Hidup itu penuh masalah, bahkan menganggap hidup tidak ada masalah adalah masalah terbesar. Masalah dan beban hidup perlu dijalani, diselesaikan. Untuk dapat bertahan, bahkan mengalahkan hidup ini, acap kali kita berpikir dan berkata: Bukankah aku harus berpikir sendiri? Bukankah tanpa usaha keras siang dan malam aku baru dapat memeperoleh sesuatu? Bukankah iman Kristen mengajarkan untuk usaha keras, tidak mudah menyerah, tidak tawar hati, tidak putus asa.
Saat ini kita merenungkan satu kata sederhana yang sering kali dipergunakan oleh Pemazmur yaitu “berserah”. Pada sisi lain, Alkitab sangat sering mempergunakan kata Iman, bahkan iman menjadi salah satu pokok utama Alkitab. Iman mengajarkan dan menjadikan kita untuk tidak menyerah, tidak pasif, tidak apatis, iman menjadikan yang tidak ada menjadi ada, iman merubah segala sesuatu.
Saat ini kita mengambil dua rujukkan ayat Alkitab mengenai berserah kepada Allah yang saling melengkapi, yaitu:
Ø Serahkanlah hidupmu kepada TUHAN dan percayalah kepada-Nya, dan Ia akan bertindak. Pada terjemahan lain dikatakan: serahkan masa depanmu kepada Tuhan. Mzm 37:5
Ø Serahkanlah perbuatanmu kepada TUHAN maka terlaksanalah segala rencanamu. Ams 16:3
Apakah berserah berjalan pada arah yang berbeda dengan iman, usaha atau upaya, kerja keras? Apakah iman dan sikap beriman harus dipertentangkan? Apakah kerja keras, berpikir keras, kegigihan, harus dipertentangkan dengan sikap “berserah” kepada Allah?
Untuk menjembatani permsalahan yang ada, maka perlu untuk memahami konsep penyerahan diri atau berserah kepada Allah, menurut Firman Tuhan:
1. Menggelindingkan / Melepaskan sesuatu yang ada dalam genggaman atau milik, kepada Tuhan.
Keberhasilan, rejeki, kebahagiaan, damai sejahtera, kadang diraih dengan cara seorang pemburu, yaitu mengejarnya dan meraihnya. Tetapi kadang keberhasilan, kebahagiaan dan damai sejahtera seperti kupu-kupu, ketika anda membawa jaring dan mengejarnya, maka ia akan terbang menjauh, tetapi ketika anda melepaskan jaring itu, dan duduk tenang di taman, ia akan datang menghampiri anda, bahkan hinggap pada tangan anda.
Memperoleh sesuatu tidak hanya dapat dilakukan dengan menangkap, menggenggam, tetapi juga kadang harus membuka genggaman tangan, bahkan lebih dari membuka genggaman tangan, yaitu justru kita melipat tangan dan menutup mata dalam doa.
Pertanyaan bagi kita: Pernakah engkau berhasil yang sungguh-sunguh hasil pikiran dan kerja kerasmu sendiri? bukankah mungkin pikiran itu datang dari orang lain? Kesempatan itu diberikan orang lain, bahkan atas rekomendasi orang lain? Atau tindakan berkolaborasi? Beberapa ayat Alkitab yang mendungkung hal ini adalah: “Lemparkanlah rotimu ke air, maka engkau akan mendapatnya kembali lama setelah itu”. (Pkh 11:1). Nabi Yesaya berkata: Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH, yang Mahakudus, Allah Israel: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Tetapi kamu enggan, Berdiam dirilah dan tinggal tenang. (Yes 30:15). Hal ini anda dapat lakukan dalam doa, perenungan firman, dalam konsep sabat atau istirahat.
Ilustrasi:
Ketika saya sakit seorang diri, maka sebagai orang beriman saya berdoa kepada Allah agar esok hari demamku bisa sembuh, saya takut covid. Ternyata esok hari panas saya semakin tinggi, karena apa? Karena terus terjaga dan mengharapkan kapan Tuhan buat mujizat. Tetapi ketika saya berdoa, Tuhan aku serahkan hidupku kepada Tuhan, jadilah kehendak-Mu. Apakah saya sembuh? Tidak! Tetapi aku memiliki hati yang tenang, tidak takut, dan akhinya aku dapat tidur dan istirahat & enak makan, hati yang tenang inilah yang akhirnya menolong tubuh saya untuk sembuh.
Mettew Hendry berkata: Sangatlah baik bila niat-niat atau rencana-rencana kita diteguhkan, dan tidak diombang-ambingkan, oleh segala kekhawatiran dan ketakutan yang menggelisahkan. Sangatlah baik bila kita terus berjalan di jalan kejujuran dan kesalehan. Sangatlah baik bila kita berpuas hati memikirkan bahwa segala sesuatunya akan berjalan dengan baik dan pada akhirnya akan berhasil, dan oleh karena itu senantiasa merasa ringan dan tenang.
Keberhasilan pertama-tama tidak diraih dengan tenaga, tetapi pikiran. Pikiran tidak cukup hanya pandai, tetapi pikiran yang positif & tenang. Hanya pikiran yang damai dan tenang akan produktif. Dan hanya orang yang menyerahkan hidup, kegalauan dan kekuatiran kepada Tuhan yang akan memperoleh ketenangan. Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. (Mzm 62:5).
2. Mengikat komitmen dengan Tuhan.
Jika kita berpikir bahwa kerja keras yang menjadikan “sukes”, maka kurang apa para buruh & kuli. Jika karena kepintaran, maka anda dapat lihat banyak orang terbaik jadi pegawai orang yang kurang pintar. Lalu apa yang membuat orang sukses? Ya gabungan dari itu semua dan ada satu factor pementu yaitu kata “bedjo”, yang dalam bahasa Indonesia adalah “beruntung”.
Apa yang menjadikan beruntung, Apakah dukun? Apakah relasi? Ataukah Tuhan? Sebagai manusia beriman, tentu kita akan katakana Tuhan, tetapi mengapa kepercayaan kepada Tuhan sungguh dangkal?
Berserah berasal dari kata גּ֣וֹל / galal yang berarti: berkomitmen, berbaring berkubang, berguling, sehingga dalam konteks serahkanlah hidupmu kepada TUHAN berarti “melakukan sesuatu sesuai ikatan perjanjian dengan TUHAN” seperti contoh terkenal dilakukan oleh Yesus saat berdoa di Getsemani, "Ya Bapa-Ku jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya, jadilah kehendak-Mu! berserah yaitu menurut, patuh dan mengikut apa kata TUHAN.
Bagi orang percaya, hanya satu yang layak yaitu: “mengikat komitmen atau mengikat perjanjian dengan Allah”. Jika kita tidak berkomitmen kepada Allah, maka kita pasti berkomitmen pada yang lain”.
3. Menjadikan diri sebagai korban hidup atau korban ibadah bagi Tuhan, untuk dibagi-bagikan.
Menyerahkan, penyerahan berasal dari kata “Galal” (gaw-lal') v (verb). Dengan arti (menggulingkan, Serahkanlah, bergulung-gulung, menggelindingkan, menyerah, berkomitmen, berpindah, lari kebawah). Kata ini dipergunakan 305 kali, dengan berbagai macam arti, tetapi dalam kontek ini, yang dimaksud adalah berkomitmen kepada Allah atau menempatkan hidup/nyawa ke dalam tangan Tuhan. Ayat ini akhirnya digenapi oleh Yesus diatas kayu salib.
Dalam Perjanjian Baru “berserah” pada umumnya memakai kata “paradidomi” (paradidwmi). Kata ini sejajar dengan kata “Galal” (gaw-lal') dalam Perjanjian Lama. Tindakan Pilatus dan Yudas yang menjual dan menyerahkan Yesus memakai kata ini. Tetapi Perkataan Tuhan Yesus diatas kayu salib ketika Ia berseru: "Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”. (Luk 23:46), menggunakan kata khusus yaitu “Paratithemi (par-at-ith'-ay-mee), yang berarti: “sesuatu yang diserahkan untuk dihidangkan, disajikan/dibentangkan, dibagi-bagikan”.
Kata yang dipergunakan Tuhan Yesus adalah kosa kata ibadah, dimana Ia menjadikan diri-Nya sebagai korban sajian, yaitu sesuatu yang dilakukan oleh imam besar dalam mempersembahkan korban sembelihan dalam ibadah. Kata Tuhan Yesus yang mempersembahkan diri-Nya ini adalah kata yang khusus bagi diri-Nya sebagai korban yang sempurna, sekali untuk selamanya dan satu-satunya.
Korban Tuhan Yesus adalah sekali dan satu-satunya, tetapi teladan penyerahan diri sebagai korban yang kudus, pengorbanan diri bagi Allah dan sesama manusia untuk memberkati banyak orang dapat diteladani, seperti yang diserukan Paulus kepada jemaat Roma: “Karena itu, saudara-saudara, demi kemurahan Allah aku menasihatkan kamu, supaya kamu mempersembahkan tubuhmu sebagai persembahan yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepada Allah: itu adalah ibadahmu yang sejati”. (Rm 12:1) Demikian pula mengenai tindakan-tindakan praktis dalam membantu orang kudus dan juga tentunya manusia pada umumnya. (I Kor. 16: 2).
Siapa yang mau beruntung dan diberkati Allah, harus selalu menyadari bahwa Allah menginginkan kita sebagai saluran berkat. Bagi saudara sepupu kita, akrab ditelinga kita ajaran mereka bahwa dibalik rejeki kita terselip rejeki orang susah.
Dapatkah anda menunjukkan kepada saya, orang yang kaya dan hidup dalam damai sejahtera karena perdukunan? Tunjukkan pula kepada saya seorang yang sering berbagi berkat yang bangkrut?
Satu-satunya cara agar segala rencana kita terlaksana adalah dengan menyerahkan perbuatan kita kepada TUHAN. Segala sesuatu yang menjadi keprihatinan besar dari jiwa kita haruslah kita serahkan kepada anugerah Allah, dengan bergantung dan berserah kepada pimpinan anugerah-Nya itu (2Tim. 1:12). Segala keprihatinan lahiriah kita haruslah kita serahkan kepada pemeliharaan Allah, dan kepada pengaturan yang berdaulat, bijaksana, serta penuh rahmat dari pemeliharaan itu. Gulingkanlah pekerjaan-pekerjaanmu kepada Tuhan (begitu kata yang digunakan di sini). Gulingkanlah beban kekhawatiranmu dari dirimu, dan letakkanlah semuanya kepada Allah. Bentangkan permasalahanmu di hadapan Dia dengan doa. Nyatakanlah pekerjaan-pekerjaanmu kepada Tuhan (begitu sebagian orang membaca ayat ini), bukan hanya pekerjaan-pekerjaan tanganmu, melainkan juga pekerjaan-pekerjaan hatimu. Setelah itu, tinggalkan semuanya itu pada-Nya, dengan iman dan kebergantungan kepada-Nya, dengan penyerahan diri dan kepasrahan hati kepada-Nya. Kehendak Tuhan jadilah. Kita akan merasa tenang jika sudah bertekad bahwa apa saja yang menyenangkan Allah pasti akan menyenangkan kita pula. (Mattew Hendry).
Dengan berserah kepada TUHAN maka meskipun kita akan mengalami kesulitan dan masalah tetaplah akan mengerti dan melihat: “ketenangan dalam Tuhan”. (Rom. 6: 13), Kebesaran TUHAN (Mazmur 46:11), Hikmat TUHAN (Roma 11:33), Kesetiaan TUHAN (1 Petrus 4:19).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: