PENGORBANAN YANG MERUBAH
Iman Kristen adalah iman yang mendapat penolakkan oleh dunia, penolakkan itu bukan karena nilai kebenaran Kristen, tetapi karena cara hidup Kristen yang berbeda dengan cara hidup dunia pada umumnya, yaitu kehidupan yang penuh kasih dan kelemahlembutan, kesetiaan. adalah suatu yang ironis bahwa suatu konsep yang benar dan cara hidup yang benar justru mendapat penolakkan adalah sesuatu yang logis bagi masyarakat dunia yang sudah terbiasa hidup didalam ketidakbenaran akan perlahan-lahan menganggap ketidakbenaran itu sebagai kebenaran karena telah terbiasa.
Sejarah mencatat bahwa iman Kristen berkembang dan bertumbuh dari tetasan darah para Martir, Agus Tinus mengatakan: "darah martir adalah benih gereja". Penolakkan iman Kristen disebabkan oleh perbedaan yang mencolok antara iman Kristen dan iman yang lain di bumi ini. Dari begitu banyaknya jemaat Kristen yang terpaksa ditumpahkan darahnya karena imannya, martir pertama yang dicatat oleh Alkitab adalah Stefanus. Kematian Stefanus adalah awal mula penganiayaan terhadap gereja.
Kemunculan iman Kristen dianggap sebagai ancaman oleh tua-tua Yahudi dan mereka berupaya membungkan serta mengakhiri iman Kristen dengan cara apapun, tuduhan dan pembunuhan terhadap Stefanus adalah puncak yang pertama dari pengaaniayaan gereja. Paulus adalah pemimpin gerakan ini, itulah sebabnya dalam tradisi Yahudi, ketika saksi Palsu menuduh Stefanus mereka menaruh baju mereka di kaki Saulus sebagai bukti bahwa Saulus mengetahui dan merestui kematian Stefanus.
Dengan kebencian dan penolakan, Saulus merestui agar Stefanus di bunuh, tetapi keteguhan iman Stefanus yang disaksikannya mengusik pikirannya hari lepas hari yang memaksanya untuk memikirkan kembali apa yang dilakukannya dan mulai memikirkan iman Kristen. Pengorbanan Stefanus tidaklah sia-sia, tetapi justru membangkitkan iman seorang anak muda yang bernama Saulus, yang kemudian hari menjadi pemberita Injil terbesar dalam sejarah Iman Kristen.
Henry Martin berlayar ke India pada tahun 1805 sebagai pendeta British East India Company (BIEC). Pada saat itu keberadaan Misionaris dianggap sebagai penghambat ekspansi ekonomi (BIEC) dan tentunya juga ditolak oleh orang-orang India sendiri. Selama empat tahun peertama di India, ia melayani di pos Militer, mendirikan sekolah-sekolah dan menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Urdu, Ia dikritik oleh rekannya, tetapi setiap hari ia menghabiskan waktu berada ditengah-tengah suku asli untuk belajar bahasa suku. Henry mengalami berbagai macam penderitaan, ia rindupada kampung halaman, sakit, dalam buku hariannya ia menulis "Aku merasa semua hubungan duniawi tidaklah penting, aku dilahirkan hanya untuk Allah saja".
Dengan kebencian dan penolakan, Saulus merestui agar Stefanus di bunuh, tetapi keteguhan iman Stefanus yang disaksikannya mengusik pikirannya hari lepas hari yang memaksanya untuk memikirkan kembali apa yang dilakukannya dan mulai memikirkan iman Kristen. Pengorbanan Stefanus tidaklah sia-sia, tetapi justru membangkitkan iman seorang anak muda yang bernama Saulus, yang kemudian hari menjadi pemberita Injil terbesar dalam sejarah Iman Kristen.
Henry Martin berlayar ke India pada tahun 1805 sebagai pendeta British East India Company (BIEC). Pada saat itu keberadaan Misionaris dianggap sebagai penghambat ekspansi ekonomi (BIEC) dan tentunya juga ditolak oleh orang-orang India sendiri. Selama empat tahun peertama di India, ia melayani di pos Militer, mendirikan sekolah-sekolah dan menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Urdu, Ia dikritik oleh rekannya, tetapi setiap hari ia menghabiskan waktu berada ditengah-tengah suku asli untuk belajar bahasa suku. Henry mengalami berbagai macam penderitaan, ia rindupada kampung halaman, sakit, dalam buku hariannya ia menulis "Aku merasa semua hubungan duniawi tidaklah penting, aku dilahirkan hanya untuk Allah saja".
Pada tahun 1811 ia berlayar menuju Persia, ia berharap kesehatannya semakin baik saat ia menerjemahkan Alkitab Perjanjian Baru dalam bahasa Persia dan Arab tetapi belum sempat sebab ia terkena TBC dan pada 16 Oktober 1812 Henry meninggal di Turki dalam perjalanan pulang ke Inggris untuk berobat. Henry meninggal diusia 31 tahun. Hidupnya sangat singkat, tetapi karyanya yaitu Alkitab dalam bahasa Urdu terus dipakai hingga saat ini. Tidak ada suatu karya besar bagi umat manusia tanpa danya pengorbanan.
Konsep korban mewarnai iman Israel dan juga iman Kristen. Tidak ada jalan kemerdekaan tanpa korban (Kel. 12: 1-42). Tak ada mahkota tanpa salib, tak ada kemuliaan tanpa pengorbanan. Berkorban justru menunjukkan kekuatan dan kedewasaan iman seseorang. Tidak ada perubahan tanpa pengorbanan.
Pengorbanan Yesus adalah inspirasi bagi orang-orang percaya. C. T. Stood pendiri WEC International mengatakan: "Kalau Yesus Kristus adalah Tuhan telah berkorban bagiku, maka tidak ada hal yang terlalu besar yang dapat aku korbankan bagi-Nya".
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: