Siapa melakukan kebaikan akan mendapat kebaikan. Siapa menunjukkan kesalehan akan mendapat upah kesalehan, itu semua adalah benar, tetapi kadang manusia beragama salah memahami penerapan konsep ini dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terjadi karena melupakan beberapa hal yaitu rentang atau ruang lingkup iman tidak hanya ketika manusia itu hidup tetapi juga setelah kematian, bahwa Allah dapat memberi orang beriman upah ketaatan dan kesalehan mereka yaitu hidup kekal. Kedua bahwa Allah memberi upah bagi setiap orang beriman menurut cara Tuhan dan bukan menurut cara atau keinginan manusia. Ketiga bahwa Allah dapat berkarya dan memberikan kebaikan kepada orang-orang beriman dibalik penderitaan dan kesusahan.
Memahami pemeliharaan Allah, keadilan Allah dan Allah yang menepati janji-Nya didalam kehidupan nyata, tidak sesederhana dalam memahami konsep. Apa yang terjadi dengan banyak orang percaya juga terjadi kepada seorang nabi Yeremia yang mengungkapkan kekesalannya dan protesnya terhadap Allah atas apa yang dialaminya tidak sejalan dengan apa yang dipahaminya sebagai orang beragama.
Yeremia mengungkapkan Fakta dirinya adalah orang saleh bahwa “tidak pernah aku duduk beria-ria dalam pertemuan orang-orang yang bersenda gurau (Yer. 15:17), Yeremia juga menyatakan bahwa bukan saja ia hidup saleh tetapi juga sebagai hamba yang setia “Sungguh, ya TUHAN, aku telah melayani Engkau dengan sebaik-baiknya, dan telah membela musuh di depan-Mu pada masa kecelakaannya dan kesesakannya! (15:11)”. Tetapi kenyataan yang di hadapi oleh Yeremia adalah penderitaan, “Mengapakah penderitaanku tidak berkesudahan, dan lukaku sangat payah, sukar disembuhkan? Sungguh, Engkau seperti sungai yang curang bagiku, air yang tidak dapat dipercayai”. (Yer 15:18)” bahkan Yeremia mengutuk kelahirannya karena beban yang dialaminya “Celaka aku, ya ibuku , bahwa engkau melahirkan aku (Yer 15:10)”. Akan sangat mudah untuk menasehati orang yang sedang bergumul dengan penderitaan sementara keadaan kita dalam keberadaan baik-baik saja dan tidak pernah mengalami kesulitan didalam hidup. Bagaimanakah kita dapat memahami ketika orang-orang baik mengalami kemalangan, ketika para hamba Tuhan yang setia mengalami penderitaan. Penulis memberikan sedikit contoh dalam pengalaman hidup sehari-hari.
Ketika penulis membawa sepeda motor ke bengkel, tukang bengkel berkata bahwa seharusnya sepeda motor ini sudah di ganti yang baru karena telah tua. Penulis mengataka bahwa tua-tua begini seminggu lalu baru saja penulis memakai sepeda motor ini untuk touring ke bali seorang diri. Mendengar itu sang tukang bengkel kaget, bagaimana mungkin penulis ke bali dengan mengendarai sepeda motor tua dengan CC kecil. Begitu pula dengan beberapa orang jemaat sering mengatakan untuk apa touring atau naik gunung, bukankah itu meyusahkan diri dan menghabiskan uang?
Dalam pikiran beberapa orang, hidup yang enak adalah hidup yang tidak memiliki tantangan, yaitu bekerja dan menghabiskan masa libur dengan berbaring di kasur atau mungkin dengan layanan hotel dengan makanan berlimpah disekitar ranjang!
Mendaki gunung atau tourig memang capek dan menggunakan uang, tetapi tidur di kasur bukan berarti tidak menggeluarkan uang. Naik gunung memang melelahkan karena harus memikul beban sambil mendaki, tetapi kelelahan itu tidak berarti apa-apa ketika seseorang sudah mencapai puncak dan menyaksikan pemandangan yang mengagumkan, serta pengalaman yang mengesankan. Ada banyak waktu seseorang berada di atas kasur tetapi tidak ada sedikitpun yang diingat menjadi pengalaman yang mengesankan, ada sedikit waktu untuk berada di puncak gunung tinggi, tetapi ia akan selalu terkenang sebagai pengalaman indah yang memuaskan.
Demikianlah jika Tuhan mengijinkan masalah dan penderitaan didalam hidup orang beriman tidaklah bertujuan untuk menghancurkan dan menyakiti, tetapi memberi kesempatan kepada setiap orang percaya untuk melihat kebesaran-Nya dalam menolong dan membawa kita keluar dari permasalahan itu. Pengalaman itu akan menjadi kesaksian dalam hidup orang percaya bahwa Allah adalah maha kasih dan merencanakan rencana damai sejahtera bagi orang beriman.