Sabtu, 12 Agustus 2023

Berpikir sederhana/patut.

 

Suatu saat berolahraga (lari sore) dengan seorang anak remaja gereja. Saat itu kami berdua, berlari di depan hotel J.W Marriott. Ketika kami sedang berlari ada seorang anak kecil, sangat dekil, berusia sekitar 5 tahun, berlari mengikuti di belakang kami dengan sangat gembira.

Karena tertarik dengan anak itu, saya membawa dia ke Indomaret dan meminta dia untuk menunjuk apa yg dia mau dan saya akan membayar. Ia sangat ragu, tetapi karena didesak, ia menunjuk beberapa jajan dan mainan, setelah itu, ia salam dengan cium tangan saya dan mengatakan “Suwun Lek”, lalu ia pergi menuju ayahnya yg ternyata seorang pemulung.

Walau anak itu dekil, dan ayahnya seorang pemulung yg tentunya miskin, tetapi kesukacitaannya sangat menggugah saya, bahwa beban hidup itu  pertama-tama bukan berbicara mengenai keadaan yg sulit, tetapi hati dan pikiran yg sederhana.

Dimanakah beban hidup itu berasal, apakah karena kesulitan? Kemiskinan? Masalah? Mungkin saja! tetapi beban hidup yg berat, pertama-tama ada dalam hati dan pikiran.

Salah satu ucapan berkat yg sering didoakan oleh St. Paulus adalah: “Damai sejahtera Allah, yg melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus” (Flp. 4: 7). Allah memelihara hati dan pikiran kita, bukan saja agar kita tidak salah dalam berpikir, tetapi agar hati dan pikiran kita tidak menanggung beban yg tidak harus dipikul.

Agar hati dan pikiran kita tidak terbeban, Rasul Paulus mengajar jemaat sekalian untuk disiplin berpikir atau management hati dan pikiran. Ia menyerukan: “Berdasarkan kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, aku berkata kepada setiap orang di antara kamu: Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan, tetapi hendaklah kamu berpikir begitu rupa, sehingga kamu menguasai diri menurut ukuran iman, yang dikaruniakan Allah kepada kamu masing-masing”. (Rm 12:3). Bagaimanakah berpikir yg sederhana dan patut itu?

      1.      Jangan memikirkan sesuatu yg berada diluar kendali kita.

Apa yg paling berharga didalam hidup kita, bukankah “hidup”, sementara hidup itu adalah anugerah Allah. Hal yg paling berhaga dalam hidup kitapun berada di luar kendali kita, oleh karena itu, adalah kebodohan jika kita membebani pikiran mengenai penunjang hidup, yaitu apa yg akan dimakan dan pakai, bukankah hidup itu lebih penting, bukankah hidup itu diluar kendali kita.

Sebagian orang hidup dengan beban berat, karena terlalu memikirkan presepsi orang terhadapnya. Pikiran dan presepsi orang, ada di luar kendali kita, kita tidak dapat mengendalikan pikiran orang, yg ada dalam kendali kita yaitu “pikiran kita sendiri dan perbuatan kita”, lakukanlah yg benar dan pikirkan yg benar, presepsi orang itu urusan mereka.

      2.      Pertama-tama pikirkan yg menjadi tanggung jawab kita, lalu kemudian orang lain.


Ketika berjalan ke bukit, sebelum Tuhan Yesus naik ke Sorga, St. Petrus bertanya kepada Tuhan Yesus mengenai nasib Yohanes, tetapi Tuhan Yesus menjawabnya: “jika aku kehendaki ia tetap hidup sampai Aku datang kedua kali, itu bukan urusanmu”. Kata sederhanya Tuhan Yesus mau mengatakan: “urus yg menjadi tanggungjawabmu”.

Siapapun manusia, sehebat apapun ia, ia bukan segala-galanya. Kita bukan segala-galanya. Kita tdiak dapat mengurus segala hal sendirian. Seorang isteri memiliki tanggungjawabnya sendiri, demikian juga dengan suami.

Dalam hubungan keluarga, social, persekutuan, setiap orang memiliki tanggungjawab masing-masing. Jangan sibuk membantu tanggung jawab orang, sementara tanggung jawab kita sendiri masih belum mampu kita lakukan. Keluarkan balok di mata kita, agar pandangan kita terang ketika membantu orang lain mengeluarkan selumbar dari matanya.

Jika anda sebagai pria, suami, anggota persekutuan, anggota masyarakat, sebagai pekerja atau pedagang, pikirkan dan selesaikan dahulu apa yg menjadi tanggungjawab kita.

Janganlah kamu memikirkan hal-hal yang lebih tinggi dari pada yang patut kamu pikirkan. Kiranya damai sejahtera Allah yg melampaui akal itu memelihara hati dan pikiran kita, agar pikiran dan hati kita ringan dari beban, kiranya hati dan pikiran kita memiliki damai sejahtera. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Kubersyukur Bapa   Banyak yang Kau perbuat Didalam hidupku Rancanga...