Pada Minggu-minggu Pentakosta ini, kita secara khusus merenungkan karya Roh Kudus dalam dunia ini dan khususnya pemeliharaan-Nya terhadap orang percaya, khususnya pemeliharaan dari kuasa gelap.
Semua Injil sinoptik menuliskan kisah Yesus Kristus mengusir setan dari seseorang yang menyebabkan buta dan tuli, suatu mujizat yang luar biasa yang tidak pernah dilakukan oleh siapapun dalam tradisi exorsisme Yahudi.
Orang Farisi menuduh Tuhan Yesus bahwa dengan kuasa Beelzebul Ia mengusir setan. Perkataan ini mengungkapkan tiga hal, bahwa:
a. Exorsisme adalah praktek biasa yang dilakukan di komunitas Yahudi dan khususnya komunitas Farisi.
Dalam dunia timur semua penyakit dianggap sebagai pengaruh setan atau roh jahat. Oleh karena itu tentu oksorsisme adalah lazim, seperti tantangan Tuhan Yesus kepada orang Farisi dimana murid-murid mereka juga melakukan hal itu.
Bahwa dalam masyarakat Yahudi pengusiran setan dan penyembuhan adalah hal yang biasa dilakukan dan tentu sering terjadi kesembuhan, tetapi cara dan siapa yang disembuhkan Yesus adalah sesuatu yang berbeda dan tidak dapat dilakukan oleh orang-orang dan para imam dan orang Farisi. Tentu mereka melakukannya dengan nama Allah Israel, tetapi ketika Tuhan Yesus melakukan yang mereka tidak pernah dapat lakukan maka mereka menuduh-Nya Ia kerasukan roh Beelzebul dan menyembuhkkan orang dengan kuasa tersebut.
Yosefus: melaporkan bahwa Salomo mewariskan bagaiman cara pengusiran setan, dan ia menyaksikan seorang yang bernama Eleazar melakukan hal itu kepada Vespasianus, anak-anaknya dan kapten-kaptenya dan seluruh pasukan serdadunya. Bahwa Salomo meninggalkan tradisi exorsisme Yahudi. (Antiquities. 8.2.5. W. Brclay. Matius.h. 60).
Menurut Yosefus bahwa orang Yahudi memiliki kebiasaan mengusir setan dengan memakai kayu tertentu yaitu akar Makherus dinamakan sesuai nama lembah Makherus. Warnanya seperti pijar api, dan menjelang senja akar itu memancarkan cahaya seperti kilat, akar itu sangat sulit di cabut, tetapi semuanya itu sangat berbeda dengan kuasa Yesus Kristus yang hanya dengan Firman yang keluar dari Mulut-Nya setan takluk kepada-Nya. Selain Yosefus, kitab Apokripa yaitu Tobit melaporkan hal yang sama, dimana Tobia anak Tobit yang menikahi wanita yang disukai oleh Satan (Tob. 6: 17)
b. Bahwa memang seseorang dapat mengusir setan dengan kuasa Beelzebul yang disebut sebagai penghulu setan, sebagai suatu muslihat Iblis.
c. Bahwa belum ada seseoang yang dapat menyembuhkan orang tuli sekaligus buta, selain Yesus.
Mendapat tuduhan serius, Tuhan Yesus menjawab mereka, dimana jawaban itu mengungkapkan siapa sebenarnya satan atau Beelzebul itu dan juga bagaimana seharusnya mengusir setan, bahwa:
a. Kuasa gelap itu satu kesatuan, atau satu kerajaan yang terstruktur.
b. Kuasa gelap tidak akan pernah saling melemahkan, tetapi terus menipu manusia untuk menguasai manusia.
Iblis adalah penipu sejak mulanya. Sering kita menyaksikan orang yang tidak percaya, atau dukun, atau mungkin petingggi agama lain yang mengusir setan bukan oleh nama Yesus, tetapi nampaknya seseorang terbebaskan. Kita dapat melihat perumpamaan Tuhan Yesus selanjutnya yaitu “kembalinya roh jahat”. Semuanya adalah tipuan iblis, atau hanya sekedar menjadikan jiwa seseorang menjadi kosong, tetapi pada akhirnya roh-roh itu akan datang dalam jumlah yang lebih banyak lagi dan menyebabkan penderitaan lebih mendasar dan lebih besar, atau bahkan ditukar dengan jiwa.
Tuhan Yesus menegaskan bahwa dalam hal kuasa gelap dan kuasa Roh Kudus tidak ada posisi netral. Tidak adanya netralitas antara Iblis dan Yesus. W.C. Allen: dalam perang melawan Iblis, hanya ada dua pihak, demi Kristus atau melawan Kristus.
Menrut Tuhan Yesus, siapa tidak mengumpulkan Bersama-sama Dia, maka menceraiberaikan. “Bila kehadiran kita tidak memperkokoh gereja, ketidakhadiran kitalah yang memperlemahnya”.
Tidak ada rumah yang setengah jadi. Dalam segala hal orang harus memilih posisinya; tidak ada abstain untuk memilih, tindakan yang ditunda bukanlah jalan keluar karena penolakkan memberi bantuan kepada satu pihak berarti memberi batuan kepada pihak yang lain.
Hal terpenting lainnya adalah pernyataan Yesus mengenai dosa yang tidak terampuni, yaitu “dosa menghujat Roh Kudus”.
Kata “menghujat” dalam Alkitab berasal dari kata Yunani βλασφημέω yang memiliki arti pemberontakan atau perlawanan secara sadar terhadap subyek yang diketahuinya. Istilah ini menggambarkan penghinaan yang dilakukan manusia terhadap Tuhan. Dasar penghinaan ini adalah kebencian terhadap Allah yang sangat mungkin berawal dari rasa tidak percaya kepada-Nya.
Penghujatan adalah penghinaan dan perlawanan langsung terhadap karakter Tuhan dan seluruh kebenaran iman Kristen sampai kepada hal-hal yang kudus. Semua hal ini adalah pelanggaran dari perintah ketiga dari Dasa Titah (Kel. 20:7; Ul. 5:11) yang ‘merampok’ kemuliaan dan kesucian Tuhan. Karena itu, dosa ini dianggap sebagai dosa yang sangat keji. Perkataan Tuhan Yesus ini mengingatkan dengan khidmat kepada penolakan yang terus-menerus dan sengaja akan panggilan Roh untuk menerima keselamatan dalam Kristus. (Ensiklopedi Alkitab Masa Kini, 2003, hal. 406).
Mengapa menghujat Roh Kudus tidak bisa diampuni?
1. Roh Kudus Bekerja Secara Internal.
Satu hal yang pasti, bukan karena Allah tidak mau mengampuni, atau Allah kurang ada hati untuk mengampuni, kita harus melihatnya secara lebih internal. Apa pekerjaan Roh Kudus secara internal? Salah satunya, Yohanes 16 mengatakan: ‘Roh Kebenaran itu menginsafkan manusia akan dosa mereka’ Roh Kudus bekerja secara internal, berarti membawa manusia untuk menyadari dan mengakui dosa mereka di hadapan Tuhan dan manusia. Dengan demikian, jika proses penyadaran dan pengakuan dosa ini kita tentang, kita lawan, kita tolak –jika kita menolak mengaku dosa dan keberdosaan kita– maka tidak heran kalau kita tidak akan mendapat pengampunan. Itulah yang kita mengerti ketika membaca bagian ini secara internal.
Secara internal pekerjaan Roh Kudus yang membuat kita menyadari dan mengakui dosa-dosa itu kita tolak, tentu tidak heran bahwa tidak ada dosa yang bisa diampuni.
Penghujatan ini dapat dilakukan terhadap firman Tuhan (Mzm 107:11; Yes. 5:24), pengajaran Kristen (1 Tim 6:1), dan para nabi serta orang-orang percaya (Kis. 3:45; 18:6; 1 Kor. 4:13). Lebih dari itu, penghujatan juga dilakukan bukan hanya melalui kata-kata fitnahan (Im. 24:11, 15-16), tetapi juga dengan menolak Kristus (1 Tim. 1:20), penganiayaan terhadap orang suci (Yes. 52:5), menghina yang miskin (Yak. 2:6-7), dan pernyataan iman tanpa tindakan (Rom. 2:24; 2 Tim. 3:2).
2. Karya Allah adalah bukti (Evident) kuasa dan eksistensi Allah. (external).
Dosa ini terjadi melalui sebuah pengakuan/tindakan yang dengan sadar dan sengaja menyatakan bahwa Allah adalah setan, menolak/menghina pribadi-Nya, kuasa-Nya, dan karya-Nya. Roh Kudus yang berperan memberi kesaksian akan kebenaran Yesus Kristus ditentang sehingga menjadi perlawanan terhadap Allah Tritunggal. Perlawanan ini dilakukan dengan menolak bukti dan pengakuan kesaksian Roh Kudus yang berkenaan dengan anugerah Allah pada diri Yesus Kristus dan semua hal ini dilakukan terus menerus tanpa kesediaan untuk bertobat sungguh-sungguh sampai akhir hidup seseorang.
Mengidentifikasi karya Roh Kudus sebagai karya roh kegelapan, adalah pelecehan yang keji, sebab.
Ø Allah dan kuasa gelap adalah dua eksistensi yang berbeda, yaitu antara ciptaan dan pencipta, antara terang dan gelap, antara baik dan jahat.
Ø Allah tidak memberikan kemuliaan-Nya kepada yang lain, apa lagi seterun-Nya.
Jikalau bukti secara eksternal telah di tolak, apa lagi diidentifikasi secara salah, atau melecehkan bukti itu, maka tidak ada jalan bagi manusia untuk pengenalan atas kebenaran.