Sabtu, 03 Oktober 2020

Kemenangan Akhir

 


Setelah beberapa Minggu berbicara mengenai kemenangan, dengan beberapa tema: kemenenangan didalam Kristus, kemenangan sejati, hidup berkemangan”, saat ini kita akan merenungkan kemenangan menurut pandangan Kitab Wahyu. 

Kitab Wahyu sepertinya kurang menarik, selain sulit dan penuh perlambangan, juga banyak berbicara mengenai ‘zaman akhir & akhir zaman”, tetapi karena kata ‘menang’ sangat banyak diserukan dan dijanjikan dalam Kitab Wahyu, oleh karena itu, kurang tepat untuk mengabaikan hal ini.  

Kitab Wahyu adalah Kitab Apokaliptik memberitahukan kepada kita mengenai tanda-tanda akhir jaman. Memperlihatkan kepada kita surga dan neraka, dan nasib akhir dunia ini serta manusia. Suatu kata yang banyak diserukan Kristus dalam Wahyu yaitu “barang siapa menang”.

Kemenangan dalam Alkitab selalu berada didua kutub, yaitu, kutub anugerah dan upaya, kutub kini dan nanti, kutub telah dan akan. Demikian pula kemenangan dalam kitab Wahyu, yaitu kemenangan yang sedang diupayakan dan kemenangan dalam penyempurnaan pada kedatangan Tuhan.

Satu cara penting untuk meraih dan mempertahankan kemenangan menurut Kitab Wahyu, adalah “mendengar” sebagaimana diserukan: Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua. (Why 2:11)

Di Sulawesi, nakal, keras kepala atau lebih tepatnya bebal, disebut dengan satu kata “kapatuli”. Kapatuli yaitu, mempunyai telinga tetapi tidak mendengar, atau menolak untuk mendengar dan taat. Mendengar tetapi tidak menanggapi.  

Seruan “siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat”, beberapa kali diulang dalam Kitab Wahyu, yang menekankan betapa pentingnya tindakan ini dalam kehidupan jemaat atau orang percaya, sebagai suatu cara dan jalan yang harus ditempuh untuk memperoleh kemenangan iman.

Mendengar adalah tindakan penting dalam iman. Sepuluh Hukum Taurat diwali dengan “Syema Israel” (dengarlah Israel). Hukum Allah hanya akan tinggal hukum jikalau tidak didengarkan oleh umat percaya.

Kata Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan, pertama kali diserukan oleh Yesus Kristus dalam perumpamaan benih yang tumbuh, dan diulangi lagi ketika Ia mejawab pertanyaan orang Farisi dan Ahli Kitab mengenai hukum yang terutama. (Mat.22: 37-40).

Rasul Paulus sangat menenkankan betapa pentingnya ‘mendengar’, kepada jemaat di Roma Ia menulis: “iman datangnya dari pendengaran, pendengaran akan Firman Kristus” (Rom. 10: 17), bahwa tidak mungkin seseorang beriman sejati tanpa mendengar Firman Kristus.

Ketika kamu berbicara, kamu hanya mengulangi kembali apa yang kamu ketahui. Tetapi, ketika kamu benar-benar mendengarkan, kamu akan belajar sesuatu yang baru dan menangkap hal-hal di balik kata-kata itu. “Mendengar Firman adalah awal dari iman. Mendengar adalah bentuk kerendahan hati seseorang untuk terus belajar dan bertumbuh, kuat dan dewasa secara rohani.

Apa yang dimaksud dengan menang dalam Kitab Wahyu?

1.     Bertahan dalam iman.

 “tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga”. Why 12:8

 
          
Kata para filusuf, segala sesuatu tidak ada yang pasti, semua berubah. Satu hal yang pasti, yaitu perubahan itu sendiri. Kata pujangga, musim berganti, arah angin berubah. Tetapi dalam iman Kristen mengatakan “Allah tidak berubah, ia tidak berada dalam proses”. Iman harus bertumbuh, tetapi iman tidak boleh berubah, yaitu dasar dan tujuan iman kita kepada Allah.  

            Bertahan dalam iman menurut Wahyu, yaitu tetap percaya dalam tantangan, tetap percaya dalam tekanan, tetap percaya pada Kristus dalam diskriminasi, tetap beriman dalam menghadapi dampak-dampak dari tekanan, diskriminasi & penganiayaan.

            Mungkin dalam beriman kita belum sampai mencucurkan darah, kita belum sampai pada situasi terancam jiwa, walau demikian kenyataan yang ada dihadapan kita yaitu, begitu gampanganya sebagian besar orang Kristen mengingkari imannya kepada Yesus Kristus hanya karena pernikahan, bahkan hanya karena mengikuti selingkuhan, hanya karena tawaran jabatan, dan hanya karena mengalami sedikit situasi kurang beruntung dan hanya karena sakit.

            Bertahan dalam iman adalah kelanjutan dari “beriman karena”, kepada “beriman walau”. Sebagaimana tergubah dalam beberapa pernyataan dan syair lagu Kristen, diantaranya adalah  lagu “mengikut Yesus”.

            Bertahan dalam kesesakkan, penganiayaan, diskriminasi, hanya menjadi mungkin jika orang percaya memiliki hupomone Kristus, dalam Alkitab LAI diterjemahkan dengan “ketekunan”, tetapi menurut penulis lebih tepat diterjemahkan “ketahaban Kristus” (Why. 14: 2). Tabah lebih dari pada sabar, Tabah adalah menjalani hidup dalam tekanan, dalam waktu yang lama. Tabah bukan sekedar menahan secara passive, tetapi berupaya merubah setiap situasi sulit dengan anggun, tanpa melawan kekerasan dengan kekerasan, tekanan dengan terorisme, dll.

            Siapa yang tetap bertahan dalam iman sampai Kristus memanggilnya, atau sampai Kristus datang kedua kali, ia adalah orang-orang yang menang, dan kemenanganya adalah kemenangan yang disempurnakan.

2.     Melakukan pekerjaan Allah terus-menerus hingga Kristus datang.

Dan barangsiapa menang dan melakukan pekerjaan-Ku sampai kesudahannya, kepadanya akan Kukaruniakan kuasa atas bangsa-bangsa; Why 2:26

Saat ini, iman Kristen telah mengalami kemunduran disegala bidang, hal ini tidak terjadi karena tekanan dan penganiayaan, justru kemunduran ini terjadi di negara-negara Kristen yang makmur dan terjadi justru kepada orang-orang yang secara ekonomi diberkati Tuhan.

Untuk apa seorang Kristen ke gereja pada hari Minggu? Apakah pergi ke gereja menguntungkan Allah ataukah menguntungkan orang Kristen itu sendiri? Bahkan untuk keuntungan dan untuk kebaikannya sendiri, banyak orang Kristen mengabaikannya. Bahkan untuk kepentingan diri kita sendiri kita suam-suam kuku. Bagaimana dengan pekerjaan Tuhan atau kepentingan Tuhan?

Apa itu pekerjaan Tuhan? Pekerjaan Tuhan adalah segala sesuatu yang diperintahkan Tuhan secara langsung kepada setiap orang percaya untuk dilakukan, dan imbas dari apa yang dilakuan tersebut bukan demi kepentingan kita, tetapi bagi kemuliaan Allah dan orang lain, seperti pada perintah kasih (Mat. 22: 37-40), dan amanat agung (Mat. 28: 19-20; Mat. 10: 7-8).

Selain perintah-perintah di atas yang kita kenal dengan amanat Agung, juga ada amanat sosial yang diperintahkan Kristus: “tetapi Yesus berkata kepada mereka: tidak perlu mereka pergi, kamu harus memberi mereka makan” (Mat. 14: 16).

Demikianlah pekerjaan-pekerjaan Allah yang diembankan kepada setiap orang percaya yang telah menerima berkat keselamatan dari-Nya, dimana pekerjaan-pekerjaan itu bukan dilakukan karena kita berkelebihan, atau ketika kita mood, atau ketika kita suka. Pekerjaan-pekerjaan itu, adalah tanggung jawab yang harus dilakukan, entah kita suka atau tidak suka. Dan pekeerjaan-pekerjaan itu bukan pekerjaan insidentil semata, tetapi terencana sebab ia berada dalam tanggung jawab kita.

Pemenang, bukan sekedar bertahan, tetapi juga tetap bekerja, baik melakukan pekerjaan-pekerjaan baik bagi diri sendiri, tetapi juga tetap mengerjakan pekerjaan-pekerjaan Tuhan, walau dalam situasi sulit.

 

3.     Menjaga pakaian tetap putih.

Berani kotor itu baik! Kata iklan. Tetapi dalam iman, berani kotor itu binasa! Ketika penulis masih bekerja di kapal, maka penulis biasa bekerja bersama untuk pemeliharaan kapal satu Minggu sekali, dimana bagian-bagian kapal yang berkarat harus diketuk dan dicat ulang. Diperusahaan dimana saya bekerja, kami memakai werpack yang berwarna putih. Sebagai seorang perwira, maka menjaga kebersihan wearpak adalah salah satu seni, agar kita dapat dibedakan dengan klasi kapal, dan sangat sulit membuat pakaian tetap putih bersih.

Memakai pakaian putih bersih adalah sangat mudah jika kita bekerja di tempat yang bersih, mengerjakan pekerjaan bersih, dan bersama dengan orang-orang yang bersih, tetapi menjaga pakaian tetap putih besih ditempat kerja yang kotor, dan mengerjakan pekerjaan kotor, adalah sulit, bahkan mustahil.


GPPS, sering diplesetkan sebagai singkatan dari “gereja putih-putih semua”, karena ciri khas pelayan dan jemaatnya yang berseragam putih ketika beribadah. Menurut saya pakaian putih itu terinspirasi dari Kitab Wahyu, dimana orang-orang percaya memakai baju berwarna putih. “Barangsiapa menang, ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di hadapan para malaikat-Nya”. Why 3:5

Penglihatan Yohanes di surga mengenai pakaian orang percaya yang berwarna putih bukan sekedar mengenai warna pakaian yang dikenakan secara fisik, tetapi juga merujuk pada menjaga kesucian hidup.

Kemenangan iman yang sejati, ketika orang percaya tetap menjaga kesucian hidup, disepanjang hidup sampai Kristus datang yang kedua kali. Sebagaimana ilusrasi diawal, bahwa menjaga pakaian tetap putih bersih, atau kesucian hidup akan susah jika kita berada di lingkungan kotor dan mengerjakan pekerjaan kotor.

Kiranya saya dan saudara adalah orang-orang yang menang sampai kesudahan dan memperoleh janji-janji Allah, yaitu: “Barangsiapa menang,  ia akan Kududukkan bersama-sama dengan Aku di atas takhta-Ku,  sebagaimana Akupun telah menang dan duduk bersama-sama dengan Bapa-Ku di atas takhta-Nya”. Why 3:21. Barangsiapa menang, ia akan memperoleh semuanya ini, dan Aku akan menjadi Allahnya dan ia akan menjadi anak-Ku”. Why 21:7. 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Kubersyukur Bapa   Banyak yang Kau perbuat Didalam hidupku Rancanga...