Hubungan.
Pada mulanya Allah! (Kej. 1:1)! Pada mulanya Firman! (Yoh. 1:1) Pada mulanya Tritunggal. Pada mulanya adalah Allah yang hidup dalam hubungan dengan diri-Nya sendiri. Allah yang memiliki hubungan itu kita sebut sebagai Allah Tritunggal yaitu esa dalam esensi dan jamak dalam pribadi. Hubungan antara Pribadi dalam Tritunggan kita sebut sebagai “hubungan kasih”, oleh karena itu kasih adalah kekal sebab Allah adalah Kasih (I Yoh 4:8). Kasih itulah sifat yang ada dalam diri Allah dan bukan kebencian atau murka.
Hungan dalam diri Allah itu justru menunjukkan bahwa Allah itu hidup. Hubungan dalam Tritunggal juga menunjukkan bahwa Allah itu “sempurna” dalam diri-Nya sendiri, Ia hidup tanpa membutuhkan hidup yang lain di luar diri-Nya. allah lain yang menyebut diri sebagai monoteisme tetapi bukan Tritunggal adalah allah yang tidak sempurna, memiliki kekurangan, dan dia bukan Allah.
Dunia ini berbicara mengenai “hubungan”, kebenaran ditentukan oleh hubungan yaitu “keharusan untuk aktif akan segala sesuatu” yang ada di sekitar kita. Allah Tritunggal yang hidup dalam lingkaran kasih itu pada akhirnya menciptakan semesta ini untuk memperlebar atau memperluas lingkaran kasih-Nya itu dan memasukkan manusia kedalam lingkaran kasih-Nya. Walau manusia dan Allah Tritunggal berbeda kualitas yaitu pencipta dan ciptaan tetapi Allah menciptakan manusia merut peta teladan-Nya untuk menjadi wakil Allah pada semesta ini.
Allah juga menciptakan manusia sebagai “mahluk sosial”, sehingga kekurangan pertama dari penciptaan yaitu kesadaran Adam bahwa ia adalah mahluk yang kurang dari pada ciptaan yang lainnya dimana Adam mendapati dirinya kesepian karena sendiri lalu berdasarkan kekurangan itu, Allah membangun pribadi yang lain dari tulang rusuk Adam yaitu perempuan, dimana akhirnya Adam dan Hawa itu disebut “manusia”, jadi manusia itu sendiri jamak yaitu “laki-laki dan perempuan”. Kejamakkan manusia itu adalah kejamakkan dalam hubungan.
Allah telah menciptakan manusia dengan sifat dasar jamak dan harus memiliki hubungan. Oleh karena itu manusia harus memiliki hubungan yaitu hubugan degan sesama manusia dan Allah.
Iman, pengharapan, kasih dan segala kebenaran adalah dalam “hubungan”. Tidak ada kebenaran tanpa hubungan, tidak ada kasih tanpa hubungan, tidak ada pengharapan dan iman tanpa hubungan. Oleh karena itu segala perkara dan focus hidup manusia sepanjang hidupnya akan berbicara mengenai ‘bagaimana hidup dalam hubungan” yaitu hubungannya dengan Allah, dengan kebenaran, dengan sesama manusia, dengan sesama orang percaya, dengan negara, dan dengan alam semesta.
Segala hubungan manusia harus berdasar “hukum-hukum Allah”. Segala kebenaran manusia akan ditentukan bagaimana ia membangun hubungan dengan segala sesuatu berdasarkan hukum Allah. Tak ada orang benar yang mengeksploitasi alam, tak ada orang benar yang tiap hari mengintimidasi isteri atau memukul isteri, tak ada orang benar yang tidak peduli denga sesamanya atau sesama anggota jemaat. Apa dan bagai mana manusia akan ditentukan oleh hubungannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: