Sabtu, 25 April 2020

Khotbah Ibadah Minggu GBI Bethsda


Salah Melihat Kristus Yang Bangkit  
Luk. 24: 36-49

Antara Danau Galilea dan ruang atas, adalah tempat kenangan bersama Tuhan Yesus. Galilea adalah tempat dimana Yesus dibesarkan. Danau Galilea adalah titik pertama ketika Tuhan Yesus memulai pelayanan-Nya, ditempat inilah Ia pertama kali memilih murid-murid-Nya. Di sekitar danau Galiela Ia mengproklamirkan nilai kerajaan Allah dengan khotbah di bukit yang terkenal itu. Di galilea juga pertama kali Ia memberitakan kematian-Nya. Galilea juga adalah titik pertemuan terakhir Tuhan Yesus dengan para murid, sebelum Ia naik ke Sorga. Selain galilea, ruang atas adalah tempat yang penting, sebab ditempat itu Ia melakukan perjamuan terakhir dan di tempat itu pula murid-murid selalu berkumpul setelah kematian-Nya, dan ditempat itu pula Ia menampakkan diri kepada seluruh murid setelah kebangkitan-Nya.
Di sekitar Galilea juga Ia banyak membuat mujizat. Satu mujizat yang pernah dilakukan Tuhan Yesus, ketika Ia berjalan diatas air untuk menghampiri para murid yang telah bertolak terlebih dahulu ke seberang, ia mendatangi mereka pada subuh hari, dan mereka “mengira Dia hantu”. Kedua kali para murid mengira Dia hantu yaitu pasca kebangkitan-Nya yaitu di ruang atas. Itulah sebanya kedua tempat ini sangat penting bagi Yesus dan para murid.
Salah mengenal Kristus yang bangkit dan mengira Ia adalah hantu, bukan sekedar permasalahan penglihatan mata, tetapi lebih kepada permasalahan hati dan pemahaman, hal itu terlihat dari perkataan Yesus sendiri: “mengapa kamu ‘terkejut’ dan apa sebabnya timbul ‘keragu-raguan dalam hati kamu’. Inilah yang menjadi penyebab utamanya.  
Para murid mengira Kristus yang bangkit sebagai ‘hantu’, tidak akan dialami lagi dijaman ini, tetapi “melihat ‘hantu’ sebagai Tuhan itulah yang akan serring terjadi. Semua ini tergantung hati dan pemahaman seseorang. Itulah sebabnya Rasul Paulus menekankan pentingnya orang percaya ‘membedakan roh’ agar tidak keliru mengidentifikasi Kristus dan karya-Nya, disepanjang zaman (I Kor. 12: 10;  I Yoh. 2: 3; 4:2,6. Efesus. 1: 17).
Berbicara salah mengidentifikasi Roh Kristus bukan hanya terjadi dalam ibadah, tetapi disegenap hidup orang percaya, iblis akan selalu berupaya untuk memalsukan kebenaran yang membuat orang percaya tersesat, kikir sebagai hemat, keseharakahan sebagai keuntungan besar, penderitaan hanya sebagai kutukan, tipuan sebagai siasat, dosa hanya sebatas criminal, dosa hanya sebatas aib, ikut Yesus pasti kaya, ikut Yesus tidak ada masalah, dll.
Bagaimana jalan keluar, agar orang percaya dapat mengenal Kristus yang bangkit itu, secara benar?  
1.     Mengenal Bekas Lukanya.
Sengsara, salib dan bekas luka-Nya adalah tujuan dari kedatangan-Yesus. Salib bukan suatu insiden atau tindakan darurat, ketika segala upaya yang lain sudah gagal dan ketika segala sesuatu tidak dapat dipakai lagi. Salib, sengsara, dan bekas luka-Nya adalah rencana Allah.
Yesus yang sejati adalah Yesus yang selalu membawa bekas luka dan sengsara-Nya diatas kayu Salib, walau Ia telah bangkit dengan tubuh kemuliaan. Yesus yang sejati adalah Yesus tidak memisahkan antara salib dan mahkota kemuliaan. Memberitakan Yesus yang sejati adalah memberitakan dia yang tersalib sebagai jalan menuju kemuliaan. Pengikut Yesus yang sejati adalah orang-orang yang memikul salibnya sendiri dan menyangkal diri.
Pemberitaan Injil yang berfokus pada kekayaan, kesembuhan, kemakmuran yang terpisah dari sengsara dan tempaan salib adalah tipuan iblis, meskipun itu diberitakan oleh pendeta-pendeta yang dipresepsepsikan sebagai pendeta besar.  

2.     Mengenal Kristus Yang Bangkit Dalam Firman.
            Mengapa para murid terkejut dan timbul keragu-raguan dalam hati mereka? karena mereka tidak membaca dan tidak mengerti Firman Tuhan. Zaman akan berubah, selera agama akan berubah, cara orang beriman akan banyak bergeser, tetapi Firman Allah kekal untuk selamanya.
            Ketika para murid mengira Kristus yang bangkit adalah ‘hantu’, selain Ia memperlihatkan bekas luka sengsara-Nya, Ia pun berkata: inilah perkataan-Ku, yang telah Kukatakan kepadamu ketika Aku masih bersama-sama dengan kamu, yakni bahwa harus digenapi semua yang ada tertulis tentang Aku dalam kitab Taurat Musa dan kitab nabi-nabi dan kitab Mazmur. Lalu Ia membuka pikiran mereka. sehingga mereka mengerti Kitab Suci.
            Kitab Suci ditulis oleh sekitar 40 penulis, dengan latar belakang berbeda, zaman yang berbeda, cara berbeda, tetapi Alkitab berfokus pada satu pribadi yang sama yaitu Mesias yang sengsara, yaitu Yesus Kristus. Ia merupakan pusat karya Allah bagi penebusan dosa, Ia adalah pusat harapan harapan Israel dan Gereja. Ia adalah pengharapan dunia ini.
            Ribuan tahun sebelum Yesus lahir, para nabi-nabi telah menubuatkan; bahkan sejak di taman Eden Ia sudah dijanjikan. Alkitab menuliskan bagaimana lahirnya, bagaimana sengsaranya, bagaimana focus pemberitaan-Nya, bagaimana cara hidup-Nya, bagaimana cara mati-Nya, bagaimana Ia bangkit dan bagaimana Ia akan datang kedua kali sebagai puncak dan akhir dari segala sesuatu. Alkitab juga menuliskan bagai mana cara orang harus mengenal-Nya, bagaimana cara orang mengikuti-Nya.
            Mengenal Yesus yang sejati, tidak boleh berdasar pengalaman-pengalaman subjektif semat, juga bukan berdasar mimpi-mimpi pendeta. Allah telah memberikan kepada kita Firman-Nya untuk menuntun pengalaman subjektif kita agar mengenal-Nya secara pribadi. Rasul Paulus dengan sangat keras memperingatkan gereja akan hal ini: “tetapi sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu Injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia (Gal. 1: 8).
            Dunia maya, dunia virtual, akhirnya telah perlahan-lahan menggeser sentralitas Firman Tuhan dalam hidup orang percaya, terutama angkatan kaum milenial murni (lahir ditahun 2000 keatas), bahkan itu terjadi di ruang-ruang ibadah nyata.
           
3.     Merasakan damai sejahtera-Nya.  
Mengenal Yesus secara pribadi benar adanya, sebab Ia harus menjadi Tuhan dan juru selamat secara pribadi. Tetapi mengenal Dia secara pribadi, tidak boleh didasari oleh kebenaran pribadi dan perasaan pribadi. Pengalaman pribadi itu harus dituntun oleh Firman. Firman Tuhan adalah kebenaran objektif yang menuntun pengalama subjektif kita dalam mengenal Kristus yang bangkit.
Mengenal dan menjadikan Kristus yang bangkit secara pribadi adalah seperti perkataan Ayub: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau” (Ayub. 42: 5).
Mengenal Yesus menurut kata pemberita Injil, pendeta, itu harus dan menjadi rujukan utama, tetapi mengenal Kritus yang bangkit bukan sekedar menurut kata orang, pengalaman orang, tetapi harus menjadi kataku, dalam pengalaman hidup dengan Dia.
Ketika Kristus menyatakan diri kepada murid, Ia mengucapkan ‘salam damai sejahtera’. Mengenal Kristus yang sejati, selain mengenai pemahaman yang bertumbuh akan Kristus, tetapi juga hati yang damai sejahtera, inilah ukuran mengenal Dia secara pribadi. Damai sejahtera yang dimaksud, tentu saja tidak bertentangan dengan kebenaran objektif. Mungkin kata orang bahwa Dia menyembuhkan, mengapa akau tidak disembuhkan? Tetapi, aku menerima keadaan ini dengan damai sejahtera, sebab aku tahu bahwa Dia sedang berbicara dalam jalan hidupku secara pribadi. Walau dalam keadaan sakit, aku tetap menyaksikan kebaikan-Nya dan kesetiaan-Nya.  
Biarlah kiranya semakin hari, semakin kita mengenal pribadi-Nya, bertumbuh dewasa Ke arah Kristus, bertambah-tambah kuat dalam iman. Hingga Ia datang dan menemukan iman yang murni dalam hidup kita.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

Liturgi Ibadah Minggu

  1.    Ajakan Beribadah: “carilah Tuhan selama Ia berkenan ditermui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat” (Yes. 55: 6). 2.    Lagu ...