Kesetiaan
dan ketekunan adalah satu kesatuan yg utuh walau keduanya harus dibedakan, hal
ini seperti iman dan perbuatan, keduanya adalah satu kesatuan yg utuh, tetapi
harus dibedakan satu dengan yg lainnya.
Iman tanpa perbuatan pada hakekatnya adalah mati, iman menjadi penyebab perbuatan, kita diselamatkan karena iman dan iman tanpa perbuatan adalah mati, tetapi kita selamat hanya oleh iman semata, bukan berdasarkan perbuatan manusia.
Sebagaimana telah kita jelaskan pada khotbah sebelumnya bahwa: setia adalah sikap atau komitmen hati, atau menetapkan hati terhadap satu pribadi atau kebenaran. Tetapi “setia” itu tidak berarti jika tidak dinyatakan dalam perbuatan terus menerus atau “ketekunan”.
Segala sesuatu dalam hidup manusia selalu berproses, termaksud kehidupan Iman, bahwa iman harus dinyatakan dalam perbuatan dan perbuatan itu harus dilakukan seumur hidup, sebagaimana kata Firman Tuhan: “yaitu hidup kekal kepada mereka yang dengan tekun berbuat baik, mencari kemuliaan, kehormatan dan ketidakbinasaan”. (Rm 2:7).
Pokok penting iman Kristen adalah “Kesetiaan”, dan kesetiaan dinyatakan dalam “ketekunan” dan ketekuan itu, selalu melewati api ujian, dan api ujian itu akan membuktikan semua proses dan kualitas, apakah ia tahan uji atau tidak. Jika kita membangun kehidupan iman kita dengan jerami, maka ia akan terbakar dan tidak tersisa apa-apa, tetapi jika kita membangunnya dengan emas, maka api ujian justru menambah kemurniannya.
Para Rasul menekankan proses dalam hidup beriman, dengan penekanan yg berbeda beda:
· Rasul Paulus mengatakan: Rom. 5:3-5. “kesengsaraan menimbulkan ketekunan, dan ketekunan menimbulkan tahan uji dan tahan uji menimbulkan pengharapan. Dan pengharapan tidak mengecewakan.
· Rasul Petrus menekankan secara berbeda: dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, 2Ptr 1:6
Ketika Allah menganugerahkan iman kepada kita dengan cara membuka mata rohani kita untuk mengakui Yesus sebagai Tuhan dan mengakui kebenaran-Nya, ketika kita menguduskan Dia dalam hati kita dan berkomitmen kepada-Nya, itulah “kesetiaan”. Kesetiaan hanya akan menjadi sikap hati, jika kita tidak menyatakannya dalam perbuatan terus menerus, itulah yg namanya “ketekunan”, kita tekun berbuat baik, kita tekun beribadah, kita tekun berdoa, tekun membaca, mendengar dan belajar Firman. Ketika pencobaan silih berganti datang dan kita tetap teguh sampai Tuhan memanggil kita pulang, itulah akhir dari perjalanan iman kita, dan kita telah menyelesaikan pertandingan dengan baik.(2 Tim 4: 7-8)
Kesetiaan tanpa ketekunan melakukan panggilan dan tugas sebagai orang beriman, hanyalah idealism semata. Jika ketekunan tidak ada, maka kesetiaan pada akhirnya tidak memiliki bentuk nyata, menjadi lemah dan akhirnya mati. Dan akhirnya tahan uji akan membuktikan semuanya bangunan yg telah diganun gagal atau berhasil.
Mengapa kita harus setia dan bagaimana kesetiaan & ketekunan itu dinyatakan?
1. Kesetiaan & Ketekunan membuktikan dan memperkuat iman.
· 2Taw 12:14 Ia berbuat yang jahat, karena ia tidak tekun mencari TUHAN.
· 1Tim 4:13 Sementara itu, sampai aku datang bertekunlah dalam membaca Kitab-kitab Suci, dalam membangun dan dalam mengajar.
· Why 14:12 Yang penting di sini ialah ketekunan orang-orang kudus, yang menuruti perintah Allah dan iman kepada Yesus.
Salah satu sikap manusia adalah “bosan”, bosan terhadap yg rutinitas dan tidak penting, dan yg membahayakan jika kita mengalami kebosanan kepada hal-hal prinsip.
Dari kecil kita mengalami kebosanan, itulah sebanya ada anak-anak yg merengek dibelikan mainan, tetapi setelah mainan itu diperoleh, hanya beberapa saat saja ia telah bosan dan merusaknya. Hal ini juga dialami oleh orang dewasa, kadang bekerja untuk memperoleh sesuatu, seperti mobil, motor dll, tetapi setelah diperoleh, beberapa saat saja mengalami kebosanan. Mobil yg baik itu mahal, dan setelah dibeli itu mahal harganya, tetapi bagi orang yg setia dan tekun, yg merawat apa yg dimilikinya, suatu saat mobil itu akan menjadi mobil antic yg langka dan harganya sangat mahal.
Kebosanan terhadap hal-hal prinsip dalam hidup, pada akahirnya akan merusak hidup, ketika seseorang bosan kepada suami atau isteri, bosan bergereja, itulah sebabnya banyak gereja yg mulai mengundang pelawak dan artis untuk mengisi altar dan mimbar. Bosan mendengar Firman, bosan berdoa, bosan melayani.
Dari semua ini, saya tidak pernah mendengar orang Indonesia mengatakan bosan makan nasi! Bosan minum air! Itulah sebabnya nasi kita ssebut makanan pokok, dan air adalah kebutuhan pokok kita.
Saya ingat bersama-sama dengan seorang jemaat ke Gramedia, untuk membeli gitar bagi anaknya, karena anaknya minta gitar, tetapi setelah beberapa saat gitar itu di beli, maka yg terjadi yaitu bosan.
Mengapa bosan? Ada berbagai macam alasan, tetapi jika tekun belajar dan menemukan pengalaman-pengalaman baru, memiliki komunitas yg sama & hasil yg diperoleh itu dihargai maka mungkin tidak bosan. Tetapi dari semuanya itu, adalah “kesetiaan & Ketekunan”.
Kesetiaan & ketekunan pada akhirnya akan menguatkan iman kita. Jika kita katakana beriman pada Yesus Kristus, dan komitmen dalam hati untuk menjadikan Dia Tuhan dan juru selamat kita atau kita mau katakana “setia” kepada-Nya, tetapi kita tidak tekun beribadah, mendengarkan Firman, tekun membaca dan belajar Firman, tekun berdoa. Pada sisi lain kita hidup ditengah-tengah orang yg tidak beriman dan bergaul dengan mereka, mendapat pikiran dan nasehat bukan berdasar Firman Tuhan, maka, komitemen atau kesetiaan dalam hati kita perlahan-lahan akan terkikis, menjadi suam-suam kuku dan akhirnya mati.
Kita tidak mungkin akan mengalami pengalaman doa, jika kita tidak tekun berdoa, begitu pula kita tidak akan pernah suka baca Firman dan bertumbuh didalamnya, jika kita tidak terus tekun membacanya. Kita tidak mungkin merasakan hadirat Allah, jika kita tidak setia dan tekun beribadah.
2. Hanya dengan kesetiaan dan ketekunan, gereja terjaga dan bertumbuh bersama.
1Kor 11:19 Sebab di antara kamu harus ada perpecahan, supaya nyata nanti siapakah di antara kamu yang tahan uji.
Masikah kita teringat akan “William Carey” seorang Baptis yg menjadi penginjil di India. Hal apa yg kita pelajari dari dirinya dan pelayanannya? Yaitu kesetiaan, ketekunan dan tahan uji. Terhadap apa & siapa? Terhadap kerasnya kehidupan, tetapi yg terutama adalah “setia, tekun dan tahan uji terhadap orang India”.
Seorang ayah di kupang seedih dengan kehidupan anak laki-lakinnya yg suka mabuk. Suatu saat ia mengambil hati babi, si bapak berusaha mengajar anaknya akan bahaya meminum minuman keras, lalu ia menaruh hati babi tersebut dalam toples dan menyiramkannya dengan “sopi (arak)”, dan kelihatanlah cacing pita dari hati babi itu keluar, menggelepar dan mati, demikian juga dengan hati babi itu mengkerut karena minuman itu.
Sebagai tantangan, bap aitu bertanya kepada anaknya, kau lihat dampak dari minum sopi? Anaknya menjawab, ia papa! “kalau kita cacingan maka minum sopi”!
Allah tidak memanggil kita unuk merasakan anugerah keselamatan seorang diri. Kesetiaan & Ketekunan, bukan hanya menyangkut diri kita sendiri, kehidupan beriman pribadi kita, tetapi juga bagi persekutuan orang beriman atau gereja-Nya.
Kesetiaan dan ketekunan orang percaya, selain utuk merubahkan dan mengokohkan iman, juga bertujuan agar anggota jemaat saling merubahkan, khususnya orang-orang terdekat kita.
Kita berubah dari bayi rohani menjadi orang dewasa, dari orang yg buruk menjadi baik, karena Allah setia dan tekun kepada kita, tetapi ketika kita telah berubah, pandai, kita menjadi tidak setia dan tekun dengan orang-orang disekitar kita, kita meninggalkan persekutuan, bahkan mungkin menghancurkannya.
Satu hal lagi, bahwa kita bisa berubah menjadi lebih baik pada saat ini, karena ada orang-orang yg sabar dan tekun untuk megajar kita, membimbing kita, mendengarkan kita, mendoakan kita dan akhirnya merubah kita!
Setiap anak hebat, lahir dari orang tua yg setia, tekun dan tahan uji terhadap anak-anak mereka, merubah mereka perlahan-lahan.
Kita tidak dipanggil untuk menjadi mansia egois yg hanya mau masuk surga sendiri, tetapi tidak memiliki hati yg menangisi jiwa-jiwa tersesat. Kita dipanggil dan diamanatkan untuk pemberitaan Injil, tetapi juga tumbuh bersama sebagai gereja.
Perpecahan tidak harus ada, apa yg dikatakan oleh Paulus adalah suatu penglihatan masa depan yg penuh dengan egosentris yg mengakibatkan perpecahan dalam jemaat. Perpecahan itu adalah pekerjaan setan!
Yesus Kristus adalah pribadi yg paling setia, Ia mengumpulkan murid dari orang-orang rendah dan terpinggirkan. Diantara para murid yg tidak berpendidikan, Tuhan Yesus harus ekstra keras mengajar mereka, tetapi seseaat sebelum Ia naik ke sorga, para murid masih belum sungguh-sungguh mengerti diapa diri-Nya yg sebenarnya dan apa yg diperjuangkan-Nya. Tetapi Ia tetap setia kepada mereka, bahkan Ia mempercayakan domba-domba-Nya kepada mereka dan khususnya kepada Petrus.
3. Hanya dengan kesetiaan kita mendapatkan upah dan tujuan iman kita.
Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah”. (1Kor 3:14).
Derek Radmond: seorang pelari 400m berusaha meraih medali Emas Olimpiade Barcelona 1992, namun ketika berlari dan tersisa 150m mengalami keram yg menyakitkan, mimpinya untuk emas telah pupus, team medis datang membwa tandu baginya, tetapi Ia menolak, ia tidak berpikir untuk emas lagi, tetapi hanya dengan satu tujuan yaitu menyelesaikan pertandingan itu dengan mencapai finish.
Ditengah-tengah perjuangannya itu, seorang pria bertopi berlari mendekati, ia adalah pelatih dan sekaligus ayah Redmond, ayahnya juga memintanya untuk berhenti tetapi Redmond berkeras untuk menyelesaikan pertandingan. Negara, mengutusnya paling minim adalah untuk menyelesaikan pertandingan dengan baik dan semampunya.
Derek Redmod, tidak mendapat medali apa-apa, tetapi karena kegigihan dan ketekunan yg ditunjukkan untuk mencapai finis dalam keadaan cedera yg menyakitkan, semua penonton yg berjumlah 65.000 orang, berdiri bertepuk tangan baginya, melebihi tepuk tangan bagi peraih medali emas. Redmod adalah pahlawan sebenarnya dari pertandingan itu.
Kita juga memiliki kisah Hyvon Ngetich seorang pelari wanita Kenya, yg mengalami cedera dan kehabisan tenaga ketika berlari marathon di Austin, yg merangkak untuk mencapai finish.
Jika kita, apa yg akan kita lakukan ketika mengalami hal yg sama? Kita mungkin akan berhenti, toh kita tidak memperoleh apa-apa? Untuk apa bersusah dan sengsara untuk merangkak sampai ke finis?
Ketika para wartawan mewawancainya, ia berkata bahwa: negaranya mengirimnya untuk bertanding dan pertandingaan itu harus sampai pada finis, untuk menjadi juara harus sampai pada finis.
Untuk sampai pada finis harus ada kesetiaan dan ketekunan untuk berlatih dan ketekunan itu menghasilkan tahan uji sehingga kita dapat bertahan, merangkak dalam penderitaan sampai pada finis. Itulah sebabnya mengapa ayat ini mengatakan: “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupanyang dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”. (Yak 1:12).
· Mat 24:13 Tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.
· Luk 21:19 Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."
Kesetiaan, ketekunan dan tahan uji membawa kita menuju finis yg ditetapkan Tuhan, sebab hanya dengan mencapai finis kita mendapatkan seseuatu yaitu mahkota kehidupan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: