapun, tetapi ketika ia dipenjara di Nusa Kambangan dan diletakkan pada ruang isolasi selama 1 bulan, dimana ia hanya seorang diri dalam satu Gedung dan hanya diberikan makanan dan minuman, disitulah ia mengalami tekanan berat dan menrutnya ia hampir bunuh diri.
Lawatan atau kunjungan selain menjadi kebutuhan dasar manusia, juga telah menjadi budaya, teritimewa dalam budaya Jawa. Budaya lawatan memiliki aturan tersendiri, dimana tidak sopan dan tidak elok jika orang muda di kungjungi oleh yang lebih senior, tidak sopan jika orang tua yang mengunjungi anak. Mudik adalah budaya lawat melawat, atau kunjung mengunjungi di tanah Jawa, disinilah kita menyaksikan anak-anak yang keseharian bekerja di kota dengan penghasilan lumayan mengunjungi orang tua mereka ke kampung halaman kadang dengan hanya membawa sekaleng Khong Quan, tetapi pulang membawa sekarung beras dan lain sebagainya hingga sepeda motor hampir tidak muat lagi. Orang tua yang hidup kekurangan di kampung pertama-tama tidak mengharapkan oleh-oleh dari anak-anak mereka, tetapi lawatan dan kunjungan lebih dari cukup.
Kata “lawatan Allah” sangat sering dipakai oleh gereja-gereja Kharismatik, yang dibuhungkan dengan fenomena-fenomeda ektasis, yaitu gemetar, tumbang, dan lain sebagainya.
Apa yang dimaksud dengan lawatan Allah khususnya dalam peristiwa natal?
Ø Allah mendatangi kita.
Dalam 2 Raj-raja 5 diceritakan seorang panglima Aram yaitu Naaman yang menderita kusta. Naaaman mendatangi seorang hamba Allah di Israel yaitu Elisa dengan segala kemewahan dan kekuatan militernya agar disembuhkan dari kustanya, tetapi Elisa bahkan tidak keluar menemuinya dan hanya mengutus hambanya yaitu Gehazi untuk menyuruh Naaman membasuh dirinya di sungai Yordan. Naaman pergi dengan gusar, tetapi akhirnya atas nasihat pelayannya ia melakukan apa yang diperintahkan Elisa.
Apa yang kita pelajari dari kisah ini? yaitu “betapa berwibawanya nabi Elisa”, bahkan Naaman yang ditakuti Raja Israel tidak ditemuinya ketika ia mendatanginya. Jika hamba Allah saja demikian besar dan berwibawa, bagaimana dengan Allah? Tetapi Allah kita yang adalah Raja diatas segala raja, justru mendatangi kita ditempat kita yang rendah.
Di Indonesia kita memiliki budaya sowan, atau kunjung mengunjungi, dimana tidak sopan bagi seorang adik yang tidak mengunjungi kakak atau yang lebih tua darinya, atau anak yang tidak mengunjungi orang tua mereka. tetapi Allah kita, Ia adalah pencipta kita dan segala yang ada, justru merendahkan diri-Nya dan mendatagi kita.
Ketika kata menda dihubungkan kepada Allah, maka kita harus memahami dalam budaya kita, bahwa ada sesuatu yang tidak wajar, atau tidak sepantasnya untuk dilakukan Allah dan tidak sepantasnya diterima oleh manusia, tetapi Allah kita melakukan-Nya. Manusia dan Allah bukan saja berbeda kualitas dan setatus, tetapi adalah seteru atau musuh, tetapi dengan kasih-Nya yang penuh pengampunan Ia mendatangi kita, bukan untuk membiasakan, tetapi untuk menyelamatkan. Inilah berita besar natal dan keajiban natal yang harus terus kita syukuri, rayakan dan britakan.
Ketika Kaisar Hiro Hito mendengar mengenai berita pengeboman Herosima, ia tidak percaya dan masih terus melawan sekutu, tetapi ketika Nagasaki di bom, ia akhirnya menyerah, dan ia mengutus Menlu Mamoru Shigemitsu dengan cara yang sangat memalukan, menumppang kapal kecil menuju kapal Induk USS Missouri untuk menandatangani pernyataan menyerah tanpa syarat. Demikianlah kenyataan yang lemah mendatangi yang kuat. Allah kita dapat menunjukkan murka dan kegeraman-Nya kepada dunia yang berdosa ini, melebihi dari setiap bom yang pernah dan akan ada, tetapi justru Ia mendatangi kita untuk mengasihi kita orang-orang berdosa.
Ø Menilik:
Salah satu Jendral Indonesia yang sangat dicintai oleh bawahannya adalah Jendral Yusuf, mengapa? Karena ketika ia menjadi Panglima kehidupan tentara saat itu menjadi sangat diperhatikan. Suatu kebiasaan dari jendral Yusuf adalah selalu lewat belakang ketika ia berkunjung ke asrama pasukannya, ia selalu melihat bagaimana dapur dan WC dari bawahannya, sebagai standart dari kepantasan dan kemakmuran. Apa yang dilakukan oleh Jendral Yusuf, bukan sekedar kunjungan atau inspeksi, tetapi lebih tepat disebut menilik.
Menilik adalah berupaya untuk memperhatikan sesuatu secara detail baik hal yang nampak maupun yang tidak nampak, hal yang tersembunyi atau sengaja disembunyikan. Dua minggu yang lalu, ponakan saya, anak dari sepupu saya yang muslim, memposting foto di FB, lalu banyak sahabat bahkan keluarga yang coment, ganteng, berubah dll, tetapi saya melihat hal lain dari Foto itu, lalu saya inbox ke dia menanyakan bagaimana kabarnya. Anak muda itu bekata ia baik-baik saja. Saya masih kurang percaya. Lalu saya bertanya lebih dalam lagi apa masalahnya, dan dengan malu-malu ia berkata, bahwa ia sama sekali tidak memiliki duit bahkan untuk makan. Ketika saya tranfer duit ke dia untuk makan, ia menangis dan mengatakan “ternyata ada yang memperhatikan dia”.
Mata Allah lebih tajam. Ketika Allah melawat kita, maka Ia melihat sisi terdalam dari diri kita, bahkan beban yang kita sendiri tidak sadari. Itulah sebabnya mengapa Rasul Paulus mengatakan: “Demikian juga Roh membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu bagaimana sebenarnya harus berdoa; tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan-keluhan yang tidak terucapkan”. (Rom. 8: 26).
Tilikkan Allah kepada kita, bukan saja melihat masalah dan kebutuhan, tetapi juga hal lain, yaitu dosa! Percakapan Tuhan Yesus dengan wanita Samaria di sumur, memperlihatkan kepada kita, bagaiman Tuhan Yesus melihat masalah mendasar wanita Samaria tersebut dengan mengatakan hal-hal yang disembunyikannya yaitu ia “kumpul kebo dengan lima laki-laki yang bukan suaminya”.
Respon perempuan Samaria ini, harusnya menjadi respon orang percaya atas tilikkan Allah. Ia mengatakan kepada Yesus: Aku tahu, bahwa Mesias akan datang, yang disebut juga Kristus; apabila Ia datang, Ia akan memberitahukan segala sesuatu kapada kami. (Yoh. 4: 25). Perempuan tersebut berlari ke kampung dan memberitahukan apa yang dilakukan Yesus terhadapnya dan merekapun percaya kepada-Nya. Perempuan Samaria tidak tersinggung, tetapi menemukan juru selamat yang menyatakan dosanya, bahkan orang kampungnya juga bertemu dengan juru selamat yang melawat mereka karena pengungkapan dosa itu.
Ø Empati:
Ketika Ayub mengalami bencana dan sengsara, sahabatnya datang kepadanya dan lihat mereka mengoyakkan jubahnya dan menghamburkan debu kelangit, ke kepala mereka dan duduk tujuh hari-tujuh malam menangis bersama-sama Ayub tanpa berkata apapun kepadanya. Selama 7 hari hanya duduk bersama dan tidak mau menadikan nasehat mereka justru menjadi penghakiman yang menambah beban duka. Itulah empati.
Damien adalah seorang padri Katolik asal Belgia. Pada tahun 1873 ia mengunjungi Molokai, sebuah pulau kecil di kawasan Hawaii. Ia begitu semangat datang ke pemukiman penderita lepra di Molokai, membayangkan akan mendapat sambutan antusias. Sesampainya di Molokai, ternyata tak seorang pun yang peduli. Tidak ada seorang pun penderita kusta datang memasuki kapel untuk mendengarkan khotbahnya.
Setahun berlalu dalam kesia-siaan hingga tak terasa waktu menyentuh tahun kedua belas. Damien menyerah! Ia dinafikkan oleh kaum lepra yang begitu tidak peduli dengan kehadirannya, tak acuh pada misi pelayanannya. Ia pun berkemas untuk segera meninggalkan Molokai.
Saat Damien menunggu kapal yang akan membawanya meninggalkan Molokai, di dermaga ia memandangi kedua tangannya. Samar-samar dilihatnya beberapa noda putih lekat di kedua lengan tangan, ia menyentuhnya. “Oh, Tuhan, tanganku mati rasa. Aku kusta…kusta telah menjangkitiku!” Damien meratap, segera ia memutuskan untuk kembali ke pemukiman Molokai sebagai penderita kusta. Keesokan harinya, kebaktian Minggu pagi membuat Damien terkejut. Kapel dipadati jemaat, kaum lepra Molokai. Ia berkhotbah dengan penuh kasih. Kini, ia berhasil menjangkau kaum lepra Molokai, misi yang selama dua belas tahun dirintisnya. Lepra telah menjadi tanda kasih pengorbanan Damien untuk jemaat Molokai. Setelah dua belas tahun, setelah Damien dijangkiti lepra, jemaat Molokai baru terbuka hati mereka. (Agus Santoso, dlm: “A Beautiful Heart”)
Kehadiran Tuhan ke dunia ini, adalah bentuk empati. Dengan kelahiran-Nya, Ia berada pada titik paling rendah. Ketika Ia kanak-kanak, Ia menjadi seorang pengungsi, Ia menjadi Anak tukang kayu, bahkan sampai kematian-Nya.
Natal adalah peristiwa Allah datang ke dunia untuk berempati dengan manusia, berempati dengan kita orang berdosa. Dia yang suci tanpa dosa, harus dibaptis sebagai bentuk empati kepada orang berdosa dengan masuk dalam keadaan orang berdosa, bahkan Ia mati dan terhitung sebagai penjahat yang dimurkai Allah.
Yesus mengalami lapar sebagai empati dengan orang setiap orang miskin sengsara. Ia mengis bersama dengan Maria dan Martha. Hati Yesus masgul ketika melihat janda yang kehilangan anak semata wayangnya, Ia juga tentu berempati pada kita semua yang berduka karena kehilangan orang-orang terkasih. Tuhan melawat kita.