Bertumbuh dan Berbuah Ditengah Himpitan
Untuk menunjukkan bahwa iman itu hidup dan benar, ia harus bertumbuh dan menghasilkan buah-buah Roh. Konsekuensi tidak bertumbuh dan tidak berbuah adalah ditebang dan dibuang kedalam api. Oleh karena itu pertumbuhan dan menghasilkan buah adalah suatu keharusan, tidak peduli situasi apapun.
Dalam perumpamaan penabur, Tuhan Yesus memberi suatu gambaran, bahwa hati bagaikan tanah bagi benih Firman yang ditabur oleh penabur, dan Tuhan Yesus memberi suatu gambaran tanah yang ideal, yaitu tanah yang subur, tidak berbatu dan senantiasa dirawat dengan menyingkirkan rumput ilalang yang tumbuh agar tidak menghimpit pertumbuhan iman.
Pada bagian lain, Tuhan Yesus memberi perumpamaan mengenai penabur dengan keadaan yang tidak sempurna, dimana ketika penabur Firman menabur pada siang hari, pada waktu malam, datanglah si gelap atau iblis menabur benih ilalang, dan ialalng itu tumbuh dengan akar yang sangat kuat, tesamar atau sangat mirip dengan tanaman gandum dan nanti ketika akarnya sudah sangat kuat, baru ketahuan bahwa itu adalah ialalang, tetapi fakta yang harus diterima adalah ilalang itu tidak dapat dicabut, jika dicabut, maka gandum akan ikut tercabut, oleh karena itu sang pemilik ladang mengatakan agar ilalang itu jangan dicabut, dan hanya dapat disabit dan dicampakkan kedalam api, ketika musim panen tiba.
Apa yang kita bayangkan dari perumpamaan ini? Kita selalu mendengar khotbah yang berfokus kepada ilalang, tetapi mari kita coba focus kepada gandum yang harus tumbuh dan menghasilkan buah dengan himpitan ilalang. inilah inspirasi tema khotbah kali ini yaitu “bertumbuh ditengah himpitan”.
Adalah mudah jika kita harus bertumbuh ditempat subur, tanpa batu-batu dan ilalang, tetapi penggambaran ilalang diantara gandum memperlihatkan kepada kita, bahwa tidak semua orang beriman, dapat bertumbuh dengan siatuasi normal dan ideal, mereka harus bertumbuh bersama-sama ilalang yang tidak dapat dicabut.
Adalah mudah untuk bertumbuh dalam iman, jika kita diberkati Tuhan, sehat, bahagia dengan keluarga, bebas. Lalu bagaimana dengan orang beriman yang harus hidup beriman ditengah-tengah negara yang menghimpit dan menganiaya iman Kristen, bagaimana orang yang harus hidup dan bertumbuh dalam keadaan kekurangan setiap saat, dalam keadaan sakit disepanjang hidup, dan dalam keadaan banyak masalah oleh keluarga.
Bagaimana bertumbuh dan HARUS berbuah dalam himpitan?
1. Fokus pada akar:
Akar pada pohon adalah sumber kehidupan pohon, atau dasar yang menopang pohon agar berdiri kokoh. Tanpa akar pohon tidak dapat bertumbuh.
Pentingnya akar, membuat Tuhan Yesus menjadikannya sebagai gambaran diri-Nya: “Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (Yoh 15:5).
Jauh sebelum Tuhan Yesus mengandaikan iman dengan pohon, Pemazmur dan Yesaya telah mengandaikan orang beriman dengan pohon. Bagi Pemazmur, akar dan dimana pohon itu ditanam adalah hal terpenting. Pohon iman harus ditanam ditepian air yaitu ditanam di Bait Allah agar bertumbuh dan berbuah disepanjang musim, semakin tua semakin berkelimpahan buahnya.
Dari semua penggambaran di atas adalah suatu gambaran ideal, tetapi perumpamaan Tuhan Yesus mengenai “Lalang diantara gandum” adalah suatu fakta siatuasi beriman, bahwa Iblis selalu berupaya menabur benih ilalang dalam hidup orang percaya.
Dalam siatuasi apapun, gandum harus terus tumbuh dan berbuah, dengan buahlah penyabit dapat membedakannya dari Lalang. Demikian pula kehidupan orang beriman, dalam siatuasi apapun, ia tetap harus bertumbuh dan berbuah. Himpitan ilalang tidak boleh menjadikannya “hidup enggan matipin tak mau”.
Focus pada akar adalah cara mendasar untuk hidup, bertumbuh dan tetap berbuah ditengah himpitan. Apa yang dimaksud akar?
a. Pokok-pokok dasar iman.
Salib Yesus adalah berita utama dari gereja mula-mula, tetapi lambang kekristenan pada saat itu adalah gambar ikan dengan tulisan Yunani di dalamnya IXTUS yang juga berarti ikan.
Lambang ikan adalah bahasa dan symbol Kristen ditengah-tengah himpitan penganiayaan Roma pada saat itu yang melarang dan menganiaya iman Kristen. Gambar dan kata IXTUS atau ikan adalah singkatan dari: “Yesus Kristus Putra Allah Juru Selamat”, ini adalah pokok dasar atau pengakuan dasar iman Kristen.
Zaman gereja mula-mula, jangankan untuk bertumbuh dan berkembang, berkumpul dan menyatakan iman secara terbuka saja, konsekuensinya adalah mati, tetapi jemaat mula-mula berkomunikasi dengan lambang-lambang yang juga merupakan proklamasi iman. Dengan lambang IXTUS jemaat berkomunikasi, bersekutu secara sembunyi-sembunyi, dan memproklamasikan pengakuan iman diantara mereka. Dengan cara minim inilah, gereja tetap terpelihara dan tetap bertumbuh ditengah-tengah himpitan dan penganiayaan.
Rasul Paulus mengingatkan jemaat mula-mula betapa pentingnya ‘poko-pokok dasar iman Kristen’ itulah sebabnya Ia menuliskan kepada jemaat Ibrani Diaspora bahwa: Sebab itu marilah kita tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada Allah, yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan, kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal. (Ibr.6:1-2).
Ditengah-tengah situasi penganiayaan oleh pemerintah dan masyarakat Roma, beberapa jemaat justru sibuk dengan tetebengek atau hal-hal tidak penting, hal ini sangat berbahaya bagi eksistensi iman Kristen, apa lagi untuk bertumbuh dan berbuah.
b. Menyadari identitas sebagai orang percaya.
Israel adalah komunitas yang paling banyak mengalami penindasan, bahkan upaya genosida oleh Firaun, Babel, Roma, dan Hitler. Mereka buang tersebar di seluruh dunia, tetapi pada 14 Mei 1948 Israel memproklamasikan diri sebagai negara merdeka. Timbul satu pertanyaan, mengapa Israel tetap ada hingga saat ini? satu alasan penting yaitu ‘orang Israel selalu menanamkan kesadaran identitas mereka kepada setiap generasi’.
Iman Kristen akan selalu ada, tumbuh dan berbuah, jika kesadaran identitas sebagai orang Kristen selalu ditanamkan kepada setiap angkatan dan mengajarkan kepada mereka bagaimana bersikap dan bertindak sebagai orang percaya disegala bidang kehidupan atau profesi mereka.
2. Selalu bersykur atas kasih karunia iman yang Allah berikan.
Benih ilalang yang ditabur Iblis untuk mencegah pertumbuhan iman orang percaya atau gereja akan berbagai macam bentuknya. Dapat berupa diskriminasi dan penganiayaan negara atau pemerintah, kemiskinan, perang, penyakit, bahkan juga kebebasan dan teknologi.
Dalam perumpamaan penabur, Tuhan Yesus menyatakan beberapa hal yang mencegah benih Firman dapat bertumbuh, berkembang dan berbuah, yaitu: pengabaian firman, kekerasan hati, pencobaan, kekuatiran, kekayaan, dan kenikmatan hidup. (Luk. 8:4-15).
Sebagai Rasul, tentu Paulus memiliki ketahanan melebihi jemaat lainnya, tetapi Iblis memberikan sesuatu yang cocok baginya yaitu penyakit. Kepada jemaat di Korintus Ia mengungkapkan hal ini: Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis itu mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. (2 Kor. 12:8-9).
Bersyukur atas kasih karunia Allah, dan menganggap cukup kasih karunia yang Allah berikan hari lepas hari, adalah hal penting agar iman berakar, bertumbuh dan berbuah. "Jika engkau tawar hati pada masa kesesakan, kecillah kekuatanmu." (Amsal 24:10). Keyakinan iman bahwa Allah akan senantiasa memberikan kasih karunia-Nya dan pemeliharaan-Nya itullah yang menguatkan Rasul Paulus, sehingga Ia dapat mengatakan "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku." (Filipi 4:13).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: