Sabtu, 27 Maret 2021

Tuhan Kog Mati..?

 

Tuhan kog mati? Adalah pernyataan dari sepupu kita untuk mengolok iman Kristen dan menolak ke-Allahan Yesus Kristus, bahkan mereka melanjutkan pertanyaan olokkan mereka: “jika Tuhan mati maka siapa yang menjadi Tuhan”?

Iman Kristen didirikan diatas kematian dan kebangkitan Yesus Kristus, tetapi jikalau jujur, banyak orang Kristen juga mengajukan pertanyaan yang sama dan tidak tahu jawaban atas pertanyaan tersebut.

Jawaban praktis dari banyak teolog, yaitu bahwa Yesus Kristus memiliki dua natur yaitu Allah sejati dan manusia sejati, bahwa yang mati adalah natur kemanusiaan-Nya, sementara natur Ke-Allahan-Nya tidak akan mati. (Flp. 2:8; I Ptr. 3:18).

Pertanyaan Tuhan kog mati? Memang adalah pertanyaan olokan, atau pertanyaan yang diajukan bukan untuk menemukan kebenaran. Jika untuk menemukan kebenaran, seharusnya pertanyaan itu tidak berhenti disitu, tetapi seharusnya berlanjut: “mengapa Tuhan Yesus harus mati”? “mengapa Dia rela mati bagiku orang berdosa”? bagi orang yang menginginkan kebenaran, maka mereka akan terpukau oleh hikmat Allah yang mengarunikan Anak-Nya yang tunggal untuk mati:

1.      Dia adalah juru selamat manusia bagi dosa-dosa mereka.  

Ketika saudara sepupu kita bertanya “Tuhan kog mati”? banyak orang Kristen langsung bingung dengan pertanyaan ini! Bagi kita seharusnya mencontoh Tuhan Yesus dalam menjawab setiap pertanyaan yaitu mengetahui latar belakang mengapa pertanyaan itu diucapkan. Jika pertanyaannya memiliki latar belakang yang salah, maka jawaban apapun yang engkau berikan akan salah, sebab pertanyaannya salah.

Pertanyaan saudara sepupu kita dilatarbelakangi oleh dua kesalahan, yaitu tidak memahami Allah atau tidak mengenal Allah yang sejati. Kedua adalah mereka tidak mengetahui kebenaran dosa.

a.       Tidak mengenal Allah sejati.

Allah kita adalah “kebenaran” yang memberikan hukum dan hukum itu terpercaya dan hukum itu mengatur segala hubungan, baik manusia dengan Allah, manusia dengan semesta, maupun manusia dan sesamanya.

Aturan pertama yang diberikan Allah yaitu, jangan memakan “buah pohon pengetahuan yang baik dan jahat” dan satu peringatan bahwa ketika mereka memakannya mereka akan mati.

Melanggar perintah dan peringatan Tuhan itu adalah dosa dan hukuman dosa itu adalah “mati” atau dalam Kitab Roma disebut “maut”(Rom.6:23). Bahwa kematian yang dimaksud bukan hanya kematian fisik saat ini saja, tetapi juga kematian kekal, dan Allah konsisten dengan hukum yang ditetapkan-Nya bahwa semua manusia berdosa harus mati dan hanya akan memperoleh pengampunan dengan jalan kematian kekal.

Dalam konsep saudara sepupu kita, selalu mengatakan bahwa “Allah mengampuni dosa”, tetapi tidak menunjukkan bagaimana cara Allah mengampuni, justru menunjukkan Allah yang melaggar hukum-Nya sendiri, Allah yang tidak konsisten perkataannya sendiri, dan justru menunjukkan bahwa ia bukan allah yang sejati.

Kematian Yesus di kayu salib, menunjukkan kepada kita sekalian bahwa Allah yang kita sembah adalah Allah yang sejati, yaitu Allah sumber hukum, Allah yang adil yang menghukum dosa, tetapi sekaligus adalah kasih. (Ayub.8:3; 34:12; Mzm.7:11).

 

b.      Tidak Mengenal hakekat dosa!


Dalam pemahaman saudara sepupu kita, dosa sekedar “tindakan”, dimana seseorang dikatakan berdosa jikalau melakukan perbuatan dosa. tetapi dalam iman Kristen dosa adalah setatus, kuasa, kejahatan dihadapan Allah. Dalam pemahaman pada umumnya, dosa adalah akibat perbuatan, tetapi dalam iman Kristen, setelah kejatuhan, dosa adalah penyebab perbuatan jahat, bahkan tidak adanya kebaikan adalah dosa (Kej. 4:7).

Upah dosa dalam iman Kristen adalah ‘maut’, sementara dalam pemahaman saudara sepupu kita adalah upah dosa tidak jelas, sehingga dosa dapat ditebus oleh amal baik, itulah sebabnya mengapa jalan selamat adalah membuat timbangan amal lebih berat dari pada timbangan dosa.

Upah, harga, hukuman karena dosa adalah “maut, atau kematian kekal”. Oleh karena itu dosa hanya dapat dibayar dengan kematian (hukuman kekal), amal manusia yang telah berdosa tidak dapat menebus dan membebaskannya dari murka Allah. Tidak ada yang dapat dilakukan manusia berdosa untuk membebaskan dirinya dari kebinasaan akibat dosa. (Kel. 34:7; Ayub.10:14).  

 

2.    Kematian Tuhan Yesus sebagai korban pengganti/penebusan.


Karena upah dosa adalah maut dan karena Allah yang adil menghukum orang berdosa, maka tidak ada jalan selamat bagi manusia oleh dirinya sendiri (Mzm.49:7; Ef. 2:8), maka manusia membutuhkan juru selamat yang tentunya bukan manusia berdosa, dan tidak ada manusia yang tidak berdosa kecuali Yesus.

Allah yang adalah kasih, tidak mungkin karena kasih-Nya melanggar kekudusan dan keadilan-Nya sendiri, oleh karena itulah Anak-Nya yang tunggal adalah jalan satu-satunya untuk keselamatan manusia, dan sungguh luar biasa Ia merelakan anak-Nya yang tunggal bagi keselamatan kita.

Dalam PL, jalan yang akan ditempuh oleh Tuhan Yesus dalam karya penyelamatan, telah diprototipekan melalui korban, yaitu pengorbanan hewan yang menunjukan hidup yang direnggut bagi pengampunan dosa, tetapi darah hewan tidak mungkin menebus dosa.

Hanya Yesus manusia sejati yang tidak berdosa, oleh karena itu  hanya Dia yang layak menjadi korban. Karena dosa masuk ke dunia oleh satu orang yaitu Adam, maka pengampunan juga diperoleh oleh satu orang benar yang dijadikan bersalah (Rom.5:12-21).  

Yesus sebagai korban yang sempurna, berarti hak-hak-Nya direnggut, termaksud hak hidup-Nya, agar kita semua dapat dibebaskan dari penghukuman. Ia yang tidak berdosa, terhitung diantara para pendosa, agar kita yang berdosa diampuni.

Sebagai korban yang sempurna, Ia mengganti kita memikul dan menanggung hukuman dari Allah. Ia menggantikan kita dengan hidup-Nya yang kudus, agar dosa dalam diri kita hilang kuasanya. (Ibr.10:1-18).

Jika kita menebus sesuatu, maka nilai tebusan itu harus sesuai. Jika anda menggadaikan sekilo emas, maka anda harus memberikan sesuatu sebagai pengganti atau penebus yang sesuatui, tentunya sekilo emas pula, bukan sekilo perak. Jika itu uang, maka harus sesuai dengan nilai sekilo emas. Abraham, Musa, Daud, bahkan orang yang diakui sebagai nabi besar, tidak pernah akan layak menjadi korban pengganti sebab mereka semua berdosa.

Demikianlah kematian Yesus Kristus adalah “kebodohan” bagi orang-orang yang akan binasa, tetapi bagi kita, kematian Yesus Kristus adalah hikmat Allah yang agung, dan jalan keselamatan.

 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Kubersyukur Bapa   Banyak yang Kau perbuat Didalam hidupku Rancanga...