Tahun 2020 adalah tahun istimewa, sebab banyak yang mengatakan bahwa tahun 2020 hanya dua bulan saja, yaitu Januari-Februari, dimana Maret hingga Desember hampir seluruh kehidupan dunia tidak berjalan seperti biasanya.
Keistimewaan tahun 2020, bukan saja karena masyarakat dunia dari Maret hingga penghujung tahun, kita hidup dalam ketakutan tertular wabah, dan juga menyaksikan runtuhnya ekonomi bangsa-bangsa, bahkan sebagian besar dari kita juga mengalami dampak ini. selain itu kita menyaksikan suatu tatanan kehidupan baru, perubahan pola kehidupan masyarakat dunia.
Saat ini kita telah berada diMinggu pertama tahun 2021 dengan situasi yang tidak lebih baik dari awal tahun lalu, bahkan penularan semakin tinggi, ekonomi yang belum pulih, dan juga kesulitan-kesulitan masih membayangi perjalanan hidup kita ditahun 2021 kedepan.
Tahun ini pertama kali jemaat Bethesda tidak dapat melaksanakan ibadah perayaan tahun baru di Gereja, oleh karena itu, khotbah ini adalah renungan penyambutan tahun baru 20201.
Menyadari situasi saat ini dan gambaran perjalanan kita dimasa depan, bagaimanakah kita bersikap dan apa yang harus kita lakukan untuk menjalani hari-hari kedepan?
Ø Allah setia.
Ada beberapa lagu yang sering dinyanyikan dalam ibadah kita dan khususnya ibadah doa malam yaitu: “ya Tuhan tiap jam” dengan judul “I need You Every Hour”. Lagu lain yang sering dinyanyikan adalah “tiap hari aku dibimbing-Nya, tiap jam dihibur hatiku”. Lagu-lagu ini adalah suatu pengakuan iman dan kesadaran bahwa Allah memelihara kita waktu demi waktu. Tahun adalah rangkaian detik, menit, serta jam, ketika kita memasuki tahun baru 2021 maka kita mengingat ‘kessetiaan Allah’. Kita tidak dapat memungkiri bahwa waktu demi waktu kita membutuhkan Dia. Sebagaimana doa Musa: “Kenyangkanlah kami di waktu pagi dengan kasih setia-Mu, supaya kami bersorak-sorai dan bersukacita semasa hari-hari kami”. (Mzm. 90: 14).
Bukankah kita telah melihat bukti kesetiaan Allah kita? Tentulah kita tidak perlu takut lagi untuk menjalani tahun 2021. Tangan-Nya selalu terulur bagi kita, oleh karenanya, pastikan bahwa tangan kita jangan melepaskan genggaman-Nya.
Selain bukti kesetiaan Allah, kita juga harus selalu berpegang pada janji Yesus Kristus:“Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari.” (Matius 6: 34). Bahwa tidak semua hari ada kesusahan dan jangan larut dalam kesusahan hari ini, agar perjalanan hari esok tidak terlalu berat. Kuburlah setiap kegagalan, kekecewaan, dosa hari ini, agar berkat Allah kita yang setia pada hari esok dapat terlihat, disyukuri dan dinikmati.
Ø Segala sesuatu ada waktunya.
Waktu akan terasa berjalan
begitu cepat jika kita hidup dalam kebahagiaan dan terasa berjalan lambat jika
kita hidup susah, betulkah demikian? Sering kali semua hal itu hanyalah
perasaan kita, sebab sering kali manusia lebih menghitung kesusahan dan jarang
mengsyukuri berkat damai sejahtera yang diberikan Allah. Itulah sebabnya dalam
nyanyiannya untuk mengenang perjalanan hidupnya bersama Allah, Musa mengatakan:
Ajarlah kami menghitung hari-hari kami sedemikian, hingga kami beroleh hati
yang bijaksana. (Mzm. 90: 12).
Sudakah kita belajar menghitung hari-hari yang diberikan Allah bagi kita dan belajar menjadi bijak dan adil dalam penilaian kita terhadap hari-hari yang telah kita lewati? Sehingga kita tidak hanya berduka atas kesulitan yang ada, dan lupa untuk bersyukur atas berkat dan anugerah yang Allah berikan?
Adalah hidup yang sempurna jika tidak ada kesulitan, penderitaan, sakit dan kegagalan dalam hidup kita, tetapi kita sadar bahwa hal itu adalah harapan utopis bagi dunia berdosa dimana kita berada. Itulah sebabnya adalah lebih bijak jika kita berdoa seperti Musa: “Buatlah kami bersukacita seimbang dengan hari-hari Engkau menindas kami, seimbang dengan tahun-tahun kami mengalami celaka. Biarlah kelihatan kepada hamba-hamba-Mu perbuatan-Mu, dan semarak-Mu kepada anak-anak mereka. Kiranya kemurahan Tuhan, Allah kami, atas kami, dan teguhkanlah perbuatan tangan kami, ya, perbuatan tangan kami, teguhkanlah itu”. (Mzm. 90:15-17).
Kata seimbang dalam doa Musa ini hanya dapat kita pahami dan terima, jika memiliki pemahaman seperti kata-kata hikmat dari Salomo bahwa: “Untuk segala sesuatu ada masanya, untuk apapun di bawah langit ada waktunya” (Pkh. 3: 1). Bahwa jika waktu sukacita itu tidak selamanya, begitu pula susah dan derita itupun tidak selamanya. Badai akan berlalu. Kesusahan akan berkesudahan. Tangis akan berakhir. Wabah akan hilang.
Satu hal yang harus kita sadari dalam menjalani suka duka hidup yaitu bahwa: “Ia membuat segala sesuatu indah pada waktunya” (Pkh. 3: 11a). Bahwa waktu suka dan duka, jika itu dari Allah maka semua pada akhirnya akan indah pada waktunya. Bahwa suka duka, senang susah, tidak pernah diijinkan Allah untuk menghancurkan kita, tetapi Ia akan membuat semuanya indah dalam hidup kita. Kiranya tahun 2021 adalah tahun rahmat Tuhan bagi kita sekalian. Selamat menjalani tahun 2021 bersama dengan Tuhan Yesus yang setia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: