Tiap manusia lahir dengan tiga dimensi waktu yaitu masa lalu, masa kini dan masa depan. ketiga dimensi waktu ini tidak boleh dipisahkan satu dengan yang lainnya. Demikian pula berfokus hanya pada satu titik dimensi waktu, adalah meracuni kehidupan manusia yang menjalaninya.
Jika hidup hanya berfokus pada hari ini dan mengabaikan masa lalu, maka hidup itu tidak memiliki pondasi yang kokoh. Jika hidup hanya berfokus pada hari ini dan tidak memiliki pengharapan masa depan, maka hidup itu tidak memiliki tujuan. Berfokus pada masa lalu adalah membenamkan diri pada suka duka kenangan. Berfokus pada masa depan dan mengabaikan masa kini adalah hidup dalam angan-angan semata.
Jangan tertambat pada manis dan pedihnya masa lalu. Walau hidup kini dan disini, tetapi jangan membenamkan diri pada kesusahannya. Jangan pula mengabaikan hari ini, sebab masa depan cerah hanya diberikan kepada orang yang menjalani hari ini dengan benar.
Ingatlah dan belajarlah pada masa lalu, dengan demikian kita akan bijak. Tebuslah hari ini dengan perjuangan, dan jangan lupa menikmati setitik berkat yang Allah berikan. Sambutlah hari esok dengan senyum, karena harapan yang dipertaruhkan pada Allah penguasa waktu.
Tahun 2020 adalah tahun kelam bagi seluruh dunia dan juga kita. Walau sebelum covid-19 ini ada, kitapun tidak bebas dari kesusahan, tetapi adanya covid 19 menambah dan menyempurnakan situasi sulit tersebut.
Kita memasuki tahun 2021 dengan suatu pertanyaan: apa yang akan terjadi padaku, keluargaku, sebab tantangan tahun 2021 masih sama seperti tantangan ditahun 2020. Lalu bagimana seharusnya kita memasuki tahun 2021 ini? marilah kita memasukinya dengan mengingat perkataan Tuhan Yesus: Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannnya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Mat. 6: 34). Apa maksud perkataan Tuhan Yesus ini?
1. Tidak ada janji bahwa tidak ada kesusahan.
Ada suatu lagu Kristen yang hampir tidak pernah dinyanyikan lagi yaitu: “Tuhan tak pernah janji, tidak ada badai”. Badai akan selalu ada, tetapi badai juga pasti berlalu, kesusahan akan berkesudahan, penderitaan akan tiada, masa sulit akan berakhir.
Tak ada janji akan tidak adanya kesusahan, bukan memastikan adanya kesusahan atau memastikan bahwa jadi orang Kristen pasti susah. Tetapi Tuhan Yesus menyatakan kepada setiap orang percaya bahwa kesusahan itu dapat datang kapan saja, kepada siapa saja, baik dari iblis, dari orang lain, atau bahkan akibat kesalahan diri sendiri.
Jika tidak ada jaminan tidak adanya kesusahan, lalu apa yang menjadi daya tarik iman Kriten, sehingga seseorang dapat tertarik kepada iman Kristen? Apakah iman Kristen dapat diterima di dunia hedonis saat ini?
Iman Kristen bukan jualan, dimana manusia dapat memilih bagaikan memilih barang terbaik diantara barang yg kurang baik lainnya. Iman Kristen bukan jualan dimana ada tawar menawar antara pembeli dan penjual. Iman Kristen adalah “anugerah Allah yang tidak dapat ditolak manusia pilihan Allah (irresistible grace: satu dari 5 point of Calvinism).
Anugerah adalah pemberian yang tidak diusahakan. Mengapa dikatakan anugerah yang tidak dapat ditolak? sebab Allah yg memberikannya, bagaikan seorang ibu yang menentukan obat untuk anaknya yang sakit, dimana obat itu adalah satu-satunya obat untuk kesembuhan anaknya (oleh bilur-bilur-Nya engkau menjadi sembuh).
Apa yang dijanjikan Injil Yesus Kristus bagi manusia? Yang pertama adalah pengenalan akan Allah sejati dan kebenaran-Nya. Keselamatan tentunya adalah hal kedua, tetapi dalam kontek hidup keseharian, hal penting yaitu ‘penyertaan Allah’.
Yesus Kristus disebut Imanuel (Allah beserta kita). Imanuel bukan sekedar bahwa ketika Yesus ada bersama dengan umat, tetapi ketika Ia telah bangkit dan naik kesorgapun, Imanuel itu tetap nyata hingga saat ini.
Tuhan Yesus tidak menjanjikan bahwa tidak ada kesusahan bagi setiap orang yang percaya kepada-Nya, tetapi Ia menegaskan dan menjanjikan: “dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai pada akhir jaman” (Mat. 28: 20).
Tahun 2020 penuh dengan kesusahan, dan kita memasuki tahun 2021 dengan keadaan yang hampir sama seperti tahun 2020, sebab pandemic ini belum berakhir. Tetapi marilah kita memasukinya dengan memegang janji Yesus Kristus bahwa Ia akan menyertai kita dan tidak meninggalkan kita dalam situasi apapun. Tidak peduli apapun situasi yang kita hadapi, satu hal yang pasti Allah beserta kita. Pemazmur mengatakan: jika Allah dipihak kita, siapakah yang akan melawan kita?
2. Waktu Tuhan adalah yang terbaik.
Ada satu keluarga menangisi kepergian ibu dan nenek dari anak-anak mereka, ada yg menyalahkan dirinya sebab tidak dapat merawat ibu mereka dengan baik, sebab ibu mereka telah membesarkan mereka sehingga saat ini mereka dapat pulang ke kampung dengan mengendarai mobil masing-masing.
Sehabis ibu dan nenek terkasih meninggal, salah satu dari anak ibu tersebut mengatakan: syukur ibu dulu meninggal sebelum adik saya bangkrut, setidaknya ibu dapat meninggal dengan tenang sebab mengetahui anak-ananya telah sukses. Coba kalau ibu masih hidup sampai saat ini maka dia akan nelongso liat anak kesayangannya jatuh miskin, dan dia akan meninggal dengan penuh kekuatiran.
Kita mungkin sering mengatakan, mengapa kesusahan dan duka harus terjadi saat ini? tanpa kita ketahui bahwa ketika Allah mengijinkan setiap kesusahan mendera kita, Ia adalah Allah penguasa waktu, tahu bahwa waktu itulah yang terbaik bagi kita.
Ada beberapa hal di Alkitab yg mengajarkan kepada kita bagaimana Tuhan adalah Allah penguasa waktu, dimana waktu Tuhan itu adalah waktu yang terbaik bahkan sempurna.
Yakub menangis dan berduka sepanjang waktu hidupnya sejak Yusuf dijual oleh saudara-saudaranya. Yusuf mungkin penuh dengan luka dan duka sebab dijual oleh saudara-sauaranya, tetapi pada akhirnya Yusuf mengatakan kepada saudara-saudara yang pernah menjualnya: “tetapi sekarang, janganlah bersusah hati dan janganlah menyesali diri, karena kamu menjual aku ke sini, sebab untuk memelihara kehidupanlah Allah menyuruh aku mendahului kamu” (Kej. 45: 5).
3. Kesusahan selalu baru setiap hari, demikian pula kasih karunia Allah.
Ada candaan mengenai sakit, bahwa sakit diabetes miletus, sakit jantung, tekanan darah tinggi disebut sebagai sakit orang kaya. Sementara sakit kurab, darah rendah, disebut sebagai sakit orang miskin. Walau ada juga orang miskin terkena sakit jantung, diabetes, tetapi pada umumnya penyakit itu menyerang orang kaya, mengapa? Karena berkat kekayaan menciptakan gaya hidup tertentu yang menyebabkan penyakit tersebut. Intinya bahwa “berkat” yang tidak dipergukan dengan baik sekalipun dapat menyebabkan penyakit, kesulitan dan kesusahan, apa lagi kekurangan dan kemiskinan.
Tentu bahwa kesusahan bukan hal yang diharapkan apalagi diimani, tetapi kesusahan adalah fakta kehidupan yang selalu diperhadapkan kepada kita sekalian. Kesusahan bukan dari Allah, tetapi bawaan lahir manusia berdosa dan ternyata kesusahan berganti baru setiap hari.
Kita harus menyadari bahwa tidak semua kesusahan dapat kita hindari, tetapi Tuhan Yesus menegaskan kepada kita agar tidak larut pada duka kesusahan yang berganti baru setiap hari, apalagi membawa kesusahan hari ini di hari esok, melainkan berfokus pada karunia Allah yang juga berganti baru setiap hari.
Selalu ada Pelangi sehabis hujan, ada kasih Allah dibalik setiap kesusahan yang ada. Ada jalan keluar dari setiap kesusahan yang mendera. Sebagaimana kesusahan selalu baru setiap hari, demikian pula kasih karunia Allah selalu baru setiap hari.
Adakah kesusahan sehari? Bukankah sering kali kesusahan hari ini berdampak mingguan, bulanan, bahkan tahunan? Ya!...itu benar, tetapi ada rangkaian waktu dan kejadian dari setiap peristiwa. Jika masih ada kesempatan tidur, maka tidurlah. Jika masih ada kesempatan untuk makan, maka makanlah. Jangan biarkan kesusahan hari ini menutup kasih karunia Tuhan yang diberikan kepada kita pada hari ini. Sebab itu janganlah kamu kuatir akan hari besok, karena hari besok mempunyai kesusahannnya sendiri. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari. (Mat. 6: 34). Apa maksud perkataan Tuhan Yesus ini?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: