Senin, 11 Juli 2016


MENJADI YANG TERBESAR

Matius . 20:  20-18
Add caption

Berbagai macam cara yang dipakai oleh banyak manusia di tengah-tengah dunia ini untuk menjadi yang terkemuka. Banyak biaya yang harus dikeluarkan, tenaga, dan banyak yang harus dikorbankan termaksud orang lain, untuk menjadi seorang penguasa. Bahkan banyak pemimpin gereja yang telah memakai cara-cara dunia untuk meraih tampuk kepemimpinan, sehingga cara dan model kepemimpinan mereka pada saat memimpin tidak jauh berbeda dengan kepemimpinan dunia sekuler.

Dua orang murid Tuhan Yesus yang adalah  sepupu Tuhan Yesus sangat berambisi untuk menjadi yang terutama dan terbesar diantara para murid, mereka tidak mau didahului oleh rekan-rekan mereka dalam berkampanye, bahkan mereka memakai ibu mereka Maria saudara Ibu Tuhan Yesus untuk meminta posisi yang tertama diantara para murid kepada Tuhan Yesus.

Ambisi dua orang murid ini tetap sesuai dengan kontek dunia sepanjang jaman, dimana setiap orang berlomba untuk menjadi yang terbesar yaitu “siapa yang paling banyak dilayani, dialah yang terbesar”.  Tuhan Yesus menghancurkan anggapan dan semangat dunia yang menyimpang. Ia berkata “bila kamu ingin menjadi besar, jadilah seorang pelayan; bila kamu ingin menjadi yang pertama, jadilah seorang hamba”.  Orang  besar adalah dia yang dengan segenap melayani sesamanya.

Jawaban Tuhan Yesus memberikan arah kepada kehidupan dan ambisi Kristen yang seharusnya, bahwa setiap orang yang mau menikmati suatu berkat kemenangan-Nya haruslah terlebih dahulu meminum cawan perjamuan-Nya.  Inilah suatu realita hidup orang Kristen, bahwa tidak ada seorang Kristen yang terbebas dari cawan Kristus, dimana dalam cawan itu mungkin suatu pergumulan, perorbanan, cucuran keringat, kadang cucuran air mata, bahkan kepedihan hati.

Dalam sejarah Jepang hanya ada beberapa nama  besar, diantaranya adalah “Toyohiko Kagawa”. setelah menjadi Kristen Ia ingin menjadi seperti Yesus. Itulah yang membawa Kagawa pergi dan melayani di perkampungan kumuh. Kagawa tinggal di gubuk berukuran 2 meter, ia sering berbagi tempat tidurnya dengan orang-orang penderita sakit gatal yang menular. Pengemis meminta bajunya dan Kagawa memberikannya, kagawa selalu berdiri di dalam hujan deras untuk berkhotbah. Banyak orang yang kasar menertawai dia, tetapi mereka juga sangat mengaguminya. Kagawa terus berteriak “Allah itu kasih. Dimana ada kasih, disitu Allah hadir”. Kagawa selalu terjatuh karena keletihan dan orang-orang kasar selalu mengangkat dia dan membawanya pulang.  Bagaimana mungkin orang yang  sangat sederhana  memiliki nama yang tidak terkubur oleh waktu.

Kehidupan Kagawa mengamini perkataan Tuhan Yesus, bahwa walau Kagawa melakukan pekerjaan di tempat rendah, tetapi sejarah membuktikan bahwa namanya menjadi salah satu nama yang besar. Kesaksian ini juga menantang kita orang Kristen pada saat ini, bahwa menjadi pelayan dan hamba bagi semua justru membawa kita kepada posisi yang terutama dan dihormati oleh Bapa di Suarga.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

  1.    Nyanyian Pembuka: Aku Hendak Bersyukur Pada Tuhan   Aku hendak bersyukur pada Tuhan Kar'na keadilanNya Dan bermazm...