Alkitab mencatat beberapa kali krisis dan bencana besar. Krisis yang tercatat itu, ada yang bersifat local dan yang bersifat global, dimana semua krisis itu menimpa bapa leluhur Israel dan bangsa Israel.
Bangsa Israel dan Bapa leluhur mereka, tetap harus hidup dengan setatus mereka sebagai bangsa pilihan dan sebagai orang beriman ditengah-tengah situasi krisis tersebut.
Dalam semua krisis yang teercatat dalam Alkitab, kita pertama-tama menyaksikan bagaimana karya pemeliharaan Allah kepada para bapa leluhur Israel, serta bangsa Israel.
Demikian beberapa karya Allah dalam krisis terhadap bapa leluhur Israel dan bangsa Insael:
1. Orang percaya tidak terhindar dari krisis dan wabah.
Banyak iman yang gugur karena krisis, pencobaan, dan tantangan hidup, dimana angan-angan dan harapan, berbeda dengan kenyataan hidup yang mereka hadapi.
Diantara orang-orang yang imannya gugur, kelompok terbesar diantaranya adalah orang-orang yang baru belajar mengenal Tuhan dan belum memiliki pengalaan perjalanan iman yang panjang dengan Tuhan.
Allah datang kepada Abraham dengan janji, bahwa Allah akan membawanya ke tanah yang berlimpah susu dan madu, tetapi diawal langkahnya mengikuti Allah, Ia telah diperhadapkan dengan krisis kelaparan yang hebat, suatu keadaan yang berbeda dengan janji dan harapan, tetapi iman Abraham tidak gugur, sebab percayanya pada Allah yang berjanji tidak tergagalkan oleh kesulitan. (Kej. 12).
Mengapa Allah mengapa Allah tidak menghindarkan orang percaya dari krisis? Pertama, orang beriman hidup diatas tanah atau bumi yang dikutuk oleh Allah karena dosa, dan juga bahwa orang beriman adalah orang berdosa, walau mereka telah diselamatkan dan bukan pendosa dan tidak hidup lagi didalam dosa. Dalam doa-Nya, Tuhan Yesus tidak meminta Bapa mengambil orang percaya dari dunia, tetapi agar Bapa melindungi mereka dari sijahat.(Yoh. 17: 15).
Kedua. Bahwa iman bukan sekedar bertujuan membawa seseorang ke sorga, tetapi untuk hidup didunia yang terhukum ini. Iman dianugerahkan Allah kepada orang pilihan, bukan untuk melarikan diri dari dunia dengan segala kesusahannya, tetapi untuk menaklukkan dunia berdosa ini kepada kehendak Allah.
Ketiga, bahwa iman adalah bagaikan meas murni, dan hanya satu jalan pemurnian yaitu api. Krisis adalah salah satu tungku pemurnian iman yang diijinkan Allah terjadi dalam hidup orang percaya.
2. Allah selalu memberi peringatan.
Pelanggaran hanya sah dikatakan pelanggaran jika ada hukum yang mengaturnya. Allah bukan Allah yang serta merta menghukum tanpa terlebih dahulu memberikan peraturan dan peringatan. Kejatuhan mansuia dalam dosa karena mengabaikan peringatan yang diberikan Allah. (Kej. 2:17).
Tuhan Yesus bukan saja menegaskan agar orang percaya memperhatikan hukum dan peringatan Allah, tetapi juga mengharuskan orang percaya agar dapat membaca peringatan atau tanda-tanda alam dan zaman, agar dapat mengambil sikap terhadap jaman. (Mat. 16: 1-4).
Penulis percaya, tidak ada bencana, krisis, wabah, terutama hal yang mengancam hidup orang banyak tanpa ada peringatan terlebih dahulu, terkecuali jika manusia dengan sengaja mengadakannya. Permasalah utama adalah manusia kerapkali mengabaikan peringatan hukum Tuhan, peringatan alam, peringatan zaman. Tsunami Aceh menelan korban begitu besar, disebabkan ketidakmampuan atau ketidaktahuan atas peringatan alam.
Seluruh hidup manusia, baik dalam tubuh, alam, selalu memiliki mekanisme peringatan. Tidak ada badai yang datang tanpa tanda, tak ada gunung meletus tanpa tanda, demikian pula dengan kekayaan dan kemiskinan tidak datang tiba-tiba, oleh karena itu, jangan terburu-buru menyalahkan Tuhan ketika kita mengalami permasalahan ekonomi
Secara khusus kesehatan manusia, tidak ada yang namanya sakit tiba-tiba. Tubuh manusia memiliki mekanisme peringatan jika ada sesuatu yang tidak normal. Kuku, urine, lidah, mata, penciuman, panas tubuh, detak jantung, denyut nadi, kotoran, semua adalah peringatan yang Allah telah ciptakan demi kesehatan manusia.
Kelahiran seseorang menjadi peringatan bagi seorang manusia. Terlahir dari orang tua yang memiliki penyakit tertentu, khusunya penyakit bawaan, adalah peringatan yang sering diabaikan oleh sebagaian besar manusia. Oleh karena itu, jangan terburu-buru kecewa terhadap Tuhan ketika kita mengalami sakit tertentu, sebab pasti Tuhan telah mengingatkan sebelum semua itu terjadi.
Mimpi Firaun adalah peringatan Allah akan suatu krisis besar yang akan terjadi. Kemampuan Yusuf mengetahui mimpi dan artinya adalah karunia Allah untuk menanggapi peringatan dari Allah.
Orang beriman harus selalu memperhatikan peringatan dari Tuhan, baik secara rohani, alam, lingkungan, sosial. Hal itu dapat dilakukan dengan jalan ilmu pengetahuan, kepekaan rohani.
Meningkatnya penggunaan lektronik, media sosial, meningkatnya panas bumi, mencairnya es di kutub, meningkatnya tinggi air laut, meningkatnya penggunaan plastic, persaingan dagang, gerakan globalis, dan lain sebagainya, adalah peringatan yang harus diwaspadai oleh setiap orang percaya. Khususnya saat ini kita diperhadapkan dengan pandemic, maka kita harus mempersiapkan diri terhadap dampak susulannya.
3. Allah menuntun orang percaya dalam menjalani masa krisis.
Allah tidak membiarkan orang beriman sekedar ikut seleksi
alam dalam krisis, tetapi menuntun mereka menjalani krisis. Allah
memeliharakan, bahkan tidak membiarkan barap bapa leluhur Israel jatuh miskin.
Dalam kisah Yakub dan Yusuf, kita menyaksikan bagaimana Allah menyatakan pemeliharaan-Nya bagi Israel dengan mengirim Yusuf mendahului mereka di Mesir, tentu dengan cucuran air mata, demi menyelamatkan hidup satu bangsa. Hal ini terungkap dari pernyataan Yusuf kepada saudara-saudaranya. (Kej. 45:11).
Perjalanan duka dan sengsara Yusuf dari lobang sumur, ke rumah Potifar, penjara, adalah rancangan kecelakaan yang direncankan oleh saudara-saudaranya serta isteri Potifar, tetapi rancangan kecelakaan itu dirubahkan oleh Allah menjadi rancangan damai sejahtera dan pemeliharaan hidup Israel.
Kemampuan Yusuf untuk mengetahui mimpi serta mengartikan mimpi adalah karunia hikmat dari Allah untuk mengatasi krisis berkepanjangan saat itu. Begitu pula dengan langkah Abraham ke Mesir (Kej.12), serta langkah Ishak ke Abimelekh (Kej.26) adalah tuntunan Allah kepada para bapa leluhur untuk mengatasi krisis yang mereka hadapi.
Allah bukan saja memberi hikma dalam menghadapi Krisis, tetapi juga mencegah mereka melakukan dosa dalam menghadapi krisis. Ditengah-tengah kesusahan akibat krisis, adalah sangat mungkin seseorang menjadi pendek akal dalam mencari jalan keluar dari setiap kesulitan yang mereka hadapi. Abraham dan Ishak harus terpaksa berbohong bahwa isteri mereka adalah adik mereka demi menyelamatkan diri dari kemungkinan pembunuhan, tetapi Allah tidak membiarkan mereka hidup dalam kebohongan.
Orang percaya tidak boleh mencuri karena kekurangan. Orang percaya tidak boleh bunuh diri dalam himpitan penderitaan. Orang percaya tidak boleh berbohong hanya demi sesuap nasi. Saya percaya bahwa Allah selalu mencegah kita dengan memberikan pilihan bagi kita untuk menghidarkan kita dari dosa. Ditengah-tengah dunia yang berdosa ini, selalu ada pilihan yang disediakan Allah untuk menghindari dosa.
Saat ini kita berada di tengah-tengah krisis, yaitu krisis kesehatan yang diikuti oleh dampak-dampaknya. Sebagaimana Allah telah berkarya memeliharakan para bapa leluhur Israel ditengah-tengah krisis, memimpin mereka melewati Krisis, memeliharakan hidup mereka, bahkan memberkati mereka ditengah krisis, demikian pula kita mengimani, Allah yang sama, tetap berkarya saat ini ditengah-tengah kita dalam menghadapi krisis.