Salah Melihat Kristus Yang Bangkit
Luk. 24: 36-49

Di sekitar Galilea juga Ia banyak membuat
mujizat. Satu mujizat yang pernah dilakukan Tuhan Yesus, ketika Ia berjalan
diatas air untuk menghampiri para murid yang telah bertolak terlebih dahulu ke
seberang, ia mendatangi mereka pada subuh hari, dan mereka “mengira Dia hantu”.
Kedua kali para murid mengira Dia hantu yaitu pasca kebangkitan-Nya yaitu di
ruang atas. Itulah sebanya kedua tempat ini sangat penting bagi Yesus dan para
murid.
Salah mengenal Kristus yang bangkit dan
mengira Ia adalah hantu, bukan sekedar permasalahan penglihatan mata, tetapi
lebih kepada permasalahan hati dan pemahaman, hal itu terlihat dari perkataan
Yesus sendiri: “mengapa kamu ‘terkejut’ dan apa sebabnya timbul ‘keragu-raguan
dalam hati kamu’. Inilah yang menjadi penyebab utamanya.
Para murid mengira Kristus yang bangkit
sebagai ‘hantu’, tidak akan dialami lagi dijaman ini, tetapi “melihat ‘hantu’
sebagai Tuhan itulah yang akan serring terjadi. Semua ini tergantung hati dan
pemahaman seseorang. Itulah sebabnya Rasul Paulus menekankan pentingnya orang
percaya ‘membedakan roh’ agar tidak keliru mengidentifikasi Kristus dan
karya-Nya, disepanjang zaman (I Kor. 12: 10;
I Yoh. 2: 3; 4:2,6. Efesus. 1: 17).
Berbicara salah mengidentifikasi Roh
Kristus bukan hanya terjadi dalam ibadah, tetapi disegenap hidup orang percaya,
iblis akan selalu berupaya untuk memalsukan kebenaran yang membuat orang
percaya tersesat, kikir sebagai hemat, keseharakahan sebagai keuntungan besar,
penderitaan hanya sebagai kutukan, tipuan sebagai siasat, dosa hanya sebatas
criminal, dosa hanya sebatas aib, ikut Yesus pasti kaya, ikut Yesus tidak ada masalah, dll.
Bagaimana jalan keluar, agar orang
percaya dapat mengenal Kristus yang bangkit itu, secara benar?
1. Mengenal Bekas Lukanya.
Sengsara, salib dan bekas luka-Nya adalah
tujuan dari kedatangan-Yesus. Salib bukan suatu insiden atau tindakan darurat,
ketika segala upaya yang lain sudah gagal dan ketika segala sesuatu tidak dapat
dipakai lagi. Salib, sengsara, dan bekas luka-Nya adalah rencana Allah.
Yesus yang sejati adalah Yesus yang
selalu membawa bekas luka dan sengsara-Nya diatas kayu Salib, walau Ia telah
bangkit dengan tubuh kemuliaan. Yesus yang sejati adalah Yesus tidak memisahkan
antara salib dan mahkota kemuliaan. Memberitakan Yesus yang sejati adalah
memberitakan dia yang tersalib sebagai jalan menuju kemuliaan. Pengikut Yesus
yang sejati adalah orang-orang yang memikul salibnya sendiri dan menyangkal
diri.
Pemberitaan Injil yang berfokus pada
kekayaan, kesembuhan, kemakmuran yang terpisah dari sengsara dan tempaan salib
adalah tipuan iblis, meskipun itu diberitakan oleh pendeta-pendeta yang
dipresepsepsikan sebagai pendeta besar.
2. Mengenal Kristus Yang Bangkit Dalam
Firman.
Mengapa para murid terkejut dan
timbul keragu-raguan dalam hati mereka? karena mereka tidak membaca dan tidak
mengerti Firman Tuhan. Zaman akan berubah, selera agama akan berubah, cara
orang beriman akan banyak bergeser, tetapi Firman Allah kekal untuk selamanya.
Ketika
para murid mengira Kristus yang bangkit adalah ‘hantu’, selain Ia
memperlihatkan bekas luka sengsara-Nya, Ia pun berkata: inilah perkataan-Ku,
yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni
bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat
Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur. Lalu Ia membuka pikiran
mereka. sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
Kitab
Suci ditulis oleh sekitar 40 penulis, dengan latar belakang berbeda, zaman yang
berbeda, cara berbeda, tetapi Alkitab berfokus pada satu pribadi yang sama
yaitu Mesias yang sengsara, yaitu Yesus Kristus. Ia merupakan pusat karya Allah
bagi penebusan dosa, Ia adalah pusat harapan harapan Israel dan Gereja. Ia
adalah pengharapan dunia ini.
Ribuan
tahun sebelum Yesus lahir, para nabi-nabi telah menubuatkan; bahkan sejak di
taman Eden Ia sudah dijanjikan. Alkitab menuliskan bagaimana lahirnya,
bagaimana sengsaranya, bagaimana focus pemberitaan-Nya, bagaimana cara
hidup-Nya, bagaimana cara mati-Nya, bagaimana Ia bangkit dan bagaimana Ia akan
datang kedua kali sebagai puncak dan akhir dari segala sesuatu. Alkitab juga
menuliskan bagai mana cara orang harus mengenal-Nya, bagaimana cara orang
mengikuti-Nya.
Mengenal
Yesus yang sejati, tidak boleh berdasar pengalaman-pengalaman subjektif semat, juga
bukan berdasar mimpi-mimpi pendeta. Allah telah memberikan kepada kita
Firman-Nya untuk menuntun pengalaman subjektif kita agar mengenal-Nya secara
pribadi. Rasul Paulus dengan sangat keras memperingatkan gereja akan hal ini:
“tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang
memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang
telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia (Gal. 1: 8).
Dunia
maya, dunia virtual, akhirnya telah perlahan-lahan menggeser sentralitas Firman
Tuhan dalam hidup orang percaya, terutama angkatan kaum milenial murni (lahir
ditahun 2000 keatas), bahkan itu terjadi di ruang-ruang ibadah nyata.
3. Merasakan damai sejahtera-Nya.
Mengenal Yesus secara
pribadi benar adanya, sebab Ia harus menjadi Tuhan dan juru selamat secara
pribadi. Tetapi mengenal Dia secara pribadi, tidak boleh didasari oleh
kebenaran pribadi dan perasaan pribadi. Pengalaman pribadi itu harus dituntun
oleh Firman. Firman Tuhan adalah kebenaran objektif yang menuntun pengalama
subjektif kita dalam mengenal Kristus yang bangkit.
Mengenal dan menjadikan
Kristus yang bangkit secara pribadi adalah seperti perkataan Ayub: “Hanya dari
kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri
memandang Engkau” (Ayub. 42: 5).
Mengenal Yesus menurut kata
pemberita Injil, pendeta, itu harus dan menjadi rujukan utama, tetapi mengenal
Kritus yang bangkit bukan sekedar menurut kata orang, pengalaman orang, tetapi
harus menjadi kataku, dalam pengalaman hidup dengan Dia.
Ketika Kristus menyatakan
diri kepada murid, Ia mengucapkan ‘salam damai sejahtera’. Mengenal Kristus
yang sejati, selain mengenai pemahaman yang bertumbuh akan Kristus, tetapi juga
hati yang damai sejahtera, inilah ukuran mengenal Dia secara pribadi. Damai
sejahtera yang dimaksud, tentu saja tidak bertentangan dengan kebenaran
objektif. Mungkin kata orang bahwa Dia menyembuhkan, mengapa akau tidak
disembuhkan? Tetapi, aku menerima keadaan ini dengan damai sejahtera, sebab aku
tahu bahwa Dia sedang berbicara dalam jalan hidupku secara pribadi. Walau dalam
keadaan sakit, aku tetap menyaksikan kebaikan-Nya dan kesetiaan-Nya.
Biarlah kiranya semakin
hari, semakin kita mengenal pribadi-Nya, bertumbuh dewasa Ke arah Kristus, bertambah-tambah
kuat dalam iman. Hingga Ia datang dan menemukan iman yang murni dalam hidup
kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: