Sabtu, 13 Maret 2021

Mengapa Dia Mengasihiku?

 

 “Ibuku yang kejam”, adalah suatu cerpen yang menceritakan seorang pemuda yang mengangap ibunya sebagai wanita yang kejam, karena membenani dirinya dan saudara-saudaranya dengan pekerjaan rumah tangga sejak mereka masih kecil, membebani dirinya dengan berbagai macam les tambahan, tidak mengijinkannya melewati masa remaja seperti remaja lainnya.

Karena perasaan tersebut ia mendaftar ke universitas yang berbeda kota dengan tempat tingggalnya untuk menghindari ibunya yang menurutnya kejam tersebut, bahkan sampai lulus dan bekerja di kota tersebut ia tidak pernah pulang menemui ibunya. Hingga suatu saat ia menjadi petinggi di perusahaan besar dan bertemu dengan sahabatnya yang saat itu mendaftar sebagai tenaga kebersihan dikantornya, sahabat yang dulu dianggapnya berbahagia dan beruntung karena memiliki orang tua yang mencintainya,

Dalam wawancara kepada sahabatnya tersebut ia bertanya mengapa ia sampai bekerja sebagai tenaga pembersih. Sahabatnya menjawab bahwa karena karena aku tidak memiliki ibu seperti ibumu yang mencintaimu dengan sungguh-sungguh. Ibuku memanjakanku tetapi tidak mencintaiku.

Jawaban sahabat tersebut menjadikan sang pemuda sadar bahwa, ibunya terlihat kejam karena ia sungguh-sungguh mencintainya dan tidak mau anaknya memiliki masa depan yang suram, oleh karena itu ia melatih anaknya sedemikian rupa agar menjadi anak yang mandiri, cerdas dan berkredibilitas. Manusia sering gagal memahami alasan ia dicintai, sehingga ia tidak menghargai cinta yang diterimanya.

Mengapa banyak keluarga yang gagal? Salah satu alasannya yaitu mereka tidak memahami alasan mereka mencintai dan alasan pasangannya mencintainya. Karena menganggap bahwa alasan pasangan mereka mencintai mereka ada pada diri mereka, sehingga alasan itu dijadikan alat sebagai pengikat cinta tersebut.

Jika seseorang menerima cinta dan mengetahui bahwa dasar atau alasan ia dicintai bukan terletak pada dirinya, atau tidak ada alasan yang terdapat pada dirinya atas cinta yang diterimanya, maka ia akan menghargai cinta tersebut.

Dalam hidup beriman, banyak orang menyia-nyiakan cinta Tuhan yang telah diterimanya, karena mereka tidak mengetahui alasan Allah mencintainya. 

Apakah alasan Tuhan mengasihiku dan Mengasihimu?

1.   Allah mengasihi aku dan kamu karena kasih.

Tetapi jika hal itu terjadi karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia. (Rm 11:6).

Ketika manusia belum jatuh dalam dosa, manusia itu sudah labil, hingga manusia terpengaruh dengan bujukkan iblis. Kejatuhan dalam dosa menjadikan manusia lebih labil lagi dalam segala hal, termaksud kasihnya.

Berbeda dengan manusia, Allah adalah Allah yang kekal, kasih-Nya teguh, oleh karena itu, Ia tidak mungkin meletakkan alasan Ia mencintai dan memilih kita pada diri kita. Bukan karena kita gagah, kuat, pandai, baik.  Tidak ada alasan dalam diri kita, tetapi dalam diri-Nya. Allah mengasihi kita, pertama-tama bukan mengenai kita, tetapi mengenai diri-Nya. “Allah itu kasih”, pribadi-Nya adalah kasih.


Dalam ajaran saudara sepupu kita, dikatakan bahwa Allah membutuhkan manusia untuk memuliakannya, oleh karena itu ia menciptakan manusia. Tetapi dalam iman Kristen Allah kita adalah Allah yang sempurna didalam diri-Nya, Ia tidak membutuhkan apa-apa dan siapa-siapa diluar diri-Nya. Allah Tritunggal itu kekal dan sempurna.

Manusia berdoa itu fana, sementara Allah kekal. Manusia berdosa itu labil dan berubah-ubah, tetapi Allah itu kekal. Manusia yang labil itu, menjadikan semua dalam dirinya labil dan tidak teguh, termaksud pikiran, perasaan dan cintanya, itulah sebabnya Allah meletakkan alasan cintanya pada diri-Nya sendiri, sehingga cinta itu kekal, sebagaimana Ia berfirman: “Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan kasih setia-Ku kepadamu. (Yer. 31:3; Yoh.3: 16).

2.    Kaih Allah tidak pernah gagal.

Ketika kita menyaksikan disekitar kita, kasih yang menjadi hambar, bahkan kasih yang gagal, kasih Allah teguh dan tidak pernah gagal. Allah memulai dan melandasi karya-Nya karena kasih, dan Ia tidak pernah membirkan kasih_Nya gagal, bahkan ketika manusia jatuh didalam dosa, menjadi seteru bagi-Nya, kasih-Nya tidak pernah gagal.

Dalam cerita Yunus kita menyaksikan bahwa Allah mengasihi orang berdosa seperti di Ninewe, tetapi Yunus membenci mereka, walau ia terpaksa harus berteriak di Ninewe, Ia tidak rela agar orang Ninewe bertobat. Hal ini disebabkan pada tahun 721 SM, di bawah pimpinan Raja Salmaneser, Asyur menyerbu dan meruntuhkan Kerajaan Israel (wilayah utara, 2Raj. 17:1-6).

Mengapa Allah mengutus Yunus yang tidak rela itu, yang pendendam dan pemarah itu ke Ninewe? Dari pohon jarak yang ditumbuhkan Allah untuk menaungi kepala Yunus kita memahami mengapa Allah mengutus Yunus untuk menyerukan pertobatan Ninewe bahwa: “engkau sayang kepada pohon jarak itu yang untuknya engkau tidak berjerih payah dan yang tidak engkau tumbuhkan, yang tumbuh dalam satu malam dan binasa dalam satu malam pula. Bagaimana tidak Aku akan sayang kepada Ninewe, kota yang besar itu….(Yunus. 4: 10-11).

Allah tidak mau karya penciptaan-Nya gagal begitu saja karena manusia jatuh dalam dosa. karya dan tujuan Allah tidak boleh gagal, bahkan oleh manusia itu sendiri. itulah sebabnya dalam pemilihan dan penyelamatan Allah berkarya dalam diri manusia, untuk menjamin kasih-Nya tidak boleh gagal.  

 

3.   Walau tidak ada alsan dalam diri kita untuk dikasihi, tetapi kasih Allah memiliki tujuan dalam diri kita.

Ketika dalam katekisasi pranikah, saya pernah bertanya kepada seorang calon mempelai wanita, apa alasan ia memilih calon suaminya tersebut? Jawaban yang diberikannya sungguh mengagetkan saya, tapi sungguh juga merupakan jawaban yang jujur. “karena hanya dia yang datang”.

Cinta manusia selalu karena, tetapi kasih Allah selalu walaupun. Walau cintanya tidak didasarkan pada objek yang dicintai dan dipilih-Nya, tetapi kasih Allah selalu memiliki tujuan didalam diri manusia yang dicintai-Nya.

Cinta Allah walau Cuma-Cuma, tetapi tidak percuma. Cinta Allah bukan karena tetapi agar! Agar:

o   Agar kita juga mencintai-Nya seperti Ia sudah mengasihi kita.

"Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu. Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya. Yohanes: 15:9-10

Bunda Theresa suatu saat merawat seorang laki-laki hindu. Ketika ia sedang merawat laki-laki tersebut, orang tersebut bertanya, mengapa engkau merawatku sementara aku berusaha untuk membuhuhmu. Bunda Theresa mengatakan: “Tuhan Yesus sudah mengasihi aku dan Dia memintaku mengasihimu”. Itulah alasan bunda Theresa. Karena aku dikasihi maka akupun mengasihi”.

o   Agar kita selamat.

Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya pada-Nya tidak binasa malainkan memperoleh hidup yang kekal.

o   Agar kita meneladani-Nya melakukan yang baik!


Dalam perumpamaan seorang tuan yang membebaskan hutang seorang hamba, dengan tujuan agar hamba tersebut mengikuti teladan-Nya yang murah hati dan melakukan sesuatu yang baik.

Bukan kamu yang memilih Aku, tetapi Akulah yang memilih kamu. Dan Aku telah menetapkan kamu, supaya kamu pergi dan menghasilkan buah dan buahmu itu tetap, supaya apa yang kamu minta kepada Bapa dalam nama-Ku, diberikan-Nya kepadamu. Inilah perintah-Ku kepadamu: Kasihilah seorang akan yang lain. " (Yoh. 15: 16-17).

          Kiranya dengan memahami alasan dan bagaimana cara ia mengasihi dan mencintai kita, kita tersadarkan betapa ajaib kasih-Nya, dan biarlah dengan ungkapan sykur yang dalam kita boleh mengasihi Dia, sebagaimana Ia telah mengasihi kita dengan kasih kekal, belajar hidup dalam kasih itu. 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Dengan Apa Kan Ku Balas   Kau Allah Yang Setia, Bapa Yang Mulia. Ka...