Tidak peduli setiap orang percaya maupun tidak percaya, semua ingin hidup yang baik, semua ingin hidup berkecukupan, semua ingin hidup sehat & panjang umur, semua ingin hidup berbahagia & damai sejatera.
Apa yang diharapkan semua manusia berdosa kadang berbeda dengan kenyataan hidup yang sebenarnya. Kita melihat kemiskinan, kita melihat penyakit, kita melihat orang-orang muda mati, kita menyaksikan hidup yang kacau dan tidak ada damai sejahtera, dan yang lebih membingungkan semua hal itu dialami oleh orang-orang percaya yang mencintai Tuhan dengan sungguh-sungguh.
Menyingkapi masalah ini, manusia akhirnya memiliki kesimpulan yaitu “takdir”, bahwa semua kesulitan, semua sakit, semua penderitaan telah ditetapkan atau ditentukan Tuhan, sehingga manusia tidak dapat menghindarinya.
Walau tidak ada kata takdir dalam Alkitab dan hanya berupa penerjemahan kontekstual, tetapi ada beberapa kata yang hampir sama dengan takdir yaitu kata: “menetapkan: Yeremia 31:35; Daniel 9:24; Lukas 22:22; 17:31. Rancangan: Yesaya 55:8; Yeremia 29:11. Rencana: Ayub 42:2; 1 Petrus 1:2; Yesaya 46:11, Yeremia 51:12. Tetapi tentu saja takdir dalam iman Kristen berbeda dengan yang ada pada agama lain. Perbedaan itu disebabkan oleh kebenaran, sifat dan karakter Allah Israel. Dia Allah yang murah hati yang memberkati bahkan orang-orang yang membenci Dia. Ia adalah Allah yang tidak menetapkan penderitaan untuk menyiksa orang percaya, tetapi bertujuan kebaikan orang percaya dan kemuliaan-Nya. Dia adalah Allah yang merencanakan untuk keselamatan.
Dari dua Minggu khotbah mengenai “takdir atau nasib”, maka ada beberapa kesimpulan yang kita dapatkan berdasarkan penyataan Allah lewat Firman-Nya:
Ø Ia adalah Allah yang menetapkan, merencanakan, segala sesuatu secara spesifik, bahkan hal-hal yang kelihatannya remeh dan kebetulan, dan semuanya dilakukan-Nya dalam kekekalan, Ia menetapkan bersama-sama dengan kemahatahuan-Nya, sehingga tidak ada sesuatu apapun yang terjadi yang membuat-Nya kaget.
Ø Ia adalah Allah yang tidak menetapkan kecelakaan untuk penyiksaan, penderitaan untuk menyengsarakan semata, semua ditetapkan demi kebaikan, baik secara personal maupun sebagai umat.
Ø Ia merencanakan dan menetapkan keselamatan dan menjamin keselamatan tersebut.
Ø Tidak ada seorangpun manusia yang mengetahui apa yang ditetapkan Allah baginya selain Yesus Kristus. Tetapi setiap orang percaya diharuskan mengenal pribadi Allah, karakter-Nya, kebenaran-Nya, dan atribut-Nya, dengan demikian mereka beroleh kepastian akan masa depan yang Sentosa.
Pada khotbah Minggu ini kita akan berfokus pada poin bahwa “takdir orang percaya” adalah: “ketetapan Allah dan pilihan orang beriman”. Itulah sebabnya pada Minggu ini tema kita adalah “Menulis Takdir”, bukan dalam pengertian bahwa kita mengabaikan ketetapan Allah, tetapi biarlah Allah berkarya dalam kedaulatan-Nya, dan “marilah kita melakukan tanggung jawab kita sebagai orang beriman untuk “takdir/nassib yang baik”.
1. Bekerja & Berdoa (Ora et labora)
Ora et labora adalah salah satu semangat protestanisme, yaitu semangat dan cara kerja Kristen, dimana hidup diakui akan berubah oleh “berkat Allah dan usaha keras manusia”.
Kita selama ini diajarkan dan memahami bahwa, doa dan kerja saling memperlengkapi, bahwa doa dan kerja harus berjalan simultan, tetapi Amsal membuka fakta baru akan kedaulatan Allah yang bekerja secara mandiri bahwa: “Berkat Tuhanlah yang menjadikan kaya, susah payah tidak akan menambahinya”. Ams 10:22.
Sejalan dengan Amsal, Pemazmur mengatakan: “Sia-sialah kamu bangun pagi-pagi dan duduk-duduk sampai jauh malam, dan makan roti yang diperoleh dengan susah payah-sebab Ia memberikannya kepada yang dicintai-Nya pada waktu tidur”. (Mzm. 127: 2).
Amsal menegaskan kepada kita bahwa kadang Allah dalam kedaulatan-Nya berkarya secara mandiri dan tidak memiliki sebab akibat dengan tindakan manusia. Apa yang diungkapkan oleh Amsal & Pemazmur bukan menjadi dasar bagi kita untuk apatis, pesimis, apalagi berpaham fatalis, tetapi seharusnya kita menyadari kedaulatan Allah dalam segala hal dan mengakui kemurahan hati-Nya sebagai Bapa Yang Baik, bukan seperti anak sulung yang marah atas kemurahan hati bapanya kepada anak bungsu yang hilang.
2. Keteguhan & Fleksibilitas.
Saudara mungkin mengenal seorang pengusaha muda, motifator dan akademisi yang bernama Mardigu Wowiek, ia memiliki lembaga pembiayaan UMKM yaitu Santara. Banyak UMKM mendaftar untuk memperoleh infestor dari santara, tetapi hanya UMKM yang telah berusia diatas 2 tahun yang mereka bantu, dengan alasan bukan UMKM yang profitnya saat ini baik, dan memiliki pasar, tetapi mereka berfokus pada “mental pemilik UMKM”, bahwa UMKM dibawah dua tahun belum memiliki mental yang teruji sebagai pengusaha.
Semua orang ingin sukses, tetapi tidak semua orang sukses. Semua pengusaha ingin sukses, tetapi hanya sedikit diantara mereka yang sukses. Dari 10 orang wang membuka warung bebek dalam satu wilayah, mungkin hanya satu atau dua yang sukses, apa sebabnya? Orang yang sukses adalah mereka yang terus maju walau hari ini rugi, tidak putus asa walau beberapa saat harus sepi, mereka terus mencari kesempatan dibalik himpitan, mencari solusi disetiap masalah, tidak berhenti walau perjalanan untuk maju terasa berat.
Pada sisi lain, ada orang yang menjadi sukses karena cepat melihat kesempatan lain pada bidang lain ketika apa yang saat ini mereka usahakan menghadapi tantangan berat, contoh pemilik Zoom.
Salah satu hal yang perlu diketahui oleh orang yang menulis takdirnya adalah: keteguhan dan fleksibilitas, yaitu mengetahui kapan harus fleksibel dan cepat berubah sesuai dengan situasi kondisi, dan tahu serta yakin untuk tetap teguh menjalani, mengusahakan apa yang sedang dikerjakan. Kedua hal ini membutuhkan visi dan kepastian.
Ada orang yang gagal karena kekeh tidak mau berubah & ada pula yang tidak memperoleh apa-apa karena menjadi kutu loncat, ikut-ikutan, dan sekedar menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Aqua sukses karena keteguhan, tetapi keteguhan dan tidak mau berubah pulalah yang mengakhiri kejayaan Nokia. Karena keteguhan maka PDIP memperoleh kemenangan berturut-turut sebanyak 3 kali. Dan flesibilitaslah kutu loncat yang menghancurkan PKS dan Demokrat.
Tuhan Yesus tahu kapan Ia harus menghindari orang Farisi dan tahu kapan Ia harus maju dan melawan mereka, itulah sebabnya ia memperoleh semuanya. Rasul Paulus mengajar kita apa itu keteguhan: “dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun tidak putus asa; kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun tidak binasa. (2 Kor. 4: 7-8).
3. Kronos & Kairos (kebiasaan dan momentum).
Kemarin pada tgl 7 Mei 2021, saya berkunjung ke rumah keluarga Purwanto, dan saya terlewat, ternyata beberapa bulan saya tidak ke sana dan rumahnya sudah berubah atau sudah di bangun, dan ternyata pada hari itu ibu Daryati sedang ulang tahun, lalu saya bertanya “masak apa hari ini”?
Saya sampaikan, bahwa setiap hari itu kita bersyukur, kita masak dan makan, tetapi pada hari ulang tahun adalah hari special kita merenungkan berkat usia walau sendiri, hari special menikmati berkat Tuhan. Initinya setiap hari adalah kronos kita, tetapi pada hari ulang tahun harusnya menjadi Kairos pribadi.
Menulis nasib adalah menemukan Kairos dibalik kronos setiap hari, atau menemukan momentum dibalik kesibukan setiap hari. Kronos yaitu aktifitas keseharian kita, tetapi dibalik kesibukan itu kita mau menemukan suatu momentum untuk olah raga. Dibalik kesibukan kita menemukan momentum untuk memberkati orang lain, dibalik rutinitas memasak kita mau masak special untuk kesehatan dan bersyukur pada Allah. Dibalik kesibukan kita menetapkan momentum untuk menyembah Tuhan, melayani Tuhan.
Kairos selalu berjalan dalam rangkaian kronos. Momen selalu ada dalam waktu-waktu biasa. Siapa ingin diberkati kesehatan maka harus memperhatikan kornos atau kebiasaanya, kebiasaan untuk istrahat, kebiasaan makan, kebisaan olah raga. Mendisiplinkan istrahat dibalik kesibukkannya.
4. Harapan dan Kenyataan:
Seorang ibu tunggal memiliki empat orang anak. Tiga anak sudah menikah dan hidup mandiri serta mapan, dan anak bungsu belum menikah dan masih hidup menggantung pada ibunya.
Suatu saat ada seorang ibu yang terbaring koma di Rumah Sakit. Membiayai orang koma sangatlah mahal, karena terjerat masalah keuangan, maka anak-anak mengadakat rapat keluarga. Tiga orang anak yang telah berkeluarga sepakat untuk melepas fentilator ibu mereka, tetapi anak bungsu tidak sepakat dan menuduh kakak-kakanya tidak mempunyai pengharapan!
Karena tuduhan dibungsu, maka ketiga anak ibu tersebut tidak tega melepas fentilator ibu mereka. Setelah 2 bulan perawatan sang ibu tetap meninggal dan meninggalkan masalah baru karena ketiga anaknya harus berutang banyak demi perawatan ibu mereka, akhinya kehidupan keluarga mereka dan khususnya anak-anak mereka terkena imbas karena masalah keuangan tersebut.
Anak bungsu berkeras agar fentilator ibunya tidak di cabut, bukan karena ia memiliki pengharapan iman bahwa ibunya akan sembuh, tetapi karena hidupnya sangat tergantung pada ibunya.
Apakah Tuhan Yesus tahu bahwa Yudas akan menjual diri-Nya? tetapi mengapa Tuhan Yesus masih mempercayai Yudas menjadi bendahara dan terus memperingatkan Yudas? Bukankah dalam kaca mata manusia tindakan ini adalah munafik? Tuhan Yesus tahu kapan harus berusaha dan tahu kapan harus berhenti, ketika Ia mengatakan kepada Yudas: “apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera”. (Yoh. 13: 27).
Harapan membuat kita terus maju, terus berjuang, terus berupaya, tetapi kitapun harus belajar untuk menerima kenyataan kapan harus berhenti, kapan harus harus berdiam diri, kapan harus berserah dan membiarkan Allah bertindak, seperti kata Firman Tuhan: “dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu”. Tetapi kamu enggan (Yes. 30: 15).
Biarlah Allah melakukan segala sesuatu yang dikehendaki-Nya bagi kita, biarlah Ia menulis takdir kita pada buku kehidupan, tetapi mariah kita menulis sendiri nasib kita berdasarkan keterbatasan-keterbatasan kita, sebab kita tahu bahwa rancangan Allah itu adalah rancangan damai sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: