Sabtu, 26 September 2020

Kemenangan Sejati




Telah beberapa Minggu kita menggumulkan mengenai “kemenangan Kristen”, tetapi  kenyataan untuk meraih kemenangan telah menjadi masalah dalam hidup sehari-hari, baik dalam hubungan keluarga, gereja, maupun bermasyarakat.
Cara meraih kemenangan lebih sering menimbulkan pertengkaran dalam keluarga, baik oleh suami dan isteri, anak-anak, dan keluarga besar. Hal ini sering terjadi dalam   diskusi, maupun dalam hal lainnya.
Selain dalam keluarga, dalam bergerejapun permasalahan ini sering kita saksikan, dimana diskusi sering lebih mirip pertengkaran, karena semua pihak berupaya untuk menang, atau sering kita kenal dengan kata ngotot, entah itu benar, terbaik, yang penting aku menang, dan ada kebanggan didalamnya.
Ada berbagai macam setatus dalam hubungan sesama manusia, yaitu kalah-menang, menang kalah, kalah-kalah, dan menang-menang. Kita sering mendengar istilah win-win solution atau solusi menang-menang.
Dalam seluruh hubungan dan kegiatan hidup kita, baik dalam kerja, bisnis, seharusnya kita mencapai siatuasi terbaik yaitu “siatuasi menang-menang” atau semuanya menang.  
Contoh:
Dimanapun saya belanja dan belanja apapun, ketika penjual bertanya mau beli apa, dan bagaimana kualitas barang saying saya cari, maka saya selalu katakan, saya mencari barang yang terbaik, tetapi dengan harga termurah. Bagi penjual, adalah menjual barang jelek dengan harga termahal, itulah yang dikatakan menang. Dalam konsep menang-menang, yaitu mencari titik tengah dari kedua kepentingan ini, dimana peenjual menang dan pembeli juga menang.
Apa itu menang? Menang sering kali dihubungkan dengan beberapa hal yaitu: kekayaan, kekuasaan, kecerdasan. Hal-hal ini adalah cara untuk memperoleh “kemenangan” atau puncak dari kemenangan yang sebenarnya.  
Dari semua cara dan puncak kemenangan itu, mari kita perhatikan suatu Filsafat Jawa yang mengatakan: Sugih tanpa Bandha, Digdaya tanpa Aji, Nglurug tanpa Bala, Menang tanpa Ngasorake. Secara harafiah dapat diartikan: Kaya tanpa Harta, memiliki Kesaktian tanpa Ilmu/benda pusaka, Menyerang tanpa bala Pasukan, Menang tanpa Merendahkan. 


Bagaimana kemenangan sejati Kristen?  
Semua sifat kemenangan Kristen, berakar dari Kristus, yaitu cara hidup Kristus yang menjadi teladan bagi orang Kristen dalam memahami apa sebenarnya ‘kemenangan itu” dan bagaimana meraih kemenangan yang sejati.
1.    Altrusime Kristus.
Ngak ngurus! Derita lo! EGP (emang gua pikirin), OKMB (orang kaya mah bebas), semua adalah kata-kata yang sering kita dengan di dunia modern saat ini. kata-kata ini adalah kata yang menggambarkan bagaimana semangat public, atau psikologi sosial yang telah berfokus pada egosentrisme atau mengutamakan hal prifat dari pada kelompok, atau kepedulian sosial.
Mengapa ada selalu ada pertengkaran? Mengapa selalu ada permasalahan hubungan manusia?, baik hubungan keluarga, keluarga besar, kelompok, bangsa, antar bangsa? Satu hal yang menjadi permasalahan utama yaitu “EGOISME”.
Egoism pribadi, egoism kelompok, egoism bangsa, telah menjadi hal wajar dalam kehidupan manusia, walau kenyataan bahwa egoisme inilah yang menjadi akar semua kekacauan, perpecahan, diberbagai bidang.
Egoisme adalah paham dan sikap yang berfokus pada diri sendiri, baik demi kebanggan & kepentingan. Egoisme adalah sikap yang semuanya diukur dari kepentingan pribadi (self-interest). Suatu tindakan untuk mempertahankan pandangan atau bahkan kepemilikan atas dasar baik-buruk yang berasal dari konsep diri bahwa pandangan atau kepemilikannya harus dipertahankan, orang lain harus mengikuti.
Egoisme berasal dari kata ego, yaitu konsep psikologis yang berkaitan dengan persepsi individu tentang dirinya sendiri yang berpengaruh pada tindakannya (Sobur, Psikologi Umum, 2016). Seseorang yang selalu mengutamakan kepentingan diri sendiri disebut orang egois.
Lawan dari egoisme adalah altruisme. Altruisme muncul sebagai suatu sikap di mana pertimbangan diri sendiri digantikan dengan mementingkan orang lain. Fokus altruisme bukan ego, tapi kepentingan orang lain, atau sosial.
Altruisme adalah sikap hidup yang dicontohkan Yesus Kristus. Altruisme jika berlebihan akan menjadi buruk, sebab akan menjadi pengabaian diri. Hukum kasih kepada sesame manusia harus menaruh keseimbangan antar diri dan orang lain atau kelompok. Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Yesaya menggambarkan Altruisme Kristus Sbb: Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (Yes. 53:4-5). Rasul Paulus meminta kepada jemaat di Filipi: “dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”. (Flp 2:4).
Sikap altruisme adalah langkah awal bagi manusia untuk memikirkan kepentingan orang lain, dan kepentingan bersama, sebab tidak ada suatu tindakan memikirkan dan membantu orang lain yang tanpa pengorbanan.
Iman Kristen mengajarkan kita, bahwa, kita tidak sekedar memperoleh kemenangan, bahkan ada karunia kemenangan dalam iman percaya kita kepada Kristus sebagai “sang pemenang” (pantrocator), tetapi juga memenagkan yang lain, atau dapat kita katakana menang-menang. Satu kata penting dalam pidato Jokowi di ulang tahun PBB ke 75, yaitu: tidak ada guna merayakan kemenangan di dunia yang porak poranda.
Kemenangan apa yang diperoleh dari altruisme Kristen ini? kemenangan dari lawan utama dan lawan berat, yaitu ego diri sendiri. Penulis Amsal mengatakan: “Orang yang sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang yang merebut kota (Ams 16:32).
2.    Kelemahlembutan Kristen.
Kelemahlembutan telah dianggap menjadi kelemahan. Kelemahlembutan sering dianggap berlawanan dengan ketegasan. Hal ini dapat kita lihat dalam pandangan secara umum  masyarakat Indonesia ketika pemilu lalu, dimana Prabowo dengan sikap arogannya dianggap lebih tegas dari Jokowi yang lemah lembut.
Kelmahlembutan dianggap sebagai lemah dan kelemahan, sebab lemah lembut lebih mengutamakan damai dari pada konfrontasi. Kelemahlembutan adalah sikap tenggang rasa kepada sesama manusia. Kelemahlembutan lebih mengutamakan kerelaan dari pada paksaan atau tekanan. Lebih mengajak dari pada memaksa. Kelamahlembutan lebih memilih kemerdekaan dari pada tirani.
Kelemahlembutan (Yun. Praus; praotes), adalah sikap tegah diantara kedua kutub ekstrim, atau dapat dikatakan ssebagai orang yang dapat mengendalikan emosinya pada waktunya.
Yesus Kristus mengumpulkan pengikut dengan kelamah-lembutan: “marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbedan berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Injil Kristus diberitakan di seluruh dunia, bukan dengan kekuatan pedang, terror, iming-iming kekayaan, tetapi dengan kelah-lembutan. Bahkan jelas Tuhan Yesus mengatakan, siapa yang mau mengikut Aku harus memikul salibnya dan menyangkal diri. Para pemberita Injil tidak menyandang pedang dalam pemberitaan mereka.
Kita mungkin berpikir bagaimana mungkin kelemah-lembutan dapat menang? Belajarlah pada sejarah. Musa dapat memipin Israel, bangsa yang tegar tengkuk, karena Musa terkenal lemah lembut (Bil. 12: 3). Tak pernah tercatat dalam sejarah, bahwa orang Kristen memberontak terhadap Roma, bahkan orang Kristen menjadi korban kebiadaban bebrapa Kaisar Roma, tetapi pada akhirnya Iman Kristen menjadi agama resmi Roma. Mahatma Gandhi adalah seorang hindu yang sangat dipengaruhi oleh Yesus, begitu sangat kecewa dengan sikap banyak orang Kristen yang tidak meneladani cara hidup Yesus. Gandhi sendiri merebut kemerdekaan dari Inggris, bukan dengan kekuatan militer, tetapi dengan kelemah-lembutan atau gerakan rohani yang dikenal dengan gerakan swadesi.
Rendah hati adalah jalan menuju kemerdekaan sejati dan kemenangan. Dalam khotbah di Bukit “Tuhan Yesus mengatakan: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi” (Mat 5:5).
Alexander Agung menguasai sebagian dunia dengan penaklukkan militer dan penumpahan darah yang tak terhingga. Begitu pula dengan kerajaan Inggris, Amerika, semua dilakukan dengan infasi militer dan ekonomi. Yesus tidak memakai pedang dan perang, tetapi kaisar, raja-raja, orang terpelajar dan masyarakat dunia, taat kepada-Nya dan menjadi murid-Nya.
3.    Kerendahan hati.
Dalam undangan-Nya kepada manusia, Tuhan Yesus mengatakan: “Marilah kepada-Ku semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan” (Mat. 11: 28-29). 
Kemenangan sejati hanya akan dimiliki bagi orang yang rendah hati, sebab kerendahan hati adalah awal bagi manusia untuk menilai dirinya secara benar, tanpa kerendahan hati, seseorang tidak akan mampu melihat ke dalam diri atau intropeksi diri. Kerendahan hati adalah hal mutlak yang harus dimiliki bagi manusia untuk belajar.
Apakah kerendahan hati yang dimaksud oleh Tuhan Yesus? Kita dapat memahaminya dalam penjelasan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi: “Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp.2: 5-8).
Dalam penjelelasan Rasul Paulus di atas, dapat kita simpulkan bahwa “kerendahan hati adalah: kenosis atau proses mengosongkan diri, atau tidak mempertahankan setatus apapun”. Seseorang yang tidak mempertahankan sesuatupun dalam hidupnya, maka tidak ada sesuatu yang dapat dicuri atau dapat dirampas dari padanya, ia akan menjadi orang yang paling merdeka dan tenang.
Inilah kemenangan yang sejati, ketika tidak ada suatupun yang dapat merendahkan kita, tidak ada sesuatu apapun yang kita kuatirkan akan direnggut dari kita, dan hidup dengan penuh ketenangan. Kiranya kita menjadi orang-orang yang menang bersama dan didalam Yesus. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Dengan Apa Kan Ku Balas   Kau Allah Yang Setia, Bapa Yang Mulia. Ka...