Iman Melahirkan Keberanian

Sekitar abad ke 4 M, Agustinus bapa gereja Barat menentang suatu kelompok dalam gereja yang diekenal dengan bidat Montanisme yaitu suatu kelompok yang dipimpin oleh Montanus, gerakan ini pada mulanya yaitu menentang para rahib dan pemimpin gereja yang waktu sebelum Konstantinus Agung menyatakan Kristen adalah agama negara pada tahun 312 M. Sebelum jaman Konstantinus Agung, orang Kristen mengalami banyak penyiksaan dan penganiayaan yang menjadikan banyak orang kristen menyangkal iman mereka karena ketakutan dan tidak sedikit diantara mereka adalah para rahib atau para imam. oleh karena itu Konstantinus Agung mengumumkan bahwa Kristen adalah agama negara, banyak orang Kristen yang dahulu murtad termaksud diantaranya adalah pendeta kembali menjadi orang Kristen. Para pendeta yang dahulu murtad inilah yang ditentang oleh Montanus, dan juga pendeta yang terlibat masalah moral, bahwa pelayanan mereka tidak sah. Selain banyaknya orang Kristen yang menyangkal imannya karena takut, juga sejarah telah membuktikan bahwa banyak orang Kristen yang melawan ketakutan mereka dan dengan tegas menyatakan iman percaya mereka secara terbuka dan pengerbanan mereka telah menjadi benih bertumbuhnya gereja-gereja Tuhan.

Iman bukan hanya menjadikan seseorang diselamatkan, tetapi iman harus berdampak pula dalam kehidupan saat ini. Damai sejahtera adalah dampak dan tanda dalam kehidupan sehari-hari orang beriman. Ketika Tuhan Yesus akan naik ke surga maka Ia mengatakan “damai sejahtera-Ku Ku tinggalkan bagimu”.
Dosa membawa dampak yang kontras dengan iman, yaitu mengakibatkan “ketakutan”. Tak ada sukacita, sukacita dan damai dalam ketakutan. Hanya satu jalan untuk memperoleh damai sejahtera yang sejati yaitu iman kepada Yesus Kristus, tetapi ada berbagai macam cara dan jalan bagi ketakutan merasuki hidup kita. Takut kekurangan, takut terhadap masa depan, takut memulaikan sesuatu. Dari semua kketakutan itu, satu ketakutan yang sangat berbahaya yaitu takut memikul konsekuensi iman, atau takut menyatakan kebenaran, itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus mengatakan “setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku (Mat. 16:24)”, dalam arti bahwa banyak orang yang mau mengikut orang tetapi sedikit orang yang mau menanggung konsekuensi ikut Yesus.
Dalam Ibrani 11: 23 tercatat orang tua Musa sebagai saksi-saksi iman, dimana yang mereka lakukan adalah menyembunyikan Musa selama tiga bulan setelah ia lahir, walau pada akhirnya mereka tidak bisa lagi menyembunyikan Musa dan menghanyutkannya di Sungai Nil, tetapi apa yang mereka lakukan selama tiga bulan adalah suatu tindakan iman yang sangat besar yaitu “keberanian”. “Karena mereka melihat, bahwa anak itu elok rupanya dan mereka tidak takut akan perintah raja (Ibr.11:23b). Iman membangkitkan keberanian keberanian untuk berpihak pada kebenaran Allah, keberanian yang rela menanggung konsekuensi mengikut Yesus, walau konsekuensi itu adalah salib dan penyangkalan diri, tetapi hanya inilah jalan satu-satunya untuk mendapatkan damai sejahtera yang sejati. Keberanian iman menyingkirkan ketakutan yang menggerogoti damai sejahtera dalam diri.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: