Sabtu, 12 September 2020

Hidup Berkemenangan

Nas:Yohanes 16:33

Menang bukan sebab, tetapi akibat. Tidak ada kemenangan tanpa perjuangan, tidak ada kemenangan, tanpa pertandingan, tidak ada kemenangan tanpa perang, tidak ada kekenangan tanpa pergumulan. Oleh karena itu, kemenangan dapat juga kita katakana sebagai “hasil”.
Jika tidak ada kemenangan tanpa perjuangan & pertandingan, maka kemenangan tentu bukan warisan, tidak berhenti pada anugerah, oleh karena itu, kemenangan dalam iman Kristen tidak berhenti kepada anugerah keselamatan, tetapi terus berkelanjutan kepada “mengerjakan keselamatan itu”.
            Apakah orang yang mengalahkan persaingan bisnis dengan pesaingnya akan dianggap menang. Orang yang sakit lalu sembuh akan dianggap menang. Orang yang miskin lalu kaya akan dianggap menang. Orang yang juara/berprestasi dalam perlombaan dianggap menang. Apakah kemenagan demikian yang dimaksud oleh Alkitab?
Apakah Musa berkemenangan, sementara ia tidak menapakkan kaki di tanah perjanjian? Apakah Abraham berkemenangan, sementara sampai matinya ia belum memiliki tanah perjanjian? Apakah para Rasul berkemenangan, sementara mereka sengasara bahkan mati dalam pemberitaan Injil. Apakah orang Kristen yang hidup dalam penganiayaan berkemenangan?
Apakah Gereja di jaman Edik Milano, ketika Kaisar Konstantinus Agung mengumumkan bahwa Kristen adalah agama negara dan para petinggi Gereja mendapat tempat terhormat seperti para pembesar di Kekasisaran Roma dianggap telah menang? Mengapa para sejarawan gereja mengatakan bahwa masa itu adalah masa kegelapan bagi Gereja?  
Alkitab meyatakan kepada kita beberapa sifat kemenangan Kristen, bahwa: kemenangan bukan apa yang diraih, tetapi apa yang dijalani. Kemenangan belum berakhir, tetapi dalam proses penyempurnaan. Hidup berkemenangan adalah kesatuan antara materi dan rohani. Kemenangan Kristen adalah kemenangan yang berkelanjutan didalam iman, layaknya kasih setia Allah sampai keanak cucu. Hal ini dapat kita lihat dalam kehidupan Abraham dan Musa, walau mereka belum meraih tanah perjanjian, tetapi bukan berarti mereka tidak berkemenangan.
Pada tulisan ini, kita akan mebahas mengenai ‘apa dan bagaimana hidup berkemenangan dalam iman Kristen?  
1.      Hidup berkemenangan adalah “hidup yang tidak terpisah dari kasih Allah”.
Hidup yang tidak terpisah dari kasih Allah adalah dasar dan cara hidup berkemenangan Kisten. Mengapa? Sebab Allah adalah kasih dan segala sesuatu diciptakan-Nya berdasar tujuan kasih.
Kita semua tahu, bahwa dunia dimana kita berada adalah dunia yang telah jatuh dalam dosa, dan tidak sebatas itu, dunia ini juga adalah dunia yang membenci Yesus Kristus dan semua orang yang percaya kepada-Nya.

Sejak kelahiran Yesus, iblis telah berusaha untuk membinasakan-Nya. Demikian pula terhadap Gereja, Iblis berupaya membinasakan Jemaat Kristus dengan berbagai macam cara, yaitu penganiayaan, kelaparan, kemiskinan dan penderitaan.
Kepada jemaat Roma yang sedang mengalami penindasan dan sengsara, Rasul Paulus mengatakan: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari Kristus? Penindasan atau kesesakan atau pengaiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? (Rom. 8: 35). Adakah orang yang sedang berada dalam penindasan yang disebut orang menang? Bukankah dalam konsep umum bahwa siapa yang menguasai dan menindas adalah pemenang. Tetapi Rasul Paulus mengatakan kepada jemaat Roma: “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (Rom. 8: 37).
Bagi Rasul Paulus, hidup menang atau berkemenangan, bukanlah mengalahkan si penindas, atau merubah penderitaan menjadi bahagia, tetapi tetap beriman dan mengasihi Kristus walau harus mengalami penganiayaan, kelaparan, kemiskinan akibat penindasan karena iman.
Iman Kristen tidak mengajarkan membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi juga tidak mengajarkan agar orang Kristen menantang maut, atau menciptakan pencobaan. Jika semua itu dapat dihindari, maka dihindari, tetapi jika tidak dapat dihindari, maka orang Kristen dipanggil untuk menghadapi dan menjalani semuanya itu.  
Sejarah dunia dan Indonesia mencatat bahwa, orang Kristenlah yang paling banyak mengalami sengsara dan penderitaan karena iman mereka, hal itu terjadi sejak dari Gereja mula-mula hingga saat ini.
Kita menyaksikan di India, Afrika, teristimewa negara-negara mayoritas Islam yang masih menerapkan hukum mati bagi orang yang beralih menjadi Kristen seperti yang terjadi di Iran. Penganiayaan dan penindasan terus terjadi kepada Gereja. Tetapi dari semua itu, kita tidak pernah melihat orang Kristen melakukan aksi terror sebagai perlawanan. Demikian pula kita tidak menyaksikan negara-negara mayoritas Kristen menjadi tirani terhadap agama lain.
Sejarah juga mencatat bahwa, dalam penindasan dan penganiayaan, banyak orang-orang Kristen justru menciptakan karya-karya agung yang membawa kemaslahatan bagi kehidupan manusia. Mengapa semua ini dapat terjadi? Karena kesadaran dan syukur atas kasih Allah yang telah diterimanya.
Dalam kisah seorang tuan yang membebaskan seorang yang berhutang kepadanya, mengajarkan kepada kita sekalian, bahwa sekali kita menerima kasih Allah yang menyelamatkan itu, menjadi contoh dan tuntutan bagi kita untuk seumur hidup tidak mencekik sesama kita.
Jangan pernah terlepas dari kasih Allah, walau hidup penuh kesusahan. Orang yang hidup nyaman dan anam tetapi terpisah dari kasih Allah, ia sungguh-sungguh telah bangkrut dan tidak berpengharapan. Himpitan dan penganiayaan dunia ini, tidak sebanding dengan kasih Allah kita. Lebih baik dibenci dunia dari pada hidup tanpa kasih Allah. Bahkan Pemazmur mengatakan: Sekalipun ayahku dan ibuku meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku  (Mzm 27:10).

2.       Hidup berkemenangan adalah hidup dalam pengharapan.
Abraham belum memiliki tanah yang dijanjikan Allah padanya hingga akhir hayatnya, tetapi ia tetap yakin bahwa apa yang dijanjikan Allah itu sungguh akan terjadi. Yusuf berpesan kepada Israel diakhir hayatnya bahwa suatu saat Allah akan membawa Israel pulang ke Kanaan, ia meminta untuk membawa tulangnya ke tanah perjanjian itu, dan itu terjadi ratusan tahun kemudian. Pengharapan adalah hal yang mendasri apa yang Abraham dan Yusuf lakukan.

Hidup berkemenangan bukan karena apa yang dimimpikan telah diraih, tetapi tetap percaya bahwa Allah akan terus bekerja menyatakan hal-hal baik yang kita harapkan yang belum mampu kita wujudkan dalam hidup ini, bisa karena kemampuan kita terbatas, kesempatan terbatas, dan bisa karena tekanan, penganiayaan, dan keterbatasan lainnya.
Semua orang tua ingin anak-anak mereka sukses, tetapi berapa banyak orang tua yang tidak mampu mewujudkannya hal tersebut dengan berbagai keterbatasan. Yang menyedihkan dari semua adalah, mereka meninggal sebelum anak-anak mereka sukses seperti harapan mereka. apakah dengan demikian harapan itu sirna begitu saja? Kita menyaksikan bagaimana Allah mewujudkan harapan orang beriman, bahkan jauh setelah kematian mereka.
Hidup berkemenangan adalah hidup dalam menggantungkan harapan kepada Allah, walau kenyataan yang dihadapi penuh dengan tekanan dan sengsara, seperti yang digambarkan oleh Rasul Paulus: “Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal,  namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa” (2 Kor.4:8).
Pada abad ke-19 di India satu keluarga percaya pada Yesus. Ketika orang-orang tahu keluarga ini menjadi Kristen, mereka sangat marah dan berkumpul dan membawa keluarga ini ke depan umum dan dipaksa meninggalkan imannya. Ayah dari keluarga itu justru menyanyikan lagu " I have decided to follow Jesus, no turning back, no turning back, (mengikut Yesus keputusanku, ku tak ingkar). Akhirnya, anak-anak pria tersebut dibunuh satu persatu. Pria itu sempat diberikan kesempatan untuk menyelamatkan isterinya, tapi dia terus bernyanyi, dan akhirnya isterinya terbunuh. Setelah itu, pria itu diberikan kesempatan terakhir untuk menyelamatkan dirinya, asal dia meninggalkan Yesus, tapi tetap saja dia bernyanyi dan akhirnya iapun dibunuh.
Orang-orang berpikir dengan matinya satu-satunya keluarga Kristen yang percaya tersebut, maka Injil berakhir di daerah itu, tetapi hal itu justru meninggalkan jejak iman yang kuat dalam ingatan orang yang melihat dan mendengar kisah tersebut. Akhirnya diwaktu selanjutnya satu-persatu orang percaya kepada Yesus. Pengharapan iman Kristen tidak berakhir dengan penderitaan, bahkan kematian sekalipun.
Ketika saat ini kita menghadapi berbagai macam tekanan, apa yang kita harapkan jauh dari kenyataan, jangan pernah patah semangat. Jangan pernah berhenti bermimpi. Jangan pernah berhenti berharap, dan jangan pernah mengatakan aku telah gagal. Jangan pernah mengatakan aku telah kalah. Teruslah berjuang dan berusaha, sebab hidup berkemenangan di dalam Allah adalah terus berharap kepada-Nya.
Orang percaya yang memiliki pengharapan kepada Allah, adalah pemenang, walau apapun yang ada padanya direnggut oleh dunia ini. 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Dengan Apa Kan Ku Balas   Kau Allah Yang Setia, Bapa Yang Mulia. Ka...