Kata orang bijak: uang hanya alat, kebahagiaanlah yang di cari. Untuk apa punya uang banyak tetapi tidak bahagia! Pada sisi lain, orang berkata: uang tak dibawa mati, tetapi tak ada uang, seperti mau mati rasanya.
Memang betul, bahawa mansia mencari bahagia, tetapi ternyata, hanya Firman Tuhan yang mengatakan: “ada kebahagiaan yang sia-sia, atau ada kebahagiaan yang semu”. (Mzm. 49).
Suatu saat dua orang bersahabat mengunjungi “world sea”, ketika seorang dari sahabat itu melihat ikan hiu yang berenang, ia mengatakan, ikan itu sedang berenang dengan bahagia. Temannya mengatakan bagaimana engkau tahu bahwa ikan itu bahagia atau tidak?
Manusia sebagai mahluk multi dimensi, dianugerahi pikiran dan perasaan untuk dapat merasakan sesuatu, dimana perasaan manusia dapat mempengaruhi fisiknya. Firman Tuhan mengatakan: hati yang gembira adalah obat, tetapi semangat yang patah keringkan tulang.
Tuhan Yesus memanggil kita memang bukan dengan iming-iming kekayaan, kemakmuran, kesembuhan, tetapi dengan perkataan: “siapa yang mau mengikut Aku, ia harus memikul salibnya sendiri dan menyangkal diri”, tetapi apakah memang Tuhan Yesus menginginkan kita menderita? Tentu Tidak! Tuhan Yesus sedang menjelaskan kepada kita kenyataan yang akan kita jalani ketika mengikut Dia. Jika tidak, Tidak mungkin Ia berkata kepada Saulus: “Saulus,salulus, mengapa enngkau menganiaya Aku” atau tidak mungkin Ia berdiri dari sorga, ketika Sthepanus dirajam batu”, atau mengatakan kepada jemaat di Wahyu, bahwa “Aku tahu kesusahanmu dan kemiskinanmu” (Why.2:9a). Tuhan Yesus tentu ingin kita berbahagia dan bersukacita, tetapi Pertanyaannya adalah: bagaimana sukacita atau bahagia yang sejati dan bagaimana sukacita yang sia-sia itu? Apakah kita telah bahagia, atau belum? Jika kita berbahagia, apakah bahagia kit aitu adalah bahagia yang sejati ataukah bahagia yang sia-sia?
1. Kebahagiaan sejati, bagaikan seorang ibu yang mengandung dan melahirkan anak.
Lagu “kupu-kupu malam” karya Titiek Puspa menyingkapkan suatu fakta kegelapan dunia prostutusi dan posisi wanita. Sepenggal syair dalam lagu itu adalah: “kadang dia tersenyum dalam tangis, kadang dia menangis di dalam senyuman”. Hal ini mengungkapkan kenyataan psikologi manusia, bahwa sukacita tidak selalu tertawa dan tangisan tidak selalu diartikan sebagai duka, kadang ada “tears of joy” atau air mata sukacita.
Kebahagiaan Kristen bukan karena tidak ada pedih dan air mata, tetapi ketetapan hati untuk tetap melihat pengharapan dibalik setiap kesedihan dan tangisan (Ams. 10: 28).
kebahagiaan Kristen diandaikan seorang ibu yang mengandung dan melahirkan anak. Sorang wanita akan sukacita ketika mereka tahu bahwa dia sedang hamil, walau disaat yang sama juga, ia juga tahu susahnya mengandung, dan ia juga tahu bahwa ia akan menderita sakit luar biasa ketika melahirkan. Itulah sukacita dan kebahagiaan besar seorang wanita, walau dalam kebahagiaan itu berjalan bersama-sama dengan sakit dan derita.
Kebahagiaan Kristen kadang berjalan bersama-sama sakit, kecewa dan derita, ditengah pergulatan itulah sukacita yang sejati tercipta. Apa yang mau penulis ungkapkan yaitu bahwa “sukacita sejati pada satu sisi adalah anugerah Allah dan sisi lain adalah sesuatu yang diupayakan dalam pergulatan dengan dunia ini.
2. Bahagia dalam kebenaran.
Jika kebahagiaan ditentukan oleh kekayaan, maka tidak mungkin orang kaya bunuh diri, jika karena popularitas maka tidak mungkin para artis mengalami stress yang menenggelamkan mereka dalam penggunaan narkotika. Jika karena kuasa, maka tak mungkin ada korupsi. Intinya hanya dalam “kemerdekaan” ada sukacita sejati, dan hanya kebenaran yang dapat memerdekakkan kita (Ams. 21: 6).
Suatu saat, seorang adik kelas saya dipuji oleh dosen karena nilainya bagus, tetapi ketika ia menerima pujian itu, ia sangat tertekan, dan akhirnya beberapa minggu berikut, ia datang menghadap dosennya dan mengatakan, nilai bagus itu diperoleh dengan menyontek, akhinya ia diberi nilai C, tetapi ia menerima nilai C itu dengan sukacita, sebab itu adalah kebenaran. Kebenaran terkadang sakit, tetapi kebenaran itu memerdekakan.
Ada orang-orang tertentu yang tidak mau ke dokter atau cek kesehatan, dengan alasan nanti ia mengalami stress karena tahu penyakit yang diidapnya. Orang seperti ini tidak ingin terbebani secara psikologis terhadap kondisi kesehatannya dan menghindari beban kedisiplinan dalam berobat. Orang seperti ini ingin hidup bahagia seperti orang sehat, menolak tarak, ingin makan ini dan itu, ingin kesana kemari, inilah yang kita namakan sukacita yang menyangkal fakta kebenaran. Dalam hal ini penulis tidak berpendapat bahwa sakit pasti tidak berbahagia, tetapi tetap bahagia walau dalam keadaan sakit, tetap disiplin dan berihtiar untuk memperoleh kesehatan.
Ada suatu pepatah yang mengatakan: “buruk rupa, cermin dipecahkan”. Ketika seseorang mengungkapkan kejelekkan kita, itu selalu menyakitkan, tetapi ketika kita menerima kenyataan itu, akan memerdekakan kita. Kita dapat membohongi orang lain, tetapi kita tidak dapat membohongi diri kita sendiri dan Allah. Hanya hidup dalam kebenaran yang dapat membuat kita mengalami kebahagiaan sejati. Sebagaimana kata Tuhan Yesus: “Dan kamuakan mengetahui kebenaran, dan kebenaran itu akan memerdekakan kamu” (Yoh.8: 32).
Bahagia dalam kebenaran yaitu kebahagiaan yang lahir karena kesetiaan pada Allah, menikmati berkat-berkat Allah secara bijak, tidak melarikan diri dari pahinya kenyataan hidup, dan percaya sungguh bahwa Allah telah mengampuni dosa dan menyelamatkan kita, percaya sungguh bahwa Allah itu baik dan berkuasa atas semesta ini, termaksud hal-hal yang menimpa dirinya tidak luput dalam kekuasaan Allah dan menerima semua itu sebagai rencana agung Allah baginya. Kebahagiaan seperti inilah yang ditunjukkan oleh para gembala di padang Efrata, sukacita Simeon.
3. Bahagia karena telah mengambil bagian dalam penderitaan kristus.
Permintaan siapakah yang sulit di tolak oleh Bill Gate? Ketika Bill Gate belum menjadi apa-apa, suatu saat ketika ia mau membeli koran, uangnya tidak cukup, tetapi ada seorang pria kulit hitam yang membelikannya koran. Esok harinya mereka kembali bertemu di kereta bawah tanah dan orang itu kembali membelikanya koran, hingga berlanjut terus-menerus.
Ketika Bill Gate telah sukses dan menjadi kaya, ia mencari pria tersebut dan berhasil menemukannya, Bill mengungkapkan maksudnya dan bertanya, apa yang ia harus lakukan untuk membalas kebaikan pria tersebut. Sang pria menjawab: “engkau tidak dapat melakukan apa-apa yang membuat kita pada posisi yang sama, sebab engkau memberi aku dalam kekayaanmu, sementara aku melakukan kebaikan kepadamu dalam kesusahanku”. Permintaan pria inilah yang akan sulit ditolak oleh Bill Gate, sebab ia telah ambil bagian dalam kesusahan Bill Gate.
Permintaan siapakah yang sulit di tolak? Tentu adalah permintaan sahabat yang bersama-sama dengan kita ketika susah dan sengsara. Sahabat akan datang dan pergi, tetapi sahabat sejati memiliki tempat khusus dalam ingatan. Sahabat sejati dilahirkan dari perjalanan bersama di masa sulit. Siapa yang mau mendapat tempat khusus, harus menjadi sahabat sejati!
Bertumbuh tidak terjadi di ruang kosong, tetapi dalam relasi, baik dalam relasi dengan Allah dan manusia. Hubungan antar manusia dapat terjalin karena hubungan darah atau keluarga, dan juga persahabatan. Sahabat sejati menurut Firman adalah: “orang yang menaruh kasih setiap waktu, dan menjadi saudara dalam kesusakaran” (Ams.17:17). Lebih dari itu semua, Tuhan Yesus mengatakan: “tidak ada kasih yang lebih besar, dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabatnya-sahabatnya (Yoh.15: 13), dan Yesus melakukan hal itu, itulah sebabnya Ia disebut sahabat sejati.
Tuhan Yesus sebagai sahabat sejati, tidak menyebut kita lagi sebagai hamba, tetapi sahabat. Apakah kita sungguh-sunguh sahabat Dia? Kebahagiaan sejati hanya akan kita alami ketika kita mengambil bagian dalam penderitaan-Nya, hal ini menunjukkan kualitas persahabatan kita dengan Dia. Itulah sebabnya mengapa para murid menerima setiap penganiayaan dan penderitaan karena Yesus dengan sukacita. Rasul Petrus keluar dari penjara dengan sukacita. Rasul Paulus dan Silas menyanyikan pujian dalam penjara, karena merasa telah ambil bagian dalam penderitaan Kristus.
4. Berbahagia karena berguna bagi orang lain.
Memiliki banyak harta, menduduki jabatan tinggi dan penting, terkenal dan berpengaruh apakah cukup membahagiakan manusia? Pada akhirnya setiap orang yang menfokuskan harta, kepintaran, jabatan, dan popularitas dan pengaruh pada dirinya sendiri akan menemui kekosongan.
Dalam broadcastnya Dedy Corbuser mengundang seorang dokter Kristen yaitu Dr. Gunawan yang merawat Dedy Corbuser ketika mengalami kritis karena Covid-19. Terungkap bahwa, dokter gunawan hidup sederhana, tetapi ia selalu membantu pasien yang kurang mampu dengan uangnya sendiri. Ketika Dedy Bertanya apa yang ia cari? Dokter Gunawan menjawab, kebahagiaan dan kepuasan bagi saya ketika mereka sembuh. Disini kita saksikan seorang yang mendedikasikan pikiran, tenaga dan pengaruhnya bagi hidup orang lain.
Pada Minggu berikut di broadcastnya yang sama, Dedy mengundang Menkes dan mengeluhkan mengapa ia sampai terkena Covid dan hampir mati, Menkes menjawab: engkau diberi kesempatan hidup karena Tuhan mau agar engkau menolong pemerintah menyuarakan taat prokes. Lanjut Menkes, siapakah saya dibanding Dedy dalam hal popularitas untuk mendapat perhatian public.
Iman Kristen tidak anti kekayaan, tidak anti kemakmuran, tidak anti popularitas, tetapi semua itu bukan tujuan tertinggi, tetapi hanya alat. Iman Kristen mengajarkan kita bahwa pusat dari segala sesuatu adalah Allah
Pemimpin muda yang kaya adalah gambaran kesuksesan manusia pada jaman Tuhan Yesus (Luk. 18: 18-27), tetapi ketika Ia bertemu Tuhan dan berbicara dengan-Nya, ia tertarik untuk menjadi murid Tuhan dan bertanya kepada Tuhan Yesus apa syarat untuk menjadi murid-Nya, Tuhan Yesus meminta Ia menjual semua yang dimilikinya dan membagikannya kepada orang miskin lalu datang mengikut Tuhan. Pemimpin muda yang kaya itu akhirnya pergi dengan sedih sebab banyak hartanya. Apa yang kita pelajari dari hal ini semua? bahwa pemimpin muda yang kaya itu telah menjadikan harta, kuasa, hikmat sebagai tujuan, dan dirinya sebagai focus utama. Tuhan Yesus tahu focus itu dan Ia berupaya menunjukkan focus sebenarnya.
Mazmur mengatakan: “sekalipun ia menganggap dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia berbuat baik pada dirinya sendiri (Mzm. 49:18). Kebahagiaan sejati, selain bertemu dengan juru selamat, juga dapat berguna atau berbuat baik pada sesama manusia dan bukannya menjadikan diri sendiri sebagai focus dan tujuan. Amin.
Hari |
Pagi |
Malam |
Hari |
Pagi |
Malam |
Senin |
Mzm.41 |
Mzm. 84 |
Kamis |
Luk.18;18-27 |
Yoh.15 |
Selasa |
Ams.17:17 |
Ams.21 |
Jum’at |
Yoh.8: 30-36 |
Mat.5:1-12 |
Rabu |
Mzm. 49 |
Ams.3 |
Saptu |
Luk.11:27-28 |
Rom.4 |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: