Sabtu, 12 Juni 2021

CARA KERJA ROH KUDUS DALAM DIRI ORANG PERCAYA.

 



Pentakostalisme adalah suatu gerakan di era modern yang mencari, memaknai dan juga kristik terhadap konsep dan prkatek pemaknaan karya Roh Kudus dalam gereja protestanisme atau Injili.

Ada beberapa sebutan dan istilah terhadap kerya Roh Kudus, diantaranya adalah: Dipimpin Roh, Menerima Roh Kudus/menerima karunia Roh Kudus, Pemberian Roh Kudus, Mengurapi dengan Roh Kudus, Karunia Roh Kudus, Persekutuan Roh Kudus, menghujat Roh, mendukakan Roh, menentang Roh Kudus, beroleh Roh Kudus.

Sebutan-sebutan istilah-istilah terhadap Roh Kudus dalam Alkitab dan bagaimana semua itu dipergunakan pada saat ini, adalah salah satu cara bagi kita untuk memahami pribadi, karya, cara kerja Roh Kudus dalam diri manusia, gereja dan dunia ini.

Istilah dan sebutan terhadap pribadi, karya, dan cara kerja Roh Kudus juga menjadi tolok ukur bagi kita untuk memahami apaka pribadi atau gereja memiliki paham yang benar atau menyimpang terhadap Roh Kudus di jaman ini.

Permasalah utama dari perbedaan paham dan praktek liturgis terhadap Roh Kudus dan karya-Nya adalah kesalahan hermeneutika pada kaum pentakostal yang tidak dapat membedakan antara pesan didaktik dan deskriptif, sehingga dari kedua hal ini menimbulkan kesimpulan apakah sesuatu norrmatif ataukah tidak.

Kritik dan praktek yang dilontarkan oleh kaum pentakostalisme dan neopentakostalisme bukanlah suatu kritik yang didasarkan atas studi biblical yang bertanggung jawab, tetapi lebih kepada fantasi masa lalu dan penafsiran yang tidak bertanggung jawab yang akhirnya adalah kesesatan dalam hal pikiran dan praktek liturgi.

Ada beberapa bahkan banyak penyebutan terhadap fenomena Roh Kudus yang sering di sebut dan mugkin salah dipahami oleh kalangan pentakostalisme dan dipaktekan oleh mereka, tetapi pada kesempatan kali ini, kita hanya akan membahas beberapa istilah yang familiar digunakan saat ini, khususnya oleh kaum pentakontal dan neopentakostal, dan bagaimana kita sebagai orang Injili memahami hal ini:

 

1.   Dibaptis Roh Kudus.

Baptisan Roh Kudus adalah penerimaan Roh Kudus. Ini hanya terjadi sekali saja, karena sekali Roh Kudus itu masuk, Ia tidak akan keluar selama-lamanya.

Dalam Yoh 14:16 Yesus berkata: “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.

Baptisan Roh Kudus harus dipahami dalam pengertian dan tujuan dari Baptisan itu sendiri yaitu “inisiasi” dimana Roh Kudus memberikan setatus  kepada orang-orang tertentu, sehingga dengan itu mereka menyadari keberadaan mereka yang sebenarnya dan mendorong mereka untuk mengambil tindakan untuk menegaskan setatus tersebut, hal ini tentu dengan cara menyerahkan diri mereka kepada Allah dan kepada gereja, serta menyerahkan orang-orang yang berada dalam otoritas mereka kepada Allah.

Dalam kalangan Pentakosta / Kharismatik, orang-orang mencari baptisan Roh Kudus. Tetapi Kitab Suci tidak pernah memerintahkan kita untuk mencai baptisan Roh Kudus, atau memerintahkanh kita untuk dibaptis Roh Kudus. Kitab Suci hanya memerintahkan kita untuk percaya kepada Yesus Kristus. Mengapa? Karena kalau kita percaya kepada Yesus Kristus, maka kita pasti akan dibaptis Roh Kudus / menerima Roh Kudus. Tak perlu dicari lagi!

Baptisan Roh Kudus terjadi pada saat percaya (Kis 2:38 Ef 1:13), kepenuhan Roh Kudus belum tentu terjadi pada saat percaya. Baptisan Roh Kudus dapat terjadi bersamaan dengan “dipenuhi Roh Kudus”, tetapi tidak selalu. Baptisan Roh Kudus selalu mendahului dipenuhi Roh Kudus. Demikian bahwa orang yang telah dibaptis Roh Kudus selalu akan dipenuhi Roh Kudus, tetapi orang yang dipenuhi Roh Kudus belum tentu telah dibaptis Roh Kudus, hal ini dapat kita saksikan bagaimana Saul dipenuhi Roh Kudus, bukan untuk menunjukkan kekudusan, tetapi untuk melemahkannya agar menyelamatkan Daud. 

 

2.   Kepenuhan/dipenuhi Roh:

Aliran pentakostalisme dan neopentakostalisme banyak mengkritik kaum injili atas konsep ini, bahkan terkesan menuduh bahwa pada gereja-gereja Injili tidak ada Roh Kudus, ini adalah tuduhan yang kejam, sama dengan meragukan kekristenan seseorang.

Perlu ditegaskan bahwa dua kali tercatat dalam Alkitab mengenai kepenuhan Roh Kudus yang dihubungkan dengan “anggur, atau mabuk anggur”. Yaitu pada: Kis 2:13

Kepenuhan Roh Kudus adalah suatu kebenaran didaktik atau bentuk imperative atau perintah yang harus “terjadi dalam semua orang yang percaya pada Yesus Kristus”, secara khusus apakah penuh dengan Roh Kudus adalah usaha manusia atau kasih karunia Allah yang diberikan sepihak, hal itu akan dibahas secara khusus.

Arti kepenuhan Roh Kudus termanifestasi dalam kehidupan setiap orang percaya yang ditandai dengan adanya buah-buah roh yang menguasai dan mengontrol serta memberkati dan menghadirkan nilai-nilai kerajaan Allah Tritunggal. Rasul Paulus menulis dalam Galatia 5:22-24: “Tetapi buah Roh ialah: kasih, sukacita, damai sejahtera, kesabaran, kemurahan, kebaikan, kesetiaan, kelemahlembutan, penguasaan diri. Tidak ada hukum yang menentang hal-hal itu. Barangsiapa menjadi milik Kristus Yesus, ia telah menyalibkan daging dengan segala hawa nafsu dan keinginannya”. Hal ini akan melekat dalam diri seseorang dan tidak bisa lenyap sampai selamanya. Kalau karunia bisa bersifat sementara, tetapi buah bersifat permanen.

Kepenuhan Roh Kudus bertujuan bahwa Roh Kudus memberikan kuasa kepada orang percaya untuk menambahkan kuasa dalam pelayanan, kekdusan dalam hidup dan pertumbuhan dalam iman (Yoh. 7:37-39).

 

Ada beberapa hal secara biblical yang harus kita ketahui mengenai dipenuhi Roh Kudus:

a.    Kata-kata ini merupakan suatu perintah dalam setatus jamak

Jadi ini ditujukan kepada semua orang Kristen, bukan orang Kristen tertentu saja. Juga kepenuhan Roh Kudus tersedia bagi semua orang Kristen. 

Semua orang percaya adalah orang yang dipenuhi Roh Kudus dan diperintah untuk “penuh dengan Roh Kudus”. Penuh dengan Roh bukan hanya diperuntukkan, dialami dan diperintahkan untuk orang-orang tertentu.

Jika kepenuhan Roh Kudus bagi semua orang percaya, maka adalah salah jika menjadikan manifestasi tertentu sebagai suatu norma bagi semua. Bagi orang Pentakostal dan neopentakosta, jatuh atau tumbang, dan glosolali (yang dapat dipelajari dan berlaku bagi semua), sebagai suatu norma bagi yang lain.

 

b.    Kata perintah itu ada dalam bentuk pasif. 

Sesuatu yang khusus jika ada perintah, tetapi dalam bentuk pasif. Roh Kudus memenuhi orang percaya, berarti menunjukkan bahwa Roh Kudus bekerja atas kehendak-Nya pada orang yang dipenuhi-Nya, hal ini bukan dalam pengertian bahwa kita harus diam saja (pasif). Kita harus taat Firman Tuhan / membuang dosa, maka Roh Kudus akan memenuhi kita.

Roh yang memenuhi orang percaya adalah Roh yang setia, ia tidak masuk keluar dan tergantung kepada orang yang dipenuhi-Nya, dimana kecendrungan manusia  berdosa adalah demikian. Roh Kudus tidak keuar masuk, Ia dapat didukakan, didiamkan, tetapi IA setia. Jadi kalau kita dosa, kuasa dan manifestasi kepenuhan Roh Kudus bisa berkurang, tetapi Roh Kudus tidak keluar dari diri kita. Yang harus dilakukan hanyalah bertobat dari dosa.

Itulah sebabnya beberapa teolog mengatakan bahwa Kepenuhan Roh Kudus bisa terjadi berulang-ulang, berdasarkan Kis 2:4; Kis 4:8 Kis 4:31, atau beberapa teolog menggolongkan kepenuhan Roh Kudus dalam dua cara yaitu “kepenuhan temporal dan permanen”, tetapi pada dasarnya bukan berulang proses pemenuhannya, tetapi pernyataan manifestasi dan kuasa dari kepenuhan itu yang berulang.

 

c.    Kata perintah ini ada dalam bentuk present. 

Perintah present adalah perintah yang harus dilakukan kini dan disini, ia bukan masa lalu, tetapi terus setiap saat atau baru setiap hari (Ef 5:18b).

D. Scheunemann berkata, “Titik berat pengajaran Perjanjian Baru tidak terletak pada suatu pengalaman Roh Kudus yang berlaku hanya pada waktu yang tepat yang tidak dapat diulangi lagi, melainkan pada pembawaan diri dalam kepenuhan Roh yang terus menerus.”

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Dengan Apa Kan Ku Balas   Kau Allah Yang Setia, Bapa Yang Mulia. Ka...