Gereja Bagaikan Angkot Tua dan Toilet Umum.
Joyoboyo adalah terminal yang melekat dihati penulis, sebab sewaktu penulis masih kuliah dan melakukan pelayanan week end terminal inilah yang menjadi pusat pergerakan penulis. Joyoboyo bagaikan jantung dalam tubuh manusia bagiku ketika gereja belum membeli kendaraan pelayanan dimana Joyoboyo menjadi tempat persinggahan dari dan kemananpun seperti darah yang akan ke seluruh tubuh akan akan selalu melewati jantung untuk dipompa ke seluruh tubuh.
Joyoboyo adalah tempat kendaraan yang mengantarkan setiap orang kepada tujuan yang dirindukan dan begitu setia kendaraan itu menunggu setiap penumpang untuk diantarkan. Kendaraan-kendaraan itu walau jelek dan panas tetapi menjadi kebutuhan mendasar. Satu hal lagi yang menjengkelkan yaitu sering kali dalam keadaan yang panas saya harus menunggu penumpang yang lain memenuhi kendaraan itu agar cepat berangkat, karena sopir tidak akan berangkat sebelum kendaraan itu penuh, walau kadang hanya tinggal tersisa satu penumpang sopir akan selalu menunggu hingga penumpang menjadi genap. Penulis kadang teringat dengan perumpamaan Tuhan Yesus mengenai gembala yang meninggalkan sembilan puluh sembilan domba dan pergi mencari seekor domba yang terhilang, demikianlah kedaannya dengan satu penumpang yang belum datang. Suatu berkat besar kalau diantara penumpang itu adalah seorang wanita cantik dan duduk berdampingan dengan penulis, tetapi sering kali penumpang yang naik tidak cantik dan juga sedikit berbau tidak sedap, tetapi penumpang yang telah menunggu tidak dapat menolak karena bagaimanapun keberadaanya ia sangat dibutuhkan karena sopir butuh kegenapan jumlah agar dapat berangkat.
Dalam pengakuan iman Rasuli salah satu pokok pengakuan adalah: “aku percaya Roh Kudus, gereja yang kudus dan am, persekutuan orang-orang kudus”. Pengakuan iman terhadap gereja dihubungkan dengan Roh Kudus dan dua kali gereja dikatakan Kudus. Rasul Paulus menyebut jemaat Korintus yang suka bertika dan banyak pelanggaran itu sebagai orang-orang kudus, walau ada berbagai macam bau tidak sedap dalam jemaat itu yaitu bau pertikaian, perpecahan, bau percabulan (I Kor 5: 1) dan berbagai bau yang lain, tetapi Paulus tetap menyebut mereka dengan sebutan persekutuan orang-orang kudus.Kata kudus yang disematkan pada Gereja tentunya adalah khusus bagi Allah, suci, bersih, jauh dari kekotoran. Kudus tentunya jauh berbeda dengan angkot tua dan penumpangnya yang beragam, tetapi bagaimanapun angkot tersebut akan membawa mereka ke tujuan. Kudus juga tentunya jauh dari kekotoran toilet umum, sering banyak orang bersikap seperti akan memasuki toilet umum saat akan bergabung di gereja, tetapi tanpa sadar tempat yang bau itu tetap menjawab kebutuhan dasarnya, sering kali mereka mengatakan bau, tanpa sadar mereka sendiri mengeluarkan yang bau ditempat itu dan tempat itu menyucikan mereka. Gereja adalah kebutuhan dasar manusia walaupun sering kali tercium bau busuk didalamnya tetapi ditempat itulah mengkuduskan kita dan menjawab kebutuhan mendasar kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: