Jumat, 26 Juli 2019

Pelayanan Tuhan & Penderitaan




Siapa melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan. Siapa menunjukkan kesalehan akan mendapat upah kesalehan, itu semua adalah benar, tetapi kadang manusia beragama salah memahami penerapan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena melupakan beberapa hal yaitu rentang atau ruang lingkup iman tidak hanya ketika manusia itu hidup tetapi juga setelah kematian, bahwa Allah dapat memberi orang beriman upah ketaatan dan kesalehan mereka yaitu hidup kekal. Kedua bahwa Allah memberi upah bagi setiap orang beriman menurut cara Tuhan dan bukan menurut cara atau keinginan manusia. Ketiga bahwa Allah dapat berkarya dan memberikan kebaikan kepada orang-orang beriman dibalik penderitaan dan kesusahan.

  Memahami pemeliharaan Allah, keadilan Allah dan Allah yang menepati janji-Nya didalam kehidupan nyata, tidak sesederhana dalam memahami konsep. Apa yang terjadi dengan banyak orang percaya juga terjadi kepada seorang nabi Yeremia yang mengungkapkan kekesalannya dan protesnya terhadap Allah atas apa yang dialaminya tidak sejalan dengan apa yang dipahaminya sebagai orang beragama.

        Yeremia mengungkapkan Fakta dirinya adalah orang saleh bahwa “tidak pernah aku duduk  beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau (Yer. 15:17), Yeremia juga menyatakan bahwa bukan saja ia hidup saleh tetapi juga sebagai hamba yang setia  Sungguh, ya TUHAN, aku telah melayani Engkau dengan sebaik-baiknya, dan telah membela musuh di depan-Mu pada masa kecelakaannya dan kesesakannya! (15:11)”. Tetapi kenyataan yang di hadapi oleh Yeremia adalah penderitaan, “Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan?  Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai”.  (Yer 15:18)” bahkan Yeremia mengutuk kelahirannya karena beban yang dialaminya “Celaka aku, ya ibuku , bahwa engkau melahirkan  aku  (Yer 15:10)”.Akan sangat mudah untuk menasehati orang yang sedang bergumul dengan penderitaan sementara keadaan kita dalam keberadaan baik-baik saja dan tidak pernah mengalami kesulitan didalam hidup. Bagaimanakah kita dapat memahami ketika orang-orang baik mengalami kemalangan, ketika para hamba Tuhan yang setia mengalami penderitaan. Penulis memberikan sedikit contoh dalam pengalaman hidup sehari-hari.   
    Ketika penulis membawa sepeda motor ke bengkel, tukang bengkel berkata bahwa seharusnya sepeda motor ini sudah di ganti yang baru karena telah tua. Penulis mengataka bahwa tua-tua begini seminggu lalu baru saja penulis memakai sepeda motor ini untuk touring ke bali seorang diri. Mendengar itu sang tukang bengkel kaget, bagaimana mungkin penulis ke bali dengan mengendarai sepeda motor tua dengan CC kecil. Begitu pula dengan beberapa orang jemaat sering mengatakan untuk apa touring atau naik gunung, bukankah itu meyusahkan diri dan menghabiskan uang?
     Dalam pikiran beberapa orang,  hidup yang enak adalah hidup yang tidak memiliki tantangan, yaitu bekerja dan menghabiskan masa libur dengan berbaring di kasur atau mungkin dengan layanan hotel dengan makanan berlimpah disekitar ranjang!

Mendaki gunung atau tourig memang capek dan menggunakan uang, tetapi tidur di kasur bukan berarti tidak menggeluarkan uang. Naik gunung memang melelahkan karena harus memikul beban sambil mendaki, tetapi kelelahan itu tidak berarti apa-apa ketika seseorang sudah mencapai puncak dan menyaksikan pemandangan yang mengagumkan, serta pengalaman yang mengesankan. Ada banyak waktu seseorang berada di atas kasur tetapi tidak ada sedikitpun yang diingat menjadi pengalaman yang mengesankan, ada sedikit waktu untuk berada di puncak gunung tinggi, tetapi ia akan selalu terkenang sebagai pengalaman indah yang memuaskan.

Demikianlah jika Tuhan mengijinkan masalah dan penderitaan didalam hidup orang beriman tidaklah bertujuan untuk menghancurkan dan menyakiti, tetapi memberi kesempatan kepada setiap orang percaya untuk melihat kebesaran-Nya dalam menolong dan membawa kita keluar dari permasalahan itu. Pengalaman itu akan menjadi kesaksian dalam hidup orang percaya bahwa Allah adalah maha kasih dan merencanakan rencana damai sejahtera bagi orang beriman.





Filsafat Hubungan Menurut Iman Kristen.


Hubungan.

Pada mulanya Allah! (Kej. 1:1)! Pada mulanya Firman! (Yoh. 1:1) Pada mulanya Tritunggal. Pada mulanya adalah Allah yang hidup dalam hubungan dengan diri-Nya sendiri. Allah yang memiliki hubungan itu kita sebut sebagai Allah Tritunggal yaitu esa dalam esensi dan jamak dalam pribadi. Hubungan antara Pribadi dalam Tritunggan kita sebut sebagai “hubungan kasih”, oleh karena itu kasih adalah kekal sebab Allah adalah Kasih (I Yoh 4:8). Kasih itulah sifat yang ada dalam diri Allah dan bukan kebencian atau murka.
Hungan dalam diri Allah itu justru menunjukkan bahwa Allah itu hidup. Hubungan dalam Tritunggal juga menunjukkan bahwa Allah itu “sempurna” dalam diri-Nya sendiri, Ia hidup tanpa membutuhkan hidup yang lain di luar diri-Nya.  allah lain yang menyebut diri sebagai monoteisme tetapi bukan Tritunggal adalah allah yang tidak sempurna, memiliki kekurangan, dan dia bukan Allah.

Apakah-Kolose-1-24-Menyiratkan-Ketidaksempurnaan-Penderitaan-Kristus


Dunia ini berbicara mengenai “hubungan”, kebenaran ditentukan oleh hubungan yaitu “keharusan untuk aktif akan segala sesuatu” yang ada di sekitar kita. Allah Tritunggal yang hidup dalam lingkaran kasih itu pada akhirnya menciptakan semesta ini untuk memperlebar atau memperluas lingkaran kasih-Nya itu dan memasukkan manusia kedalam lingkaran kasih-Nya. Walau manusia dan Allah Tritunggal berbeda kualitas yaitu pencipta dan ciptaan tetapi Allah menciptakan manusia  merut peta teladan-Nya untuk menjadi wakil Allah pada semesta ini.

Allah juga menciptakan manusia sebagai “mahluk sosial”, sehingga kekurangan pertama dari penciptaan yaitu kesadaran Adam bahwa ia adalah mahluk yang kurang dari pada ciptaan yang lainnya dimana Adam mendapati dirinya kesepian karena sendiri lalu berdasarkan kekurangan itu, Allah membangun pribadi yang lain dari tulang rusuk Adam yaitu perempuan, dimana akhirnya Adam dan Hawa itu disebut “manusia”, jadi manusia itu sendiri jamak yaitu “laki-laki dan perempuan”. Kejamakkan manusia itu adalah kejamakkan dalam hubungan.
Allah telah menciptakan manusia dengan sifat dasar jamak dan harus memiliki hubungan. Oleh karena itu manusia harus memiliki hubungan yaitu hubugan degan sesama manusia dan Allah.
Iman, pengharapan, kasih dan segala kebenaran adalah dalam “hubungan”. Tidak ada kebenaran tanpa hubungan, tidak ada kasih tanpa hubungan, tidak ada pengharapan dan iman tanpa hubungan. Oleh karena itu segala perkara dan focus hidup manusia sepanjang hidupnya akan berbicara mengenai ‘bagaimana hidup dalam hubungan” yaitu hubungannya dengan Allah, dengan kebenaran, dengan sesama manusia, dengan sesama orang percaya, dengan negara, dan dengan alam semesta.
Segala hubungan manusia harus berdasar “hukum-hukum Allah”. Segala kebenaran manusia akan ditentukan bagaimana ia membangun hubungan dengan segala sesuatu  berdasarkan hukum Allah. Tak ada orang benar yang mengeksploitasi alam, tak ada orang benar yang tiap hari mengintimidasi isteri atau memukul isteri, tak ada orang benar yang tidak peduli denga sesamanya atau sesama anggota jemaat. Apa dan bagai mana manusia akan ditentukan oleh hubungannya.

  


Rabu, 10 Juli 2019

Upah Tanpa Upah






Seorang pekerja harus mendapat upahnya, demikianlah pikiran semua orang dan itu benar. Itulah sebanya mengapa Rasul Petrus bertanya kepada Yesus: “kami ini telah meninggalkan segala sesuatu dan mengikut Engkau; jadi apakah yang akan kami peroleh? (Mat. 19: 27).
Pertanyaan Petrus ini dilatarbelakangi oleh pertanyaan seorang pemimpin muda yang kaya raya serta saleh kepada Yesus: “guru perbuatan baik apakah yang harus ku perbuat untuk memperoleh hidup kekal?”, Yesus menjawab pemimpin muda itu bahwa lakukanlah seluruh tuntutan Hukum Taurat! Pemimpin muda itu dengan percaya diri mengatakan bahwa semua tuntutan Hukum Taurat telah dilakukannya sejak ia masih belia.
Mendengar jawaban pemimpin muda kaya itu, Tuhan Yesus menambahkan satu hal yaitu: “jika engkau ingin menjadi sempurna, maka pergilah, juallah segala milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan memperoleh harta di surga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku”. Alkitab mengatakan bahwa pemuda kaya itu pergi dengan hati yang sedih sebab banyak hartanya.
Pertanyaan Petrus kepada Yesus Yesus mau mengatakan bahwa: Guru bukankah kami tidak seperti orang muda kaya itu? kami telah meninggalkan segala sesuatu yang kami miliki dan mengikut Engkau, maka apa yang kami akan peroleh dari pengorbanan kami itu?

https://www.brilio.net/news/foto-foto-yang-akan-mengingatkanmu-arti-tolong-menolong-dan-empati-1506230.html

Inti pertmuan dan tantangan Tuhan Yesus kepada pemimpin muda kaya itu adalah “mengikut Yesus”, kita harus jujur mengatakan bahwa banyak dari kita seperti pemimpin muda kaya tersebut, yang berpikiran bahwa ‘mengikut Yesus tidaklah cukup, tetapi harus di tambah dengan plus-plus, yaitu mengikut Yesus plus kaya, plus terhindar dari berbagai masalah , plus sehat dan plus yang lainnya. Intinya mengikut Yesus bukanlah tujuan tetapi sebagai alat atau jembatan untuk memperoleh hal lainnya.
Tuhan Yesus menjawab Rasul Petrus bahwa, memang orang yang mengikut Dia akan memperoleh upah, tetapi Tuhan Yesus tidak mengatakan bahwa upah itu adalah berkat-berkat jasmani  akan didapatkan saat ini, tetapi “saat penciptaan kembali” atau saat Ia datang dalam kemuliaan-Nya nanti.
Mengikut Yesus dan melayani Yesus adalah lebih dari cukup dan menjadi tujuan kita, tetapi jikalau Tuhan Yesus memberkati kita dengan berkat-berkat jasmani pada saat ini maka itu adalah bonus. Berkat-berkat jasmani saat saat ini adalah hal yang ditambahkan dan bukan hal pokok dalam mengikut dan melayani Yesus.
Jawaban Yesus kepada Rasul Petrus diakhiri dengan kata “tetapi” sebagai suatu peringatan bahwa, apakah engakau akan tetap mengikut Aku jikalau dalam sepanjang hidupmu engaku tetap miskin dan memiliki banyak masalah? Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus mengatakan “ tetapi banyak orang yang terdahulu menjadi yang terakhir, dan yang terakhir akan menjadi yang terdahulu (Mat. 19: 30).
Banyak orang Kristen yang kita saksikan mengikuti dan melayani Yesus dengan semangat, tetapi akhirnya mereka mengatakan: “telah sekian lama aku melayani Tuhan, tetapi toh aku tetap miskin dan tetap banyak masalah, lalu mereka undur”.
Mengikut Yesus dan melayani Yesus adalah anugerah dan hal itu lebih dari cukup. Itulah sebanya mengapa Rasul Paulus menggatakan: “kalau andai kata aku melakukannya menurut kehendakku sendiri, memang aku berhak meneerima upah. Tetapi aku melakukannya bukan menurut kehendakku sendiri, peemberitaan itu adalah tugas penyelenggaraan yang ditanggungkan kepadaku. Kalau demikian apakah upahku? Upahu ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah, dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil (I Kor. 9: 17-18). Tetaplah menjadi yang terdahulu dalam mengikut dan melayani Yesus itu lebih dari cukup dan anugerah bagimu, dan hasil usahamu tidak akan sia-sia.


Melayani Bukan Untuk Dilayani.



Melayani dan dilayani adalah dua kata dan pengertian yang kontradiktif atau bertentangan satu dengan yang lain, tetapi didalam praktek sehari-hari baik dalam rumah tangga dan gereja kedua keberadaan ini kadang bercampur baur dan sulit untuk dibedakan oleh kita dan kadang dua hal ini menyatu didalam diri kita pada satu kesempatan yang kita sebut sedang melayani.
Dunia ini mengukur keberhasilan seseorang yaitu sebanyak apa ia dilayani, tetapi iman Kristen menegaskan kebesaran seseorang ditentukan sejauh mana ia melayani. Tuhan Yesus mengatakan: “Tidaklah demikian di atara kamu. Barang siapa ingin menjadi besar di anatara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu” (Mat. 20: 26).
Orang Kristen yang hidup di dunia berada dianara dua kutub yaitu kutub panggilannya sebagai orang percaya yang harus melayani Allah dan sesamanya. Kutub kedua yaitu kutub dunia ini yang menuntut manusia untuk bangga jika dilayani, berharga jika di puji, merasa berhasil jika merebut, merasa besar jika menguasai dan memperalat orang.
Dilayani memang nyaman, tetapi itu bukan jalan hidup Kristen, tetapi sering orang Kristen susah untuk membedakannya dan kadang tanpa disadari dalam kegiatan gereja yang kita sebut sebut pelayanan kita sedang mencari untuk dilayani, dipuja dan mencari keuntungan.
Beberapa pengkhotbah yang di elu-elukan seluruh dunia  menetapkan syarat agar ia datang ke suatu tempat untuk berkhotbah yaitu dengan syarat sejumlah uang, pelayanan tertentu diantaranya adalah hotel dimana ia akan menginap harus dengan kelas tertentu dan bahkan ada pengkhotbah terkenal yang mengharuskan hotel dimana ia menginap harus di sewa  satu lantai, sehingga sulit untuk membedakan dia datang untuk melayani ataukah dilayani.
Melayani adalah menyatakan kehendak dan tujuan Allah dalam dunia ini dan mendahulukan kepentingan bersama,  “hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri (Flp. 2: 2-3). Di dalam pelayanan yang dipercayakan Tuhan kepada kita, lebih sering kita lebih kepada menguasai dari pada melayani, diamana kehendak kita yang menjadi absolut yang lain hanya sekedar menjalankan keinginan dan kehendak kita, yang ada hanya “aku” dan bukan “kita”.
Kendrungan dilayani dari pada melayani di dalam dunia pelayanan yaitu ketika tanpa sadar kita mencari keuntungan dalam pelayanan kita, keuntungan itu tidak harus berupa uang, tetapi dapat berupa pencarian hormat dan puji-pujian manusia, itulah sebabnya mengapa banyak pertentangan dalam pelayanan sebab banyak orang mencari untuk memperoleh sesuatu dan banyak kekecewaan dalam pelayanan sebab sesuatu yang ingin diperoleh tidak kunjung di dapatkan. Pelayanan adalah memberi bukan mencari sesuatu bagi diri sendiri dalam wujud apapun.
Siapa yang mau melayani Yesus maka harus mengikut Yesus, siapa yang mengikut Yesus maka harus “memikul salibnya dan menyangkal diri”, meyangkal keinginan untuk dihargai lebih dan menjadi prioritas utama, menyangkal keinginan untuk memperoleh uang atau harta benda, menyangkal keinginan kedangingan, menyangkal keakuan dan perayalah bahwa Tuhan Yesus memiliki cara sendiri untuk memberkati setiap orang yang melayani-Nya dan yakinlah bahwa usahamu didalam pelayanan kepada Alah tidak pernah sia-sia.

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.   Introitus: (Iringan musik masuk, dan jemaat mengambil saat teduh). 2.   Votum: Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yan...