Demikian pentingnya doa dalam iman Kristen, hingga kita dapat melihat berbagai macam pernyataan doa dalam Alkitab. Dari berbagai doa & konsep doa, kita kadang hanya menekankan beberapa pernyataan yang tampaknya enak di dengar dan menyangkut kepentingan-kepentingan sesaat kita sebagai manusia, diantaranya adalah pernyataan Tuhan Yesus: “Minta apa saja dalam nama-Ku maka kamu akan memperolehnya” atau pernyataan Rasul Yakobus bahwa: “doa orang benar besar kuasanya”.
Doa dalam pandangan Alkitab, bukan hanya sekedar permintaan dan pengabulan, tetapi lebih dari pada itu, yaitu sebagai bentuk persekutuan dengan Allah dan sebagai tempat pendewasaan iman.
Pada saat ini kita akan merenungkan bagaimana praktek doa yang dilakukan oleh Rasul Paulus, yaitu “bagaimana ia berdoa dan apa yang didoakannya” menunjukkan konsepnya mengenai doa dan kedewasaan imannya.
Doa bagi Rasul Paulus bukan sebagai sarana meminta, tetapi sarana untuk bertumbuh dalam iman. Apa yang didoakan seseorang dan bagaimana ia menjalani doa tersebut, menunjukkan kedewasaan iman orang percaya dan juga jalan baginya untuk dewasa dalam iman.
Kepada jemaat di Efesus, kita belajar mengenai apa yang penting untuk didoakan yang sering kita lupakan:
1. Berdoa agar turunan menerima nama-Nya.
Jika memperhatikan kontek semua isi surat Efesus, penekanan Paulus yaitu kepada keluarga orang beriman atau anak-anak orang beriman bukan Yahudi, sebagai kontra dari Yahudi menurut daging atau turunan bansga Israel berdasarkan darah (Ef. 2: 11).
Pasal 3 Rasul Paulus berbicara mengenai rahasia panggilan orang bukan Yahudi, bahwa di dalam Kristus orang bukan Yahudi menjadi ahli waris kerajaan sorga dan anggota tubuh Kristus. Di luar Kristus, semua bangsa di dunia ini yang bukan Yahudi, khususnya semua keturunan adalah keturunan tanpa Allah dan tanpa pengharapan, tetapi di dalam Kristus bangsa-bangsa lain mendapat kasih karunia dekat dengan Allah dan menjadi ahi waris kerajaan sorga.
Rasul Paulus memakai kata Patria (noun feminime), yang diterjemahkan (bangsa, keturunan, lineage, kindred, family). LAI tepat menerjemahkan turunan dalam kinteknya, yaitu turunan yang berasal dari garis bapa. Demikian pula dengan KJV menerjemahkan dengan: keluarga, kerabat, garis keturunan.
Gereja dan keluarga Kristen sering kali lupa untuk medoakan “keturunan atau anak-anak mereka” untuk menerima nama Yesus sebagai Tuhan secara pribadi. Hal ini karena pikiran kita bahwa, karena kita telah menerima nama Yesus dalam hidup kita, demikian pula dengan anak-anak kita. Memang mereka memiliki keistimewaan, tetapi jika keistimewaan itu tidak didoakan dan diupayakan, maka kita akan menyaksikan turunan seperti turunan Israel secara daging.
Penciptaan dunia ini berfokus pada mansuia. Tujuan keluarga untuk melahirkan turunan, salah satu tujuan gereja aalah melahirkan turunan yang kudus. Kudus karena mereka menerima nama Yesus di dalam hati mereka.
Bertahun-tahun kelompok doa malam gereja ini terus berdoa bagi anak-anak di gereja, terutama anak-anak yang berasal dari keluarga yang tidak utuh, agar keadaan itu tidak menggangu pertumbuhan psikologi mereka dan teristimewa pertumbuhan iman mereka.
Kekayaan besar bangsa, kekayaan besar gereja, harta terindah keluarga adalah “anak-anak”, sebab kebenaran pribadi Allah tidak dinyatakan kepada benda mati atau hewan, tetapi kepada manusia yaitu turunan, agar Allah dimuliakan turun-temurun.
Berbahagialah keluarga yang turunannya tidak ada yang terhilang. Lebih berbahagia lagi keluarga dimana anak-anaknya menempatkan Kristus dalam hati mereka, hingga mereka berakar serta berdasar dalam Kristus, dan memuliakan-Nya disepanjang hidup mereka.
2. Berdoa untuk batin yang dikuatkan: (Ef. 3:16-17)
Kita terlahir dengan membawa banyak hal dari kelahiran kita. Bersyukur jika kita terlahir dari orang tua yang sehat, sehingga kita tidak membawa penyakit turunan. Lebih bersyukur lagi terlahir dari orang tua yang selain sehat, juga tampan atau cantik. Lebih bersyukur lagi, selain sehat, tampan, juga kaya dan terpandang. Tetapi semua itu akan hancur demikian rupa jika “batin mereka lemah, batin mereka kosong”.
Apa yang dimaksud batin oleh Paulus, hal itu tentu harus diketahui menurut pemahamaman pada saat itu, khususnya Yunani itu sendiri:
Ø Batin adalah “akal budi”.
Paulus berdoa agar jemaat dikuatkan akal budinya. Akal budi adalah “akal yang berbudi luhur”. Akal budi luhur yaitu akal budi yang diisi oleh Kristus, untuk memahami Kristus dan karya-Nya, serta menguduskan Kristus dalam hati mereka.
Akal budi yang ditinggali oleh Kristus, akan memuliakan Kristus dan mentaati-Nya. bukan akal bulus, bukan hati yang munafik, bukan hati yang kejam tanpa belaskasihan.
Ø Batin adalah “kesadaran”.
Kesadaran adalah sensitifitas terhadap segala hal, terutama hal-hal yang rohani. Sensitifitas pada kontek ini, bukanlah sensistifitas yang negative yaitu mudah tersinggung, tetapi positif, yaitu responsive terhadap lingkungannya dan hal-hal rohani. Orang-orang saleh adalah orang-orang yang sensitive terhadap lingkungannya dan kepada hal-hal rohani. Spiritualitas juga sangat tergantung kepada sensitifitas ini.
Coba kita bayangkan memiliki anak-anak yang hatinya tidak sensitive, maka kita akan menyaksikan anak-anak yang tidak peduli situasi kondisi orang tua mereka, mereka akan menjadi penuntut yang tidak peduli keberadaan orang tua mereka.
Batin yang tidak sensitive terpancar dari beberapa selogan, EGP (emang gua pikirin), yang penting happy, dll. Batin yang tidak sensitive perusak lingkungan, keluarga, persekutuan, bahkan alam.
Ø Batin adalah kemauan.
Pikiran dan kemauan harus berjalan seimbang. Banyak orang pandai tetapi tidak menjadi apa-apa, sebab kemauan mereka rendah. Pikiran akan sesuatu yang indah, nyaman, tidaklah cukup, harus ada kemauan yang kuat untuk mewujdkannya.
Kemauan selain didoakan, karena jika kemauan itu tidak dituntun oleh Allah, maka akan sangat berbahaya. Rasul Paulus mengatakan: “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaan-Nya” (Flp. 2: 14). Kemauan juga harus di latih. Kita sering kali terjebak dalam lingkaran setan, karena pengalaman kita di masa lalu yang sulit untuk memperoleh sesuatu, maka anak-anak kita jadi korban, dengan memberikan dan memenuhi apa yang dikehendaki oleh anak-anak kita dengan sangat mudah, sehingga mereka tidak memiliki nilai kemauan yang kuat untuk memperoleh sesuatu, setidaknya untuk memperoleh sesuatu seseorang harus memiliki kemauan yang kuat untuk mendoakannya.
Kita dapat katakan bahwa isi batin manusia adalah “akal budi, kesadaran dan kemauan”. Batin itu akan memiliki tujuan, kekuatan dan pengharapan, jika Kristus tinggal didalamnya (katoikein=tinggal permanen).
3. Doa untuk memahami kasih Kristus (Ef. 3: 18).
Kedewasaan salah satunya ditunjukkan oleh pemahaman kita akan sesuatu. Memahami bukan sekedar tahu, tetapi lebih dari itu, memahami adalah mengetri latar belakang, motifasi dan tujuan termulia dari sesuatu.
Kasih adalah “sifat Allah yang mulia”. Hanya Allah Israel yang disebut sebagai Allah kasih, itulah sebabnya hukum yang pertama dan terutama dalam iman Kristen adalah “mengasihi Allah dan sesama”.
Mengasihi adalah perbuatan termulia yang dapat dilakukan manusia, dikasihi adalah anugerah terindah dari semua yang diperoleh. Tetapi memberikan kasih kepada orang yang tidak memahami kasih itu, bagaikan memasang anting-anting berlian kepada telinga babi, berliannya tetap bernilai berlian, tetapi berada pada tempat yang tidak pantas.
Yesus Kristus adalah bukti kasih Allah yang terbesar bagi dunia. Salib adalah bukti kasih Kristus kepada kita sekalian. Tidak ada kasih yang dapat dibandingkan dengan salib Yesus Kristus. Apa yang telah dilakukan Yesus Kristus akan menjadi sia-sia jika tidak dipahami oleh manusia (2 Kor. 6:1).
Saya sangat marah ketika mendengar kata-kata yang keluar dari mulut anak-anak ketika mereka kecewa, atau ada yang tidak sesuai dengan apa yang mereka inginkan lalu mengatakan “mama atau papa jahat”.
Adakah orang tua yang jahat? Ada! Bahkan binatangpun tidak jahat kepada anak-anaknya. Tetapi orang tua yang berupaya membesarkan anak-anak mereka dan mempersiapkan masa depan mereka, walau mereka kadang membuat kesalahan, tetapi tentu mereka tidak jahat. Jangan anggap biasa kata-kata “mama atau papa jahat” yang keluar dari mulut anak-anakmu.
Ketika seseorang percaya pada Kristus Yesus, maka ia juga harus tahu bahwa itu semua dapat terjadi karena Kristus mengasihinya dan akan terus menerus mengasihi-Nya, tetapi begitu banyak orang yang menyebut dirinya percaya, tetapi meragukan dan bahkan tidak memahami bahwa Yesus mengasihi-Nya.
Kasih yang dikatakan Rasul Paulus adalah kasih yang tidak terbatas, kasih yang melampaui dosa dan kesalahan kita, kasih yang melampaui pikiran kita tentang apa yang baik dan bagaimana seharusnya kita dikasihi. Yesus Kristus mengasihi kita dengan kasih yang kudus.
Kita sering berpikir dan mengatakan bahwa, jika Kristus mengasihi orang saya, mengapa saya kekurangan, mengapa saya susah, mengapa saya sakit, mengapa usaha saya tidak lancar, mengapa keluargaku kacau balau, dan berbagai pertanaan mengapa?
Hati saya sangat sedih ketika seseorang mengatakan kepada saya, khotbah Tuhan Yesus baik, tapi kenyataannya saya sangat susah, sekarang yang dibutuhkan bukan orang yang mengatakan Yesus baik, tetapi yang memberikan uang.
Kasih Kristus kita telah terima secara pribadi, dan kasih itu kita juga alami dalam jemaat: John Wesley mengatakan: Allah tidak mengenal agama yang bersifat perseorangan, kita tidak menuju ke surga sendiri, gereja bisa saja berbuat salah. Warga gereja bisa saja mengingkari dirinya sebagai orang Kristen, namun tak dapat disangkali bahwa di dalam persekutuan gereja itulah kita menemukan kasih Allah itu.
Memahami kasih Kristus akan menjadikan kita dan anak-anak kita sadar betapa berharganya diri kita bagi Allah (I Ptr. 3:4). Memahami kasih Kristus kepada kita dan turunan kita menjadikan kita dapat bersyukur dalam setiap keadaan, bahwa tidak ada situasi dan keadaan apapun yang terjadi yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus (Rom. 8: 35). Tuhan Memberkati kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: