![]() |
Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya, oleh karena itu ada sifat-sifat keAllahan yang diberikan kepada manusia. Banyak sifat manusia yang selalu dibahas dalam khotbah, tetapi jarang menyebut mengenai sifat dan kata “rindu”.
Ketika masih bekerja di kapal, banyak kesibukkan dan tempat baru yang membuat saya lupa segalanya, tetapi ketika malam 24 Desember kapal kami sedang berada dalam pelayaran, tiba-tiba hati begitu sakit, sepi dan rindu dan tangis tidak tertahankan karena rindu natal, rindu keluarga, kerinduan sungguh menyiksa.
Dulu ketika anda masih waktu pacaran, setiap hari ketemu, tetapi baru sampai di rumah, uda kembali saling telepon ga kenal waktu dan biasanya diakhiri dengan “kamu yg tutup, kamu, kamu”, anda ingin selalu bertemu, waktu berjalan sangat lama jika tidak bertemu, ketika bertemu waktu terasa berputar sangat cepat.
Suatu saat seorang isteri mengeluh kepada suaminya: dulu, sampai saya tidak sempat buat apa-apa, sedikit-sedikit telepon. Sekarang diteleponpun selalu jawabnya sibuk. Si suami menjawab: sayang! Mana ada pemancing yang memberi umpan kepada ikan yang sudah ditangkap.
Rindu adalah kata yang sering dipakai dalam Mazmur untuk menunjukkan kedalaman suatu hubungan, khusunya hubungan dengan Allah. Pemazmur memakai beberapa kata untuk menunjukkan kerinduan yaitu, lapar, haus dll.
Rindu, bagai pedang bermata dua, yaitu menyakitkan dan membangkitkan desire atau Hasrat indah. Bukan hanya orang beriman yang rindu kepada Allah, Allah juga rindu pada orang-orang yang dikasihi-Nya. (Ayb. 14: 15). Yesus pun Rindu. (Mat. 23: 37; Luk. 22:15).
Mengapa harus rindu pada Allah? Bukankah Allah dapat ditemui dimana-mana dan kapan saja? Apa makna kerinduan kepada Allah menurut Pemazmur?
1. Rindu kepada Allah adalah ungkapan cinta yang dalam pada Allah.
Bukan rindu yang mengakibatkan cinta, tetapi cintalah yang menjadikan rindu. Oleh karena itu, rindu adalah tanda cinta. Jika anda tidak atau kurang ridu lagi, maka ada masalah dengan cinta atau kasih anda.
Rindu selalu dihubungkan dengan “keterpisahan jarak” atau renggangnya suatu hubungan, tetapi kerinduan kepada Allah yang ditunjukkan oleh Pemazmur, bukan karena keterpisahan jarak, atau hubungan yang rusak, justru mengekspresikan “cinta” yang ingin lebih dekat dan mengenal, ingin memiliki hubungan yang semakin dalam dan semakin indah dengan Allah.
Salah satu alasan para teroris hingga berani melakukan bom bunuh diri, yaitu bom bunuh diri dianggap jalan sahid, atau jalan sigkat untuk masuk ke surga, dimana di surga itu mereka akan diberikan minimal 72 bidadari cantik transparan untuk melakukan hubungan suami isteri (sex) setiap saat.
Bagi iman Kristen, focus utama surga, bukan bidadari, atau segala kesenangan lainnya, tetapi Allah. Pribadi Allah adalah tujuan terindah, termegah, termulia, dan pengenalan akan Allah tidaklah hanya akan dialami setelah Dia datang kedua kali, tetapi dapat dirasakan dan diwujudkan mulai saat ini. Tuhan Yesus mengatakan: “inilah hidup kekal itu, yaitu bahwa mereka mengenal Engkau satu-satunya Allah yang benar, dan mengenal Yesus Kristus yang telah Engkau utus” (Yoh. 17: 3). Pengenalan akan pribadi Allah, hanya akan mungkin melalui Firman-Nya. Mazmur 119 adalah Mazmur firman, yang dipenuhi dengan kata “rindu”: Habis jiwaku merindukan keselamatan dari pada-Mu, aku berharap kepada firman-Mu”. (Mzm 119:81).
Hilangnya rasa rindu kepada Allah, adalah pertanda suamnya, dangkalnya, bahkan rusaknya hubungan dengan Allah. Masikah kita rindu pada Allah?
2. Rindu pada Allah, adalah hasrat untuk mengingat dan mengulangi pengalaman iman pertemuan dengan Allah secara pribadi.
Allah Israel adalah Allah semesta, Ia dapat ditemui dimana-mana dan kapan saja. Tetapi Allah penguasa semesta itu telah berkenan untuk menyatakan kemuliaan-Nya dan tanda kehadiran-Nya pada suatu tempat dan juga tanda-tanda tertentu.
Dalam kehidupan orang beriman, Perjalanan hidup bersama Tuhan pada akhirnya memiliki titik-titik momentum sejarah keselamatan, dimana Allah menyatakan diri-Nya, dan tempat itu membawa kenangan dan diberi tanda oleh orang percaya. Di More ketika Abraham pertama kali tiba di tanah yang dijanjikan Tuhan dan Tuhan menampakkan diri kepada-Nya dan berjanji memberikan negeri itu kepadanya. Untuk mengingat pertemuan dan janji Tuhan itu, serta mengingat pengalaman indah itu, maka Abraham mendirikan mezbah di tempat itu. (Kej. Kej. 12: 7; 22: 9). Berlanjut pertemuan Allah dengan Yakub di Lus dalam mimpi yang menyatakan diri kepadanya, serta memberikan janji, bahwa tanah dimana ia meletakkan kepalanya akan diberikan Tuhan kepada anak cucunya, Yakub mengambil batu yang dijadikannya bantal sewaktu bermimpi dan menjadikannya mezbah bagi Tuhan sebagai tugu peringatan pengalaman rohani itu dan untuk mengingat janji Tuhan dan menamai mezbah dan tempat itu Betel. (Kej. 28).
Pada jaman Musa akhirnya Allah menyatakan kehadiran-Nya dalam tiang awan dan tiang api, Allah juga akhirnya memerintahkan untuk membangun Kemah Suci dan tabut perjanjian (shekhinah) disebut sebagai tanda pijakan kaki Allah atau kehadiran Allah di tengah-tengah umat-Nya, pada akhirnya di jaman Salomo “Bait Suci” didirikan yaitu di gunung Moria dimana Allah menampakkan diri kepada Daud ayahnya dimana tulah karena hukuman Allah terhenti. dimana Allah menyatakan sendiri bahwa di tempat itu Ia akan senantiasa hadir. (2 Taw. 5:14; 6: 1-2; Yes.1:12)
Rindu pada Allah berarti hasrat untuk kembali
kepada pengalaman pertemuan dengan Allah, baik secara pribadi, maupun sebagai
umat. Pernakah kita memiliki pengalaman pertemuan secara pribadi dengan Allah? Masikah
kita ingat? Dan masih rindukah kita untuk mengalaminya kembali?
3. Rindu pada Allah adalah hasrat untuk memuliakan Allah di tempat-tempat yang dikuduskan bagi-Nya oleh umat-Nya.
Bebrapa hari sebelum natal, beberapa tahun lalu, saya masih teringat ketika Mendiang Bpk. Lasiman datang ke gereja dengan menggunakan safari biru gelap, ketika saya menyalami beliau, ia mengatakan: “saya sangat rindu ke gereja ini, setelah sekian lama tidak ke sini”. Itulah Minggu terakhir beliau beribadah bersama di tempat ini, dimana ia dilahirkan secara rohani.Pada hari Rabu ini, dalam doanya dengan terisak ibu Erawati mengatakan, “Tuhan kami bersyukur kepada-Mu, saat ini kami bisa berkumpul bersama dalam doa malam, setelah sekian lama kami harus berdoa sendiri di rumah”.
Siapa mencintai Tuhan, juga akan mencintai gereja-Nya dan umat kesayangan-Nya. Pemazmur Daud mengatakan: “sebab cinta untuk rumah-Mu menghanguskan aku, dan kata-kata yang mencela Engkau telah menimpa aku” (Mzm. 69:9). Mazmur ini akhirnya digenapi oleh Tuhan Yesus ketika Ia menyucikan Bait Allah dan mengatakan: “Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah Bapa-Ku menjadi tempat berjualan” (Yoh. 2: 16).
Mazmur-Mazmur kerinduan untuk memuliakan Allah di Bait Suci-Nya diantaranya dikenal dengan Mazmur “ziarah”, yaitu mazmur yang dinyanyikan ketika menaiki terap tangga Bait Allah, bahwa umat sedang datang menghampiri Allah mereka.
Ketika Israel dalam masa pembuangan mereka selalu berdoa di loteng rumah dan menghadap Yerusalem sebagai kiblat, walau saat sebelum Ezra Bait Allah Salomo telah di hancurkan, dan setelah Bait Allah yang dibangun oleh Ezra dan Nehemia, tradisi untuk mudik atau ziarah mulai terjadi. Ketika jaman Tuhan Yesus di Bait Suci ketiga yang dibangun oleh Herodes, tradisi ziarah kembali terjadi. Perayaan Pentakosta Yerusalem dipenuhi oleh para peziarah dari seluruh kekaisaran Roawi ke Yerusalem, bahkan sampai abad 2 M dan 3 M, dimana Bait Allah Herodes telah dihancurkan oleh Jendral Titus, tradisi ini masih terjadi. Semua ini terjadi karena pemahaman bahwa Yerusalem adalah kota kudus dan Bait Allah, walau tinggal bekasnya, adalah tempat Allah hadir. Apakah kita juga rindu pada Rumah Allah? Apakah kita rindu untuk memuliakan-Nya bersama-sama dengan umat kesayangan-Nya?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: