Telah
beberapa Minggu kita menggumulkan mengenai “kemenangan Kristen”, tetapi kenyataan untuk meraih kemenangan telah
menjadi masalah dalam hidup sehari-hari, baik dalam hubungan keluarga, gereja,
maupun bermasyarakat.
Cara
meraih kemenangan lebih sering menimbulkan pertengkaran dalam keluarga, baik
oleh suami dan isteri, anak-anak, dan keluarga besar. Hal ini sering terjadi
dalam diskusi, maupun dalam hal lainnya.
Selain
dalam keluarga, dalam bergerejapun permasalahan ini sering kita saksikan,
dimana diskusi sering lebih mirip pertengkaran, karena semua pihak berupaya
untuk menang, atau sering kita kenal dengan kata ngotot, entah itu benar,
terbaik, yang penting aku menang, dan ada kebanggan didalamnya.
Ada
berbagai macam setatus dalam hubungan sesama manusia, yaitu kalah-menang,
menang kalah, kalah-kalah, dan menang-menang. Kita sering mendengar istilah win-win
solution atau solusi menang-menang.
Dalam
seluruh hubungan dan kegiatan hidup kita, baik dalam kerja, bisnis, seharusnya
kita mencapai siatuasi terbaik yaitu “siatuasi menang-menang” atau semuanya
menang.
Contoh:
Dimanapun
saya belanja dan belanja apapun, ketika penjual bertanya mau beli apa, dan
bagaimana kualitas barang saying saya cari, maka saya selalu katakan, saya
mencari barang yang terbaik, tetapi dengan harga termurah. Bagi penjual, adalah
menjual barang jelek dengan harga termahal, itulah yang dikatakan menang. Dalam
konsep menang-menang, yaitu mencari titik tengah dari kedua kepentingan ini,
dimana peenjual menang dan pembeli juga menang.
Apa
itu menang? Menang sering kali dihubungkan dengan beberapa hal yaitu: kekayaan,
kekuasaan, kecerdasan. Hal-hal ini adalah cara untuk memperoleh “kemenangan”
atau puncak dari kemenangan yang sebenarnya.
Dari
semua cara dan puncak kemenangan itu, mari kita perhatikan suatu Filsafat Jawa
yang mengatakan: Sugih tanpa
Bandha, Digdaya tanpa Aji, Nglurug tanpa Bala, Menang tanpa Ngasorake. Secara
harafiah dapat diartikan: Kaya tanpa Harta, memiliki Kesaktian tanpa Ilmu/benda
pusaka, Menyerang tanpa bala Pasukan, Menang tanpa Merendahkan.
Bagaimana
kemenangan sejati Kristen?
Semua sifat kemenangan
Kristen, berakar dari Kristus, yaitu cara hidup Kristus yang menjadi teladan
bagi orang Kristen dalam memahami apa sebenarnya ‘kemenangan itu” dan bagaimana
meraih kemenangan yang sejati.
1.
Altrusime Kristus.
Ngak
ngurus! Derita lo! EGP (emang gua pikirin), OKMB (orang kaya mah bebas), semua
adalah kata-kata yang sering kita dengan di dunia modern saat ini. kata-kata
ini adalah kata yang menggambarkan bagaimana semangat public, atau psikologi
sosial yang telah berfokus pada egosentrisme atau mengutamakan hal prifat dari
pada kelompok, atau kepedulian sosial.
Mengapa
ada selalu ada pertengkaran? Mengapa selalu ada permasalahan hubungan manusia?,
baik hubungan keluarga, keluarga besar, kelompok, bangsa, antar bangsa? Satu
hal yang menjadi permasalahan utama yaitu “EGOISME”.
Egoism
pribadi, egoism kelompok, egoism bangsa, telah menjadi hal wajar dalam
kehidupan manusia, walau kenyataan bahwa egoisme inilah yang menjadi akar semua
kekacauan, perpecahan, diberbagai bidang.
Egoisme
adalah paham dan sikap yang berfokus pada diri sendiri, baik demi kebanggan
& kepentingan. Egoisme adalah sikap yang semuanya diukur dari kepentingan
pribadi (self-interest). Suatu tindakan untuk mempertahankan pandangan
atau bahkan kepemilikan atas dasar baik-buruk yang berasal dari konsep diri
bahwa pandangan atau kepemilikannya harus dipertahankan, orang lain harus
mengikuti.
Egoisme
berasal dari kata ego, yaitu konsep psikologis yang berkaitan dengan persepsi
individu tentang dirinya sendiri yang berpengaruh pada tindakannya (Sobur, Psikologi
Umum, 2016). Seseorang yang selalu mengutamakan kepentingan diri sendiri
disebut orang egois.
Lawan
dari egoisme adalah altruisme. Altruisme muncul sebagai suatu sikap di mana
pertimbangan diri sendiri digantikan dengan mementingkan orang lain. Fokus
altruisme bukan ego, tapi kepentingan orang lain, atau sosial.
Altruisme
adalah sikap hidup yang dicontohkan Yesus Kristus. Altruisme jika berlebihan
akan menjadi buruk, sebab akan menjadi pengabaian diri. Hukum kasih kepada sesame
manusia harus menaruh keseimbangan antar diri dan orang lain atau kelompok.
Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.
Yesaya
menggambarkan Altruisme Kristus Sbb: Tetapi sesungguhnya, penyakit kitalah
yang ditanggungnya, dan kesengsaraan kita yang dipikulnya, padahal
kita mengira dia kena tulah, dipukul dan ditindas Allah. Tetapi
dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan
oleh karena kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan
keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya, dan oleh
bilur-bilurnya kita menjadi sembuh. (Yes. 53:4-5). Rasul Paulus
meminta kepada jemaat di Filipi: “dan janganlah tiap-tiap orang hanya
memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga”. (Flp
2:4).
Sikap
altruisme adalah langkah awal bagi manusia untuk memikirkan kepentingan orang
lain, dan kepentingan bersama, sebab tidak ada suatu tindakan memikirkan dan
membantu orang lain yang tanpa pengorbanan.
Iman
Kristen mengajarkan kita, bahwa, kita tidak sekedar memperoleh kemenangan,
bahkan ada karunia kemenangan dalam iman percaya kita kepada Kristus sebagai
“sang pemenang” (pantrocator), tetapi juga memenagkan yang lain, atau dapat
kita katakana menang-menang. Satu kata penting dalam pidato Jokowi di ulang
tahun PBB ke 75, yaitu: tidak ada guna merayakan kemenangan di dunia yang porak
poranda.
Kemenangan
apa yang diperoleh dari altruisme Kristen ini? kemenangan dari lawan utama dan
lawan berat, yaitu ego diri sendiri. Penulis Amsal mengatakan: “Orang yang
sabar melebihi seorang pahlawan, orang yang menguasai dirinya, melebihi orang
yang merebut kota (Ams 16:32).
2.
Kelemahlembutan Kristen.
Kelemahlembutan
telah dianggap menjadi kelemahan. Kelemahlembutan sering dianggap berlawanan
dengan ketegasan. Hal ini dapat kita lihat dalam pandangan secara umum masyarakat Indonesia ketika pemilu lalu,
dimana Prabowo dengan sikap arogannya dianggap lebih tegas dari Jokowi yang
lemah lembut.
Kelmahlembutan
dianggap sebagai lemah dan kelemahan, sebab lemah lembut lebih mengutamakan
damai dari pada konfrontasi. Kelemahlembutan adalah sikap tenggang rasa kepada
sesama manusia. Kelemahlembutan lebih mengutamakan kerelaan dari pada paksaan
atau tekanan. Lebih mengajak dari pada memaksa. Kelamahlembutan lebih memilih
kemerdekaan dari pada tirani.
Kelemahlembutan
(Yun. Praus; praotes), adalah sikap tegah diantara kedua kutub ekstrim, atau
dapat dikatakan ssebagai orang yang dapat mengendalikan emosinya pada waktunya.
Yesus
Kristus mengumpulkan pengikut dengan kelamah-lembutan: “marilah kepada-Ku,
semua yang letih lesu dan berbedan berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah kepada-Ku, karena Aku lemah lembut
dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan.
Injil
Kristus diberitakan di seluruh dunia, bukan dengan kekuatan pedang, terror, iming-iming
kekayaan, tetapi dengan kelah-lembutan. Bahkan jelas Tuhan Yesus mengatakan,
siapa yang mau mengikut Aku harus memikul salibnya dan menyangkal diri. Para
pemberita Injil tidak menyandang pedang dalam pemberitaan mereka.
Kita
mungkin berpikir bagaimana mungkin kelemah-lembutan dapat menang? Belajarlah
pada sejarah. Musa dapat memipin Israel, bangsa yang tegar tengkuk, karena Musa
terkenal lemah lembut (Bil. 12: 3). Tak pernah tercatat dalam sejarah, bahwa
orang Kristen memberontak terhadap Roma, bahkan orang Kristen menjadi korban
kebiadaban bebrapa Kaisar Roma, tetapi pada akhirnya Iman Kristen menjadi agama
resmi Roma. Mahatma Gandhi adalah seorang hindu yang sangat dipengaruhi oleh
Yesus, begitu sangat kecewa dengan sikap banyak orang Kristen yang tidak
meneladani cara hidup Yesus. Gandhi sendiri merebut kemerdekaan dari Inggris,
bukan dengan kekuatan militer, tetapi dengan kelemah-lembutan atau gerakan
rohani yang dikenal dengan gerakan swadesi.
Rendah
hati adalah jalan menuju kemerdekaan sejati dan kemenangan. Dalam khotbah di
Bukit “Tuhan Yesus mengatakan: “Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena
mereka akan memiliki bumi” (Mat 5:5).
Alexander
Agung menguasai sebagian dunia dengan penaklukkan militer dan penumpahan darah
yang tak terhingga. Begitu pula dengan kerajaan Inggris, Amerika, semua
dilakukan dengan infasi militer dan ekonomi. Yesus tidak memakai pedang dan
perang, tetapi kaisar, raja-raja, orang terpelajar dan masyarakat dunia, taat
kepada-Nya dan menjadi murid-Nya.
3.
Kerendahan hati.
Dalam
undangan-Nya kepada manusia, Tuhan Yesus mengatakan: “Marilah kepada-Ku
semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu.
Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah
lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat
ketenangan” (Mat. 11: 28-29).
Kemenangan
sejati hanya akan dimiliki bagi orang yang rendah hati, sebab kerendahan hati
adalah awal bagi manusia untuk menilai dirinya secara benar, tanpa kerendahan
hati, seseorang tidak akan mampu melihat ke dalam diri atau intropeksi diri.
Kerendahan hati adalah hal mutlak yang harus dimiliki bagi manusia untuk
belajar.
Apakah
kerendahan hati yang dimaksud oleh Tuhan Yesus? Kita dapat memahaminya dalam
penjelasan Rasul Paulus kepada jemaat di Filipi: “Hendaklah kamu dalam hidupmu
bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu
sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan
diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan
manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan
taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib” (Flp.2: 5-8).
Dalam
penjelelasan Rasul Paulus di atas, dapat kita simpulkan bahwa “kerendahan hati
adalah: kenosis atau proses mengosongkan diri, atau tidak mempertahankan
setatus apapun”. Seseorang yang tidak mempertahankan sesuatupun dalam hidupnya,
maka tidak ada sesuatu yang dapat dicuri atau dapat dirampas dari padanya, ia
akan menjadi orang yang paling merdeka dan tenang.
Inilah
kemenangan yang sejati, ketika tidak ada suatupun yang dapat merendahkan kita,
tidak ada sesuatu apapun yang kita kuatirkan akan direnggut dari kita, dan
hidup dengan penuh ketenangan. Kiranya kita menjadi orang-orang yang menang
bersama dan didalam Yesus.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: