Nas:Yohanes 16:33
Menang
bukan sebab, tetapi akibat. Tidak ada kemenangan tanpa perjuangan, tidak ada
kemenangan, tanpa pertandingan, tidak ada kemenangan tanpa perang, tidak ada
kekenangan tanpa pergumulan. Oleh karena itu, kemenangan dapat juga kita
katakana sebagai “hasil”.
Jika
tidak ada kemenangan tanpa perjuangan & pertandingan, maka kemenangan tentu
bukan warisan, tidak berhenti pada anugerah, oleh karena itu, kemenangan dalam
iman Kristen tidak berhenti kepada anugerah keselamatan, tetapi terus
berkelanjutan kepada “mengerjakan keselamatan itu”.
Apakah
orang yang
mengalahkan persaingan bisnis dengan pesaingnya akan dianggap menang. Orang
yang sakit lalu sembuh akan dianggap menang. Orang yang miskin lalu kaya akan
dianggap menang. Orang yang juara/berprestasi dalam perlombaan dianggap menang.
Apakah kemenagan demikian yang dimaksud oleh Alkitab?
Apakah
Musa berkemenangan, sementara ia tidak menapakkan kaki di tanah perjanjian? Apakah
Abraham berkemenangan, sementara sampai matinya ia belum memiliki tanah
perjanjian? Apakah para Rasul berkemenangan, sementara mereka sengasara bahkan
mati dalam pemberitaan Injil. Apakah orang Kristen yang hidup dalam
penganiayaan berkemenangan?
Apakah
Gereja di jaman Edik Milano, ketika Kaisar Konstantinus Agung mengumumkan bahwa
Kristen adalah agama negara dan para petinggi Gereja mendapat tempat terhormat
seperti para pembesar di Kekasisaran Roma dianggap telah menang? Mengapa para
sejarawan gereja mengatakan bahwa masa itu adalah masa kegelapan bagi Gereja?
Alkitab
meyatakan kepada kita beberapa sifat kemenangan Kristen, bahwa: kemenangan
bukan apa yang diraih, tetapi apa yang dijalani. Kemenangan belum berakhir,
tetapi dalam proses penyempurnaan. Hidup berkemenangan adalah kesatuan antara
materi dan rohani. Kemenangan Kristen adalah kemenangan yang berkelanjutan
didalam iman, layaknya kasih setia Allah sampai keanak cucu. Hal ini dapat kita
lihat dalam kehidupan Abraham dan Musa, walau mereka belum meraih tanah
perjanjian, tetapi bukan berarti mereka tidak berkemenangan.
Pada tulisan ini, kita akan mebahas
mengenai ‘apa dan bagaimana hidup berkemenangan dalam iman Kristen?
1.
Hidup berkemenangan adalah “hidup yang
tidak terpisah dari kasih Allah”.
Hidup
yang tidak terpisah dari kasih Allah adalah dasar dan cara hidup berkemenangan
Kisten. Mengapa? Sebab Allah adalah kasih dan segala sesuatu diciptakan-Nya
berdasar tujuan kasih.
Kita
semua tahu, bahwa dunia dimana kita berada adalah dunia yang telah jatuh dalam
dosa, dan tidak sebatas itu, dunia ini juga adalah dunia yang membenci Yesus
Kristus dan semua orang yang percaya kepada-Nya.
Sejak
kelahiran Yesus, iblis telah berusaha untuk membinasakan-Nya. Demikian pula terhadap
Gereja, Iblis berupaya membinasakan Jemaat Kristus dengan berbagai macam cara, yaitu
penganiayaan, kelaparan, kemiskinan dan penderitaan.
Kepada
jemaat Roma yang sedang mengalami penindasan dan sengsara, Rasul Paulus
mengatakan: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari Kristus? Penindasan atau
kesesakan atau pengaiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya,
atau pedang? (Rom. 8: 35). Adakah orang yang sedang berada dalam penindasan
yang disebut orang menang? Bukankah dalam konsep umum bahwa siapa yang
menguasai dan menindas adalah pemenang. Tetapi Rasul Paulus mengatakan kepada
jemaat Roma: “Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang
menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita” (Rom. 8: 37).
Bagi
Rasul Paulus, hidup menang atau berkemenangan, bukanlah mengalahkan si
penindas, atau merubah penderitaan menjadi bahagia, tetapi tetap beriman dan
mengasihi Kristus walau harus mengalami penganiayaan, kelaparan, kemiskinan
akibat penindasan karena iman.
Iman
Kristen tidak mengajarkan membalas kejahatan dengan kejahatan. Tetapi juga
tidak mengajarkan agar orang Kristen menantang maut, atau menciptakan
pencobaan. Jika semua itu dapat dihindari, maka dihindari, tetapi jika tidak
dapat dihindari, maka orang Kristen dipanggil untuk menghadapi dan menjalani
semuanya itu.
Sejarah
dunia dan Indonesia mencatat bahwa, orang Kristenlah yang paling banyak
mengalami sengsara dan penderitaan karena iman mereka, hal itu terjadi sejak
dari Gereja mula-mula hingga saat ini.
Kita
menyaksikan di India, Afrika, teristimewa negara-negara mayoritas Islam yang
masih menerapkan hukum mati bagi orang yang beralih menjadi Kristen seperti
yang terjadi di Iran. Penganiayaan dan penindasan terus terjadi kepada Gereja. Tetapi
dari semua itu, kita tidak pernah melihat orang Kristen melakukan aksi terror
sebagai perlawanan. Demikian pula kita tidak menyaksikan negara-negara
mayoritas Kristen menjadi tirani terhadap agama lain.
Sejarah
juga mencatat bahwa, dalam penindasan dan penganiayaan, banyak orang-orang
Kristen justru menciptakan karya-karya agung yang membawa kemaslahatan bagi
kehidupan manusia. Mengapa semua ini dapat terjadi? Karena kesadaran dan syukur
atas kasih Allah yang telah diterimanya.
Dalam
kisah seorang tuan yang membebaskan seorang yang berhutang kepadanya,
mengajarkan kepada kita sekalian, bahwa sekali kita menerima kasih Allah yang
menyelamatkan itu, menjadi contoh dan tuntutan bagi kita untuk seumur hidup
tidak mencekik sesama kita.
Jangan
pernah terlepas dari kasih Allah, walau hidup penuh kesusahan. Orang yang hidup
nyaman dan anam tetapi terpisah dari kasih Allah, ia sungguh-sungguh telah
bangkrut dan tidak berpengharapan. Himpitan dan penganiayaan dunia ini, tidak
sebanding dengan kasih Allah kita. Lebih baik dibenci dunia dari pada hidup
tanpa kasih Allah. Bahkan Pemazmur mengatakan: Sekalipun ayahku dan ibuku
meninggalkan aku, namun TUHAN menyambut aku
(Mzm 27:10).
2.
Hidup berkemenangan adalah hidup dalam
pengharapan.
Abraham
belum memiliki tanah yang dijanjikan Allah padanya hingga akhir hayatnya,
tetapi ia tetap yakin bahwa apa yang dijanjikan Allah itu sungguh akan terjadi.
Yusuf berpesan kepada Israel diakhir hayatnya bahwa suatu saat Allah akan
membawa Israel pulang ke Kanaan, ia meminta untuk membawa tulangnya ke tanah
perjanjian itu, dan itu terjadi ratusan tahun kemudian. Pengharapan adalah hal
yang mendasri apa yang Abraham dan Yusuf lakukan.
Hidup
berkemenangan bukan karena apa yang dimimpikan telah diraih, tetapi tetap
percaya bahwa Allah akan terus bekerja menyatakan hal-hal baik yang kita
harapkan yang belum mampu kita wujudkan dalam hidup ini, bisa karena kemampuan
kita terbatas, kesempatan terbatas, dan bisa karena tekanan, penganiayaan, dan
keterbatasan lainnya.
Semua
orang tua ingin anak-anak mereka sukses, tetapi berapa banyak orang tua yang
tidak mampu mewujudkannya hal tersebut dengan berbagai keterbatasan. Yang
menyedihkan dari semua adalah, mereka meninggal sebelum anak-anak mereka sukses
seperti harapan mereka. apakah dengan demikian harapan itu sirna begitu saja?
Kita menyaksikan bagaimana Allah mewujudkan harapan orang beriman, bahkan jauh
setelah kematian mereka.
Hidup
berkemenangan adalah hidup dalam menggantungkan harapan kepada Allah, walau
kenyataan yang dihadapi penuh dengan tekanan dan sengsara, seperti yang
digambarkan oleh Rasul Paulus: “Dalam segala hal kami ditindas,
namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa;
kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami
dihempaskan, namun tidak binasa” (2 Kor.4:8).
Pada
abad ke-19 di India satu keluarga percaya pada Yesus. Ketika orang-orang tahu
keluarga ini menjadi Kristen, mereka sangat marah dan berkumpul dan membawa
keluarga ini ke depan umum dan dipaksa meninggalkan imannya. Ayah dari keluarga
itu justru menyanyikan lagu " I have decided to follow Jesus, no turning
back, no turning back, (mengikut Yesus keputusanku, ku tak ingkar). Akhirnya,
anak-anak pria tersebut dibunuh satu persatu. Pria itu sempat diberikan
kesempatan untuk menyelamatkan isterinya, tapi dia terus bernyanyi, dan
akhirnya isterinya terbunuh. Setelah itu, pria itu diberikan kesempatan
terakhir untuk menyelamatkan dirinya, asal dia meninggalkan Yesus, tapi tetap
saja dia bernyanyi dan akhirnya iapun dibunuh.
Orang-orang
berpikir dengan matinya satu-satunya keluarga Kristen yang percaya tersebut,
maka Injil berakhir di daerah itu, tetapi hal itu justru meninggalkan jejak
iman yang kuat dalam ingatan orang yang melihat dan mendengar kisah tersebut. Akhirnya
diwaktu selanjutnya satu-persatu orang percaya kepada Yesus. Pengharapan iman
Kristen tidak berakhir dengan penderitaan, bahkan kematian sekalipun.
Ketika
saat ini kita menghadapi berbagai macam tekanan, apa yang kita harapkan jauh
dari kenyataan, jangan pernah patah semangat. Jangan pernah berhenti bermimpi. Jangan
pernah berhenti berharap, dan jangan pernah mengatakan aku telah gagal. Jangan pernah
mengatakan aku telah kalah. Teruslah berjuang dan berusaha, sebab hidup
berkemenangan di dalam Allah adalah terus berharap kepada-Nya.
Orang
percaya yang memiliki pengharapan kepada Allah, adalah pemenang, walau apapun yang ada padanya
direnggut oleh dunia ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: