Sabtu, 10 Oktober 2020

Perubahan (Rom. 12: 1-2)

 

24 April 2011 adalah hari kenangan bagi dunia, ketika sebuah pabrik mesin ketik dengan merek Godrej & Boyce, sebagai pabrik terakhir di India tutup. Pabrik ini berdiri sekitar tahun 1950-an, ketika Perdana Menteri Jawaharlal Nehru menggambarkan mesin ketik sebagai simbol kemerdekaan dan industrialisasi India. Mereka menjual 50.000 model setiap tahun di awal 1990-an, tapi tahun 2010 mereka menjual kurang dari 800 mesin. Peralanan sejarah teknologi cetak yang di mulai di Amerika Serikat pada tahun 1867, akhirnya harus berakhir di India.

Jumat 27 Juni 2012, Nokia mengonfirmasi rencana penutupan pabrik di Finlandia yang merupakan negara asal produsen tersebut. Jumat 31 Mei 2019, aplikasi pesan instan BlackBerry Messenger (BBM) tutup usia. aplikasi pesan instan yang pernah populer di awal 2000-an ini akhirnya mengumumkan perpisahan kepada khalayak, setelah gagal bersaing dengan aplikasi sejenis seperti WhatsApp dan LINE.

            Semua hal ini adalah “teknologi” yang mewarnai hidup manusia di seluruh dunia yang terus berubah. Terahir di sekitar tahun 80an merupakan berkat tersendiri, sebab kita merasakan dan terlibat langsung dalam lompatan-lompatan besar perubahan teknologi, dari mesin ketik, ke computer, leptop, dari telepon kabel dan koin, peger, lalu hp biasa, hingga telepon pintar, bahkan lebih pintar dari yang memakainya.

Ada dua proses perubahan yaitu dengan evolusi dan revolusi. Evolusi adalah perubahan yang berjalan secara alami atau perlahan. Revolusi adalah perubahan yang terjadi secara cepat. Ada beberapa contoh revolusi yang mempengaruhi dunia secara luas, diantaranya adalah revolusi Prancis (bahasa Prancis: Révolution française; 1789–1799). Kedua Revolusi Industri 1750-1850, di mana terjadinya perubahan secara besar-besaran di bidang pertanian, manufaktur, pertambangan, transportasi, dan teknologi serta memiliki dampak yang mendalam terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya di dunia.

Saat ini kita sering mendengar yg namanya era 4.0. Di Indonesia, kata ini sering kita dengar dari pidato Presiden Jokowi, bahwa kita sudah memasuki era 4.0. apa yang dimaksud dengan ini semua? 

Revolusi Industri 1.0 dimulai oleh penemuan mesin uap oleh James Watt pada tahun 1776. Suatu peralihan teknologi manusia dari tenaga manusia ke mesin. Dalam revolusi Industri 2.0 terjadi perubahan dari teknologi mesin uap menjadi teknologi listrik. Teknologi listrik tersebut mampu menggeser teknologi mesin uap, sebab dengan teknologi listrik mampu membuat suatu sistem bekerja lebih efektif. Dengan masifnya penggunaan teknologi listrik, berkembang pula pemikiran manusia untuk menciptakan alat yang mampu berpikir secara otomatis. Karena itu muncul revolusi Industri 3.0 yang ditandai oleh teknologi computer dan robot. Setelah Perang Dunia II, ditemukan semi konduktor, lalu transistor dan Integrated Chip (IC) untuk membuat komputer semakin kecil dengan tenaga listrik yang semakin irit. Digital Revolution. Dengan kemampuan teknologi Digital Revolution, maka di Industri 4.0 manusia mampu mengembangkan model dan kecanggihan komputer semakin cerdas. Teknologi komputer dan robot kini dilengkapi dengan internet, sehingga mampu tersambung ke jaringan bersama dan ke semua hal. Karena itu dalam Revolusi Industri 4.0 disebut dengan Internet of Things.

Apa yang dijelaskan di atas, adalah proses perubahan bidang teknologi, yang akhirnya juga akan mengubah banyak hal, bahkan keseluruhan aspek hidup manusia, termaksud sosial, bahkan agama. Oleh karena itu, diperlukan pemahaman mengenai perubahan itu sendiri dan sikap terhadap perubahan menurut tuntunan Firman Tuhan:

1.    Segala ciptaan mengalami perubahan.


Alkitab dibuka dengan kata “pada mulanya” yang menandakan “waktu”. Segala sesuatu yang berada dalam waktu dan diciptakan dalam waktu, adalah fana. Fana yaitu memiliki awal dan akhir atau “berubah”.

            Para filusuf dunia ini yang tidak mampu memikirkan “kekekalan Allah”, akhirnya berkata, segala sesuatu tidak ada yang pasti, semua berubah, hanya satu hal yang pasti yaitu perubahan itu sendiri.

            Manusia sebagai mahluk mulia, tetapi kenyataan adalah yang paling menyedihkan dari semua ciptaan. Manusia bertumbuh bagaikan rumput, pada awalnya menjadi kuat, gagah dan akhinya menjadi renta dan rusak.

Menyadari keberadaan perubahan ini, orang percaya harus menyingkapinya, agar ia tidak hanya menuju kepada kenyataan perubahan menjadi tua, lemah, lalu mati dalam kebinasaan.

Hanya satu jalan bagi orang percaya dalam menyingkapi kenyataan ini, yaitu ia harus memiliki pengharapan, yaitu pengharapan didalam iman. Iman membuka mata orang percaya untuk melihat realitas lain, yaitu perubahan rohani. Didalam iman orang percaya melihat kekekalan didalam Allah.

Orang percaya akan mengalami perubahan secara fisik yang menuju kepada pelemahan, tetapi dimensi lain dalam iman menjadikannya memiliki perubahan kepada pemurnian dan pemuliaan. (Luk. 1: 80; Rom. 4: 19-20; 15: 13).

 2.    Segala perubahan yang dilakukan manusia memiliki dua sisi mata uang. 

Bagi segala ciptaan Allah, perubahan adalah keniscayaan. Dosa membuat perubahan itu menjadi dua arah, yaitu perubahan kepada pemurnian dan kerusakkan. Segala sesuatu benda mati menuju pemurnian. Logam & batu menjadi mulia. Segala benda hidup pada awalnya kuat dan akhirnya rapuh. Pohon menjadi kuat dan akhirnya lapuk dan rapuh.

Manusia, walau sebagai mahluk mulia, tetapi juga adalah mahluk berdosa. Sebagai mahluk mulia, ia dapat berpikir dan menghasilkan karya-karya teknologi yang luar biasa, tetapi seiring dengan itu, manusia menjadi pembuat sampah dan perusak semua tatanan yang telah diciptakan Allah di dunia ini. 

Penulis percaya bahwa semakin tinggi teknologi yang diciptakan manusia, maka daya rusak teknologi itu akan semakin besar. Teknologi nuklir mungkin menjadi teknolog mutakhir saat ini, tetapi juga berdaya rusak yang sangat besar.

Revolusi 0.1 berdapak bagi kerusakkan alam, baik penebangan pohon, galian tambang, dan akhirnya kepada volusi udara yang berdampak pada kerusakan lapisan ozon.

Era 4.0 atau yang kita kenal dengan era digital, berdampak lebih luas. Disisi lain ia mendekatkan yang jauh, tetapi juga menjauhkan yang dekat. Merubah hubungan sosial manusia, dll.

             

3.    Berubah oleh pembaruan budi.

Suatu saat saya berdoa bagi jemaat yang harus melakukan kiret, sebab, janin yang dikandung dalam jangka waktu tertentu tidak mengalami perubahan, oleh karena itu dokter memfonis bahwa janin itu tidak hidup. Karena perubahan menandakan hidup.

Siapa yang hidup dan benar-benar hidup ia akan berubah atau harus berubah. Orang yang tidak pernah berubah cara berpikirnya, orang tersebut benar-benar tidak pernah berpikir.

Perubahan adalah keniscayaan, kita tidak dapat menghindari setiap perubahan selagi kita berada di dunia ini, oleh karena itu “sikap dalam menyingkapi perubahan itu adalah hal penting”.


Tentu ada tiga sikap terhadap semua perubahan yaitu: larut dalam arus perubahan, melawan arus perubahan, dan mengsiasati arus perubahan. Satu hal yang harus diketahui bahwa, tidak pantas kita mengalir seperti air, jika nantinya kita akan terombang-ambing dan tak tau hendak kemana. Inilah yang namanya larut dalam arus perubahan dan membiarkan perubahan itu membawa kita kemana yang dikehendakinya. Ini adalah satu-satunya sikap yang tidak boleh dijalani oleh orang percaya.

Arus perubahan kadang sangat kuat, tetapi bukan berarti kita tidak memiliki pilihan-pilihan didalamnya. Orang percaya tetap harus memiliki arahnya sendiri yang dituntun oleh kompas Firman Allah untuk menju pelabuhan harapan.

Menyingkapi perubahan berdasarkan Firman Allah, hanya akan mungkin ketika orang percaya dirubahkan oleh Allah terlebih dahulu. Perubahan yang dilakukan Allah bagi orang percaya adalah perubahan secara utuh dengan cara melahirkannya kembali oleh Roh dan air. (Yoh. 3: 3; I Ptr. 1: 23).

Langkah selanjutnya adalah: “berubah oleh pembaharuan budi” (Rom. 2: 12). Orang percaya tidak hanya melawan perubahan dan menyingkapi perubahan, tetapi ia menyingkapi perubahan dengan perubahan akal budi berdasar tuntunan Firman Allah.

Menyingkapi perubahan dengan “akal budi yang diperbaharui”, menjadikan orang Kristen memiliki arah dan dasar dalam menyingkapi perubahan itu, yang akan menuntunnya sampai pada pelabuhan tujuan iman.

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

  1.    Nyanyian Pembuka: Aku Hendak Bersyukur Pada Tuhan   Aku hendak bersyukur pada Tuhan Kar'na keadilanNya Dan bermazm...