Rabu, 13 September 2017

Agama.


Agama.

2 Tim 3: 1-2




Jauh sebelum Kekristenan mempengaruhi Eropa, Eropa sangat tertinggal dibanding dengan karajaan-kerajaan di Asia Tenggara, misalnya kerajaan Ayothaya dan kerjaan Maja Pahit di Indonesia yang beragamaHindu.  


Walau banyak sisi gelap Agama di Eropa, tetapi dampak positif dari Kekristenan telah menjadikan negara-negara Eropa mengalami kemajuan dibanding negara-negara dan kerajaan-kerajaan lain di belahan dunia manapun. Kekristenan telah merubah sikap, semangat, disiplin orang Eropa dan menghasilkan kemajuan Eropa diberbagai bidang, etika, moral, budaya, teknologi, sosial.
Pengaruh Kekristenan di Eropa dan penyebaran Injil diberbagai benua turut mempengaruhi dunia ini. Penulis memberi contoh didaerah penulis di masa lalu ketika seornag raja meninggal dunia maka dua orang budak harus dikubur hidup-hidup bersama dengan rajanya, tetapi ketika Kristen masuk ke daerah penulis maka tidak ada lagi penguburan budak hidup-hidup.
Saat ini kita menyaksikan bagaiaman gedung-gedung Gereja yang megah di Eropa menjadi kosong dan sebagian besar masyarakat Eropa hidup hanya bersandar bersandar pada logika, sistem hukum, teknologi.Walau dibidang teknologi Eropa masih mengalami kemajuan, tetapi dibidang lain Eropa telah mengalami kejatuhan dan dapat penulis katakan kehilangan arah, bahkan apa yang alami pun sulit di bedakan, ketika Aborsi dilegalkan, dan juga seks bebas menjadi gaya hidup dengan moto jangan lupa memakai kondom. Paus “Fransiskus mengatakan bahwa: bukan kondom yang menghindarkan manusia dari penyakit menular seks, tetapi kesetiaan pada pasangan”, HAM Eropa telah kehilangan arah bahkan dibeberapa negara telah melegalkan perkawinan sesama jenis.
Paulus mengatakan bahwa manusia tidak mempedulikan agama, atau tidak menghormati Tuhan (anosioi). “Apa yang dilakukan seseorang dipengaruhi oleh apa yang dipikirkannya dan apa yang dipikirkan seseorang dipengaruhi oleh apa yang dipercayainya dan apa yang dipercayai seseorang itulah yang menjadi agamanya. Oleh karena itu pada dasarnya tidak ada orang yang tidak beragama,  perkataan Paulus pada kontek ini, bahwa mereka tidak peduli kepada adalah “beralihnya manusia dari agama yang sejati dan beralih kepada agama yang mereka ciptakan sendiri”.
Ketika manusia meninggalkan suatu agama,  maka ia akan memeluk suatu agama yang baru, bahkan menciptakan suatu agama yang baru. Pada saat seseorang mengakui bahwa tidak ada Allah dan menjadi “Atheis sekalipun”, Atheis itulah yang menjadi agamanya, dan kebenaran dasar yang mereka bangun adalah “Tidak ada Tuhan”.
Segala sesuatu karya adalah didorong oleh percaya seseorang pada agama, baik itu ia percaya pada teknologi, percaya dan bersandar kepada kemampuan diri, itulah yang menjadi agamanya. Oleh karena itu, Jika seseorang salah dalam percaya atau salah dalam beragama, maka akan merusak seluruh sitem dalam hidupnya dan semua karya-karyanya menjadi menyimpang dan merusak, Itulah sebabnya mengapa Paulus mengatakan “Apa yang dulu kuanggap untung sekarang kuanggap rugi karena pengenalan akan anak Allah

Rabu, 06 September 2017

Setia Pada Perkara Kecil


Setia Pada Perkara Kecil



Suatu malam ada seorang pria tua dan isterinya memasuki sebuah lobi hotel kecil di Philadelpia. Pada saat itu kota Philadelpia sedang melakukan suatu perayaan yang membuat banyak orang datang mengunjungi kota itu, akibatnya semua hotel dari yang besar hingga kecil menjadi penuh. Pria tua dan isterinya ini adalah orang yang terkena imbas dari acara itu dimana mereka tidak menemukan kamar hotel untuk beristrahat, hingga akhirnya mereka memutuskan untuk mencoba keberuntungan di salah satu hotel kecil, tetapi di Hotel itupun telah penuh terisi. 

Saat memasuki hotel kecil itu, pasangan tua ini disambut oleh seorang anak muda yang bertugas menjadi penerima tamu. Sang tamu berkata kepadanya, “semua hotel di kota ini telah penuh terisi, bisakah engkau memberi kami satu kamar saja?” Sang pegawai hotel tersebut menjawab: semua kamar di tempat ini juga telah penuh terisi karena ada event besar kota ini, sang pemuda melanjutkan perkataannya, tetapi saya tidak bisa menyuruh pasangan yang baik seperti anda untuk berhujan-hujan diluar sana pada pukul satu dini hari seperti ini, mengingat kesehatan anda berdua tidak muda lagi, kalau bapak bersedia maukah bapak menempati kamar saya yang sempit?


Waldroft-Astoria

Keesokan harinya sebelum pasangan tua ini meninggalkan hotel mereka menemui pegawai muda itu untuk membayar biaya menginap mereka, tetapi anak muda itu menolak bahwa kamarnya bukanlah bagian dari kamar hotel yang disewakan. Pria tua itu berkata kepada pegawai muda itu: “kamulah orang yang seharusnya menjadi bos sebuah hotel terbaik di Amerika, karena kamu melakukan pekerjaanmu dengan hati yang mau melayani, mungkin suatu saat ada orang yang membangunkan hootel untukmu untuk dikelola”. 

Pegawai hotel tersebut hanya tersenyum ramah kepada orang tua tersebut, tanpa memikirkan kata-kata orang tua tersebut, karena ia berpikir bahwa ia hanyalah seorang karyawan biasa.
 Waktu terus berjalan hingga dua tahun berlalu, sang pegawai muda tersebut mendapat surat yang berisi tiket ke New York dengan permintaan agar ia menjadi tamu orang yang menulis surat itu kepadanya yang ia sendiri tidak kenal. Tanpa banyak berpikir pemuda tersebut berangkat ke New York memenuhi undangan itu, setelah tiba di New York ia baru ingat bahwa orang yang mengundangnya adalah pasangan tua yang dulu pernah menempati kamar kecilnya. 
Pria tua tersebut mengajak pegawai hotel tersebut ke sudut jalan antara Fifth Avenue Thirthy-Fourt Street, pria tua tersebut menunjuk sebuah bangunan baru yang luar biasa megahnya dan mengatakan, itulah hotel yang saya bangun untuk kamu kelola.

George Charles
Pegawai hotel itu adalah George Charles Boldt, yang menerima tawaran Willeam Waldorft Astor si pria tua itu menjadi pemimpin hotel Waldroft-Astoria yang menjadi hotel terbaik di dunia. Ternyata sikap seseorang dalam bekerja sangat menentukan keberhasilan seseorang, jika seseorang sekedar bekerja hanya demi uang, maka apa yang diperolehnya hanya;ah biasa-biasa saja, tetapi jika seseorang bekerja dengan penuh dedikasi dan kesetiaan maka mereka akan memperoleh kesetiaan pula. Siapa setia pada hal-hal yang kecil maka kepadanya akan dipercayakan perkara-perkara besar (Matius. 25: 21).


Gereja Bagaikan Angkot Tua dan Toilet Umum.


Gereja Bagaikan Angkot Tua dan Toilet Umum. 



 Joyoboyo adalah terminal yang melekat dihati penulis, sebab sewaktu penulis masih kuliah dan melakukan pelayanan week end terminal inilah yang menjadi pusat pergerakan penulis. Joyoboyo bagaikan jantung dalam tubuh manusia bagiku ketika gereja belum membeli kendaraan pelayanan dimana Joyoboyo menjadi tempat persinggahan dari dan kemananpun seperti darah yang akan ke seluruh tubuh akan akan selalu melewati jantung untuk dipompa ke seluruh tubuh. 



























































































Joyoboyo adalah tempat kendaraan yang mengantarkan setiap orang kepada tujuan yang dirindukan dan begitu setia kendaraan itu menunggu setiap penumpang untuk diantarkan. Kendaraan-kendaraan itu walau jelek dan panas tetapi menjadi kebutuhan mendasar. Satu hal lagi yang menjengkelkan yaitu sering kali dalam keadaan yang panas saya harus menunggu penumpang yang lain memenuhi kendaraan itu agar cepat berangkat, karena sopir tidak akan berangkat sebelum kendaraan itu penuh, walau kadang hanya tinggal tersisa satu penumpang sopir akan selalu menunggu hingga penumpang menjadi genap. Penulis kadang teringat dengan perumpamaan Tuhan Yesus mengenai gembala yang meninggalkan sembilan puluh sembilan domba dan pergi mencari seekor domba yang terhilang, demikianlah kedaannya dengan satu penumpang yang belum datang. Suatu berkat besar kalau diantara penumpang itu adalah seorang wanita cantik dan duduk berdampingan dengan penulis, tetapi sering kali penumpang yang naik tidak cantik dan juga sedikit berbau tidak sedap, tetapi penumpang yang telah menunggu tidak dapat menolak karena bagaimanapun keberadaanya ia sangat dibutuhkan karena sopir butuh kegenapan jumlah agar dapat berangkat.
          Selain kendaraan, ada satu tempat yang sangat dibutuhkan di Joyoboyo yaitu “toilet umum”. Tolitet umum ini adalah tempat yang sangat sering dikunjungi, bukan karena suka ke toilet tetapi karena butuh. Perasaan berkecamuk ketika memasuki toilet umum di Joyoboyo antara tidak suka tetapi butuh, sering kali ketika memasuki toilet umum tangan akan menutup hidung dan mulut akan berkata ‘huh bau’, aku berpikir orang yang masuk sebelum saya adalah orang jorok yang membuat toilet itu menjadi bau dengan kotoran mereka, tetapi tanpa sadar orang yang masuk setelah saya juga berpikir bahwa sayalah yang jorok yang menjadikan toiet itu menjadi bau. Yang lebih menjengkelkan lagi adalah memasuki tempat bau itu tetap harus membayar, dua kali masuk maka dua kali harus membayar. 

Dalam pengakuan iman Rasuli salah satu pokok pengakuan adalah: “aku percaya Roh Kudus, gereja yang kudus dan am, persekutuan orang-orang kudus”. Pengakuan iman terhadap gereja dihubungkan dengan Roh Kudus dan dua kali gereja dikatakan Kudus. Rasul Paulus menyebut jemaat Korintus yang suka bertika dan banyak pelanggaran itu sebagai orang-orang kudus, walau ada berbagai macam bau tidak sedap dalam jemaat itu yaitu bau pertikaian, perpecahan, bau percabulan (I Kor 5: 1) dan berbagai bau yang lain, tetapi Paulus tetap menyebut mereka dengan sebutan persekutuan orang-orang kudus.Kata kudus yang disematkan pada Gereja tentunya adalah khusus bagi Allah, suci, bersih, jauh dari kekotoran. Kudus tentunya jauh berbeda dengan angkot tua dan penumpangnya yang beragam, tetapi bagaimanapun angkot tersebut akan membawa mereka ke tujuan. Kudus juga tentunya jauh dari kekotoran toilet umum, sering banyak orang bersikap seperti akan memasuki toilet umum saat akan bergabung di gereja, tetapi tanpa sadar tempat yang bau itu tetap menjawab kebutuhan dasarnya, sering kali mereka mengatakan bau, tanpa sadar mereka sendiri mengeluarkan yang bau ditempat itu dan tempat itu menyucikan mereka. Gereja adalah kebutuhan dasar manusia walaupun sering kali tercium bau busuk didalamnya tetapi ditempat itulah mengkuduskan kita dan menjawab kebutuhan mendasar kita.
   

Minggu, 13 Agustus 2017

Penderitaan Menuntun Merendahkan Diri

Penderitaan Menuntun Merendahkan Diri



Raih, rebut, peroleh, itulah kata-kata yang sering dipergunakan kepada orang muda yang mewakili semangat dan perjuangan kaum muda. “Gantungkan cita-citamu setinggi langit dan raihlah” itulah moto orang muda agar bersemangat untuk meraih tujuan dan sesuatu dalam hidup, taklukkan dunia dan mulikilah itulah tujuan orang muda. Intinya meraih, memiliki, menguasai dijadikan ukuran kesuksesan seorang muda. Meraih hikmat, memiliki harta, menguasai manusia, menaklukkan kopetitor adalah tanda keberhasilan orang muda. Terbesit satu pertanyaan dalam pemikiran penulis yaitu, kapan seorang manusia melepaskan, meletakkan, memberi, melepaskan cita-cita, meletakkan kehormatan, memberi yang dimiliki?Hidup beriman dipenuhi dengan proses merebut, meraih, menguasai, semua itu adalah hal yang biasa, tetapi satu proses yang lebih sulit dari itu semua adalah melepaskan, meletakkan, menerima dan berserah. Melepaskan cita-cita, meletakkan keakuan, keangkuhan, meletakkan rancanganku dan menerima rancangan Allah. Meraih, merebut, hanya dapat dilakukan dengan hati bergairah, semangat, tetapi meletakkan, melepaskan, memberi, hanya dapat dilakukan dengan kepasrahan, kedewasaan, dan ketulusan, semua hal ini adalah suatu tingkat kedewasaan iman. Gambar terkaitRasul Paulus dengan segala pikiran dan sepak terjangnya, gairah, semangat, pemikiran, harapan dan cita-cita, dimasa muda, Ia berpikir bahwa Ia telah menyenangkan Allah dengan semua yang dipikirkannya, oleh karena itu dengan semangat masa muda ia membuat suatu terobosan untuk meraih setatus sosial dihadapan masyarakat dan dihadapan Allah, ia meminta surat kuasa dari Sanhendrin agar ia dapat menangkap dan meminasakan orang Kristen, tetapi dalam perjalanan ke Damsyik Ia bertemu Tuhan Yesus dan dijatuhkan, direndahkan dengan kebutaan dan akhirnya semua hikmat, prestasi dinilai terbalik ketika Rasul Paulus katakan “Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus”(Flp. 3: 7).Tidak sampai di situ saja, ketika sudah menjadi pelayan Tuhan dengan karunia rohani yang luar biasa, Tuhan menundukkan Paulus dengan penyakit dalam tubuhnya sehingga dalam situasi berat itu ia mengatakan “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna” (2 Kor.12:8-9).Salah satu tujuan Allah ketika  mengijinkan penderitaan dalam kehidupan orang percaya yaitu agar setiap orang percaya “merendahkan diri” dihadapan Allah.  Dalam Filipi 2: 5-9  Paulus menulis: “Dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan mati di kayu salib. Bahwa Yesus sebagai pribadi yang merendahkan diri secara total dalam ketaatan-Nya kepada Allah. Menurut Andreas Darmawan: Merendahkan diri tidak berkaitan dengan karakter atau perilaku seseorang! atau tidak berkaitan dengan sombong dan tidak sombong. Merendahkan hati yaitu dalam kaitan dengan karakter seseorang, sementara rendah diri adalah dalam kaitan dengan keadaan seseorang. Tetapi merendahkan diri yang dipakai dalam Alkitab untuk menunjuk kepada Yesus adalah adalah proses pemberian diri secara utuh kepada Allah.
Merendahkan diri adalah suatu proses meletakkan, melepaskan dan memberi. Melepaskan rancangan, rencana dan rancangan diri dibawah rancangan dan rencana Allah. Meletakkan kehormatan dalam penilaian manusia dan menempuh jalan kehormatan dalam penilaian Allah. Melepaskan hak-hak bagi kepentingan Allah dan memberi apa yang telah dimiliki bagi pekerjaan Tuhan. Semua proses ini sangatlah berat dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang telah merendahkan diri dihadapan Allah. Tuhan Yesus telah meletakkan segalanya dan taat kepada Bapa bahkan hingga mati di kayu salib.    




  

Senin, 31 Juli 2017

Nick Vujicic
Yoh. 9

Nick Vujicic terlahir di Brisbane Austria pada 4 Desember 1982 terlahir dari keluarga Serbia sebagai orang cacat yaitu tidak mempunyai tangan dan kaki, karena keadaan bawaan sejak lahir. Karena keberadaanya itu ia sering mengalami intimidasi oleh teman-teman sekolah sehingga ia sempat depresi dan ingin bunuh diri di usia 8 tahun, bahkan pada usia 10 tahun ia berupaya  menenggelamkan dirinya. Nick Vujicic ia telah mengalami tekanan berat dalam hidup sejak usia dini. Anugerah Tuhan bagi Nick ia tersadar bahwa hidup bagaimanapun keberadanya harus disyukuri, ia mengatakan bahwa Tuhan memiliki rencana didalam hidupnya.

Pada awalnya Nick berdoa sangat keras agar Allah memberikan tangan dan kaki kepadanya dan mengatakan pada Allah jikalau doanya tidak terkabul maka ia tidak akan lagi memuji Allah, namun titik balik sangat penting didalam hidupnnya ketika ibunya memberika kepadanya sebuah artikel kesaksian seorang yang juga cacat berat dan ia menyadari bahwa ia bukan satu-satunya orang yang menderita.
Nick berupaya menemukan cara hidup tanpa tangan dan kaki, ia dapat mengetik komputer, bahkan ia masuk kuliah dan terpilih menjadi kapten MacGregor Negara di Queensland dan bekerja sama dengan dewan mahasiswa menggalang dana untuk orang cacat. Ketika usia 17 ia mulai memberikan renungan ke kelompok doanya dan akhirnya mendirikan organisasi “Life Without Limbs”.
 Saat ini Nick telah melakukan perjalanan di lima benua untuk menjadi motifator, ia juga menulis, membuat film pendek, membintangi film. Dari seorang yang dianggap kutukan Nick bangkit menjadi berkat bagi banyak orang, dari kelemahan yang paling lemah ia bangkit menjadi motifator dan mengkuatkan banyak lutut yang lemah, hati yang patah. 
Ketika dalam perjalanan pelayanan Yesus melihat seorang buta sejak lahir di pinggir jalan, murid-muridnya bertanya kepada-Nya: “Rabi, siapakah yang berdosa, orang ini sendiri atau orang tuanya, sehingga ia dilahirkan buta? Pertanyaan berdasarkan kesimpulan bahwa penderitaan atau terlahir cacat adalah akibat dosa, dan terlahir cacat atau penderitaan adalah suatu hukuman Allah atas dosa, sehingga mereka mengurung Yesus pada dua jawaban. Tetapi  jawab Yesus: “bukan dia dan bukan juga orang tuanya, tetapi karena pekerjaan-pekerjaan Allah harus dinyatakan di dalam dia”. Pekerjan-pekerjaan Allah yang dinyatakan bagi orang buta ini adalah ketika ia disembuhkan oleh Yesus dan nama Allah dimuliakan karena mujizat itu, walau banyak juga yang tetap tidak percaya. Lalu bagaimana dengan Nick Vujicic hingga saat ini ia tetap menyimpan sepasang sepatu pada lemarinya dengan harapan suatu saat ia punya kaki, tetapi sampai saat ini ia tidak memiliki kaki. Walau hingga saat ini Nick Vujicic tidak memiliki kaki ia telah bepergian ke lima benua untuk memuliakan Tuhan dan menjadi berkat bagi banyak jiwa. 



RUMAH DAN KEMATIAN



Rumah dan Kematian



















Berbagai macam pandangan mengenai rumah dan kematian, hal itu terjadi berbeda-beda dari suku-suku yang berada di di Indonesia. Respon yang berbeda akan sangat dipengaruhi terhadap pandangan dan kepercayaan akan kedua hal tersebut yaitu pandangan terhadap kematian dan juga rumah dan bagaimana menghubungkan keduanya.

Pada dasarnya pandangan yang menghubungkan segala sesuatu menjadi sebab akibat dikategorikan dalam pandangan filsafat “Pantheisme”  dengan moto Allah didalam segala sesuatu dan segala sesuatu memiliki unsur keallahan”, hal ini menjadikan segala unsur saling terhubung dan menjadi sebab akibat. Dalam filsafat pola hubungan seperti ini sering dikateegorikan sebagai agama kuno.

Beberapa suku-suku di Indonesia berada di dalam kerancuan dan kebingungan dalam hubungannya dengan tradisi dan agama baru mereka, sehingga walau mereka telah menyatakan diri sebagai agama Kristen atau Islam tetapi kenyataan praktek percaya mereka bersifat Hinduisme yang kental dengan filsafat ‘panteisme’. 
Penulis memberi contoh beberapa suku di Indonesia  dalam tradisi hubungan antara rumah dan kematian. Suku Anak Dalam di Bengkulu adalah salah satu contoh suku kuno dengan paham panteisme dimana ketika seorag anggota suku meninggal, maka kelompok itu akan meninggalkan semua yang ada dalam satu lingkungan dan berpindah ke tempat lain, selain untuk membuang duka mereka, juga mereka memahami bahwa tempat itu telah terkutuk.
Kedua adalah suku Moronene yang memandang rumah memiliki hubungan dengan segala sesuatu dengan penghuninya, oleh karena itu membangun rumah memiliki aturan rumit serumit aturan agama, tukang pembangun rumah adalah orang-orang khusus yang mengetahui tradisi  dalam membangun rumah karena satu kesalahan kecil akan sangat berpengaruh terhadap penghuni, contoh pemasangan atap yang terbalik disebut juga sebagai lubang kubur, pemasangan kayu yang tidak sesuai tumbuhnya kayu akan mempengaruhi banyak hal.
Satu sisi lain yaitu suku-suku di NTT yang sering memakamkan orang tua dan leluhur mereka di pekuburan keluarga yang kadang  berada di samping rumah, sehingga tanah dan rumah itu menjadi satu dengan pekuburan yang terus akan dipelihara sebagaimana memelihara leluhur mereka, makam orang mati menjadi pemersatu anak cucu yang hidup.

Pertanyaan penting dalam kontek ini adalah: 

Apakah rumah dapat menyebabkan kematian dan mempengaruhi berkat secara jasmani atau rejeki?Apakah kematian dapat mempengaruhi rumah dimana kematian itu terjadi.  
Secara fengshui bahwa memang rumah dapat menjadikan orang mati, tetapi bukan penyebab secara langsung. Contoh: ada rumah yang sehat menurut struktur peembangunannya dan juga tata letaknya: Rumah yang mendapat sinar pagi akan lebih baik dari pada rumah yang mendapat sinar sore hari.

Sirkulasi udara yang baik dalam struktur bangunan akan sangat  mempengaruhi penghuni rumah, kesehatan, psikologi (stres atau tidak), dan juga produktifitas, semua hal ini akan sangat berpengaruh dengan ekonomi.



Apakah kematian akan mempengaruhi penghuni rumah dimana kematian itu terjadi? Jawabannya kalau kematian itu terjadi bukan karena sebab-sebab poin di atas, maka pasti tidak akan mempengaruhi penghuni rumah. 


Apa kata Alkitab mengenai hubungan rumah dan kematian:


1.    Israel sangat memperhatikan hubungan orang mati dan rumah atau lingkungan,  hal ini dimulaikan ketika Abraham meminta Gua di Makpela untuk di beli sebagai hak milik dan tempat ini akhirnya menjadi tempat pemakaman keluarga hingga cucu dan cicitnya, dan makam inilah yang menjadi tanda kepemilikian mereka atas Gua dan kebun di Makpela dan akhirnya dari makam itu menjadi titik penaklukan mereka terhadap Kanaan. Hal ini disebabkan oleh konsep tanah perjanjian.

2.  Hal kedua adalah jawaban Tuhan Yesus terhadap seorang muda yang meminta waktu untuk memakamkan orang tuanya terlebih dahulu sebagai kewajiban seorang laki-laki dalam rumahnya, maka Tuhan Yesus menjawab: “Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan oran-orang mati mereka”. Mat.8: 21-22),  tetapi pekerjaan Tuhan adalah lebih penting. 

3. Iman Kristen dilatar belakangi oleh Iman Yahudi yang menganggap jenazah itu adalah najis sehingga tidak boleh di sentuh kecuali itu orang tua langsung atau keluarga terdekat. Dunia orang mati dan dunia orang hidup telah terpisah oleh jurang yang dalam dan hanya orang hidup yang akan menuju ke dunia orang mati, tetapi orang mati tidak dapat menyeberang ke dunia orang hidup. Hubungan dunia orang mati dan orang hidup hanya ketika manusia itu hidup, sehigga tidak ada doa bagi orang mati, sebab setelah kematian tidak ada yang dapat dirubah lagi dengan doa, hanya keangan dan harapan iman yang sama yang menghubungkan keduanya.

4.   Orang Kristen Fokus kepad orang yang hidup dari pada orang yang mati, seharusnya kasih dan cinta kepada orang hidup harus lebih dari pada orang mati. Adat Alukta menjadikan orang hidup memikul beban orang mati, demikian juga dengan tradisi Tionghowa terhadap pemeliharaan altar orang mati adalah tradisi yang membebani orang hidup bagi orang mati.  







LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.   Introitus: (Iringan musik masuk, dan jemaat mengambil saat teduh). 2.   Votum: Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yan...