Sabtu, 27 November 2021

Liturgi Ibadah Minggu

 


1.   Introitus: (Iringan musik masuk, dan jemaat mengambil saat teduh).

2.   Votum:

“Dalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus, ibadah ini di tahbiskan”. Amin.

3.   Salam:

Kasih dan damai sejahtera dari Allah Bapa, keselamatan oleh Yesus Kristus dan persekutuan Roh Kudus menyertai ibadah kita. Amin.

4.   Nyanyian Jemaat:

Ku Masuk Ruang Maha Kudus.

 

Ku masuk ruang maha kudus

Dengan darah anak domba

Ku masuk dengan hati tulus

Menyembah yang maha kuasa

 

Reff:

Ku menyembahMu

Ku sembahMu

Ku menyembahMu

Ku sembahMu

Sebab namaMu kudus

kudus Tuhan

5.   Nas Pembimbing:

6.   Pengakuan Dosa:

a.   Nyanyian Pengakuan:

Selidiki Aku.

Selidiki aku, Lihat hatiku

Apakah ku sungguh mengasihiMu Yesus

Kau yang maha tahu

Dan menilai hidupku

Tak ada yang tersembunyi bagiMu

 

Reff:

Telah kulihat kebaikanMu

Yang tak pernah habis dihidupku

Ku berjuang sampai akhirnya

Kau dapati aku tetap setia

 

b.   Pengakuan Dosa:

 

  1. Berita Anugerah:

“Sebab juga Kristus telah mati seklai untuk dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; IA yang telah dibunuh dalam keadaan-Nya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh (I Ptr. 3: 18).

 

  1. Nyanyian Kemenangan:

Yesus Kekasih Jiwaku

 

Yesus kekasih jiwaku

Sungguh kupercaya padaMu

Karena kasihMu padaku

Kau tebus dosaku

 

Dari terbitnya matahari

Dan sampai terbenamnya

Kuangkat lagu pujian

Tinggikan namaMu

 

Reff:

Dengan gendang kupuji

Kupuji dengan kecapi oh...

Ku bernyanyi haleluya

Yesus kekasihku

 

Aku Disayang Tuhan

 

Sayang-sayang disayang

Aku disayang Tuhan

Aku diangkat jadi anak-Nya

Aku di sayang Tuhan

 

Glory, glory haleluya

Glory, glory, glory puji Tuhan

Glory, glory haleluya

Glory, glory, glory puji Tuhan

 

  1. Doa Syafaat:

a.   Nyanyian:

Inilah Rinduku

 

Inilah rinduku kepada-Mu

Seg'nap hatiku menyembah-Mu

Seluruh hidupku memuji-Mu

Kumemuja-Mu, ya Allahku

 

Reff:

Kub'rikan hatiku dan jiwaku

Semuanya bagi-Mu

Di dalam hidupku di setiap waktu

Nyatakan jalan-Mu

 

b.   Pokok Doa:

 

  1. Pemberitaan Firman Tuhan.

a.   Nyanyian Firman Tuhan.

NP 97 FirmanMu Taman yang Permai

 

FirmanMu, Tuhan, bagaikan

Kebun penuh kembang;

Yang datang memetik, tentu

Bersuka dan senang.

FirmanMu tambang yang penuh

Permata mulia;

Takkan kecewa siapapun

Yang mau menggalinya.

 

FirmanMu, Tuhan, bagaikan

Bintang-bintang cerlang;

Musafir tiada 'kan sesat,

jalannya pun terang.

Semoga FirmanMu, Tuhan,

Menjadi tambangku,

Menjadi taman yang permai

Dan bintang panduku.

 

b.   Doa Firman Tuhan:

c.   Pembacaan Firman.

d.   Homili.

 

  1. Pelayanan Persembahan:

a.    Nyanyian Jemaat:  

Menyenangkan-Mu

 

Tuhan ku mau menyenangkanMu

Tuhan bentuklah hati ini

jadi bejana untuk hormatMu

cemerlang bagai emas murni

 

Tuhan ku serahkan hatiku

semua ku berikan padaMu

kuduskan hingga tulus selalu

agar aku menyenangkanMu

 

Reff:

MenyenangkanMu senangkanMu

hanya itu kerinduanku

menyenangkanMu senangkanMu

hanya itu kerinduanKu

 

e.   Doa Syukur Persembahan:

 

12. Nyanyian Pengutusan

NP 323 Menanglah Dalam Yesus

 

Aku mendapat b'rita tentang Juru S'lamat dunia:

Yesus matilah di Golgota bagi manusia;

DitahanNya derita s'bagai penebusan dosa;

KarnaNya ku bertobat dan mendapat rahmatNya.

Reff:

Menanglah dalam Yesus, Tuhanku, s'lamanya!

DarahNya yang kudus menghapuskan dosa;

Aku dikasihiNya sejak dahulu kala;

Menanglah selamanya di dalam darahNya.

 

Aku mendapat b'rita tentang kuasa Yesus Kristus:

Orang buta dan yang cidera, Tuhanlah Tabibnya;

Sebab itu kumohon: "Tolong aku juga, Yesus!"

Dan sungguh ajaib, Yesus t'lah memb'rikan rahmatNya.

 

Aku mendapat b'rita tentang rumahku di surga:

Mutiara gerbang kotanya, dan jalan kencana;

Malaikat t'rus menyanyi, kemenanganNya yang jaya;

Kelak pun aku 'kan turut memuji rahmatNya.

 

13. Pengutusan:  

             Karena itu, kembalilah ke dalam hidupmu masing-masing dan jadilah pembawa berita keselamatan yang dari pada Allah itu untuk disampaikan kepada siapapun yang kamu jumpai. Dan terimalah berkat-Nya

 

14.  Doa Berkat:

     “Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

DOSA

 

Dosa adalah hal yang kita pahami, bahkan pandai berbuat dosa. Bagaimana mengkhotbahkan dosa semenara kita sendiri? selain itu khotbah dosa terlalu sering dikhotbahkan. tetapi mengkhotbahkan dosa walau menyembuhkan tetapi juga melukai dan banyak justru mematakan semangat.

Tema natal kita pada tahun ini adalah: “Yesus Juru Selamat Umat Manusia” (Mat.1:21). Dan untuk memahami keselamatan secara utuh, haruslah dimulai dari dosa.

          Sakit, derita, air mata, duka, kejahatan, kekejaman, amoral, abai, kekurangan, semua adalah akibat, dan penyebab dari semua itu adalah “dosa”.

Kita terlalu latah dan hanya sekedar menghubungkan dosa dengan neraka, itu adalah pasti, tetapi kita sering mengabaikan bahwa dosa merupakan akar masalah hidup kita pada saat ini. oleh karena itu, siapa yang mau selamat dan memiliki damai sejahtera saat ini, maka ia harus membereskan dosa.   

          Kita tidak akan membahas dosa secara umum untuk saat ini, tetapi berfokus pada penilaian Yesus Kristus terhadap dosa.

Dosa adalah penyebab segala masalah, segala penderitaan, kekacauan. Demikian pandagan terhadap dosa, dan itu adalah benar, tetapi pada akhirnya, dosa mengurung kita, dosa membuat kita putus asa, sebab kita tidak menyukai dampaknya, tetapi kita tidak dapat membebaskan diri dari kungkungan dan kekuasaan-Nya, ia bagaikan lumpur isap, semakin kita berupaya dan berontak untuk melepaskan diri, semakin kita tenggelam didalamnya.

Apa yang kita dapat lakukan terhadap dosa? marilah kita meratap sebab tidak ada yang bisa kita lakukan untuk keluar dari kekuasaanya yang menghancurkan, sebagaimana tidak ada seorangpun di dunia ini yang dapat bebas dari kungkungan kematian, oleh karena itu jika ada yang dapat membebaskan kita darinya, marilah kita bersorak, bersuka cita, bersyukur, terpesona karena-Nya.

Kita akan memahami bagaimana dosa dalam pandangan Tuhan Yesus, sebagai Allah yang menjadi manusia dan sebagai penebus dosa manusia!

 1.    Dosa ada karena ketiadaan.

Kaum Calvinis percaya bahwa Allah pencipta segala sesuatu, dan tidak ada satupun yang ada yang ditiadakan. Jika dosa adalah keberadaan maka pasti ada yang mengadakannya dan Allah menjadi tertuduh.

Segala pujian hanya bagi Allah, Ia adalah terang dan tidak ada kegelapan pada-Nya. dosa adalah kegelapan yang paling gelap oleh karena itu tidak mungkin dosa diciptakan oleh Allah.

Dosa ada karena ketiadaan. Pada akhir tiap penciptaan Allah mengatakan baik, dan ketika Ia menciptakan manusia, Ia mengatakan sangat baik. Allah menciptakan manusia menurut citra-Nya, memberikan kehendak bebas kepada-Nya untuk menjadi rekan sekerja-Nya. Allah menciptakan manusia untuk taat kepada-Nya, ketika manusia meniadakan ketaatan itu, maka yang ada adalah pemberontakkan. Ketika manusia menolak percaya kepada perkataan Allah dan lebih percaya kepada perkataan iblis, maka itu adalah kedurkaan. Tidak adanya damai adalah perang. Tidak adanya kerelaan adalah perbudakkan. Tidak adanya kasih adalah kebencian, tidak adanya percaya adalah curiga dan cemburu, dan semua ketiadaan itu adalah dosa.  

 2.   “Kamu telah mendengar” …tetapi “Aku berkata kepadamu”


“Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: kafir! Harus dihadapkan ke Mahkama Agama dan siapa yang berkata saudaranya jahil (Raca)! Harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. (Mat. 5: 21-22). Tetapi Aku berkata kepadamu: setiap orang yang memandang perempuan serta menginginkannya, sudah berzinah dengan dia di dalam hatinya. (Mat. 5: 28).

Apakah dengan kata-kata ini Tuhan Yesus datang untuk menambah beban dan tuntutan Hukum Taurat? Tentu tidak! Tuhan Yesus justru menegur orang-orang Farisi yang menaruh beban di pundak umat, tetapi mereka sendiri tidak memikulnya. Lalu apa yang mau ditekankan Tuhan Yesus dengan perkataan-perkataan-Nya tersebut? “Tuhan Yesus memberikan perspektif baru kepada kita bagaimana melihat dosa”:

Ø  Mengenali sumber dari pada berbagai macam bentuk dan manifestasi dosa.

Dokter yg disukai adalah dokter yang cepat menyelesaikan gejala atau dampak penyakit, tetapi dokter yg benar adalah dokter yang menyelesaikan sumber penyakit.

Ada seorang pemuda ingin menjadi “gamologis”, dan ia mau belajar kepada pamannya bagaimana menjadi ahli permata. Ketika ia datang belajar, pamannya hanya memberikan kepadanya “satu” berlian dan menyuruhnya untuk memegangnya dan memperhatikan.

Berjalan tiga bulan ia melakukan hal itu, akhirnya ia bosan dan menyangka bahwa pamannya tidak mengajarkan apa-apa kepadanya dan merasa diremehkan karena melakukan hal yang baginya adalah sia-sia, hingga suatu saat pamannya memberikan suatu berlian yg berbeda, dan ia mengatakan, berlian ini, berbeda dengan yg selama ini dipegangnya, walau ukurannya sama, tetapi beratnya berbeda, begitu pula dengan cahanya berbeda walau keduanya adalah berlian putih. Pamannya megatakan bahwa yg dipegangnya Sekarang adalah berlian opsidian atau palsu.

Tuhan Yesus tidak mengajarkan kita bagaimana mengenali dan berhenti melakukan berbagaimacam fenomena, praktek dosa, tetapi menyelesaikan sumber dosa yaitu “hati dan roh kita”. Oleh karena itu, Ia mengaruniakan kepada kita roh baru dan hati yang baru. (Yeh. 11: 19). Dosa tidak dapat diselesaikan dengan tambal sulam, atau renofasi, tetapi harus diruntuhkan dan dibangun baru. 

Tuhan Yesus mengatakan: orang yang jahat mengeluarkan hal-hal yang jahat dari perbendaharaan hatinya yang jahat, begitu pula dengan orang yang baik mengeluarkan hal-hal yang baik dari perbendaharaan hatinya yang baik”.

 Ã˜  Tuhan Yesus mengajar bahwa dari pada focus tidak melakukan dosa, lebih baik focus kepada melakukan kasih.


Tentu kita tidak mengabaikan kata “jangan” atau mengabaikan untuk menahan diri melakukan dosa, tetapi yang lebih penting adalah “melakukan kebaikan”, kita belajar untuk tidak melakukan dosa dengan cara melakukan kasih.

Bagaimana kita terbebas dari perasaan sedih? Apakah dengan berdiam diri, melakukan berbagai macam hiburan, wisata, dll, bukankah dengan cara “menghiburkan orang lain”. Siapa yang menghiburkan orang lain, pasti sedang menghiburkan dirinya sendiri.

Tuhan Yesus tidak mengajar kita hanya untuk tidak membalas kejahatan dengan kejahatan sebagai cara menghentikan kejahatan, tetapi Ia memerintahkan kita untuk “mengasihi musuh kita dan berdoa bagi orang yang menganiaya kita”. (Mat. 5: 43-44).

Tuhan Yesus menegur orang Farisi yang mengundang-Nya untuk makan di rumahnya, “Sebab itu Aku berkata kepadamu: dosanya yang banyak itu telah dampuni ssebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni, sedikit juga ia berbuat kasih. (Luk. 7: 47).

 3.   Bagi Yesus semua dosa dapat diampuni, tetapi ada satu dosa yang tidak terampuni yaitu menghujat Roh Kudus. (Mat. 12: 22-37).

Mengapa menghujat Roh Kudus adalah dosa yang tidak dapat diampuni? Tentu bahwa posisi Roh Kudus tidak lebih tinggi dari pada Allah Anak, tetapi lebih kepada perbedaan karya masing-masing.

Untuk diampuni maka seseorang harus memiliki juru selamat, atau penebus, dan hanya ada satu penebus yaitu Allah Anak atau Yesus Kristus, seseorang harus memiliki iman kepada Yesus Kristus, seseorang harus mengaku dosanya di hadapan Allah dengan tulus, bagaiman semua itu akan terjadi jika Roh Kudus tidak diam dalam hati mereka? bagaimana Roh Kudus akan berkarya jika mereka tegas dan aktif menolak karya Roh Kudus. Bagaimana tanda bahwa mereka menghujat Roh Kudus?

Menghujat Roh Kudus adalah menolak untuk mendengarkan hati Nurani, dimana Roh Kudus berkarya, bahkan mengadakan suatu perlawanan dengan tensi semakin meningkat. Menghujat Roh adalah mengidentifikasi pekerjaan iblis sebagai pekerjaan Allah, demikian pula sebaliknya.

 4.   Aku juga tidak menghakimimu, pergilah dan jangan buat dosa lagi. (Yoh. 8: 11).

Janji datangnya juru selamat terjadi ketika manusia jatuh dalam dosa, dan janji itu adalah demi menyelamatkan manusia dari dosa. Tuhan Yesus tidak datang untuk menghakimi, sebab Ia datang untuk menyelamatkan manusia.

Tuhan Yesus menegur dan mengecam perbuatan dosa, tetapi Ia tidak pernah menghakimi orang berdosa. Tuhan Yesus selalu memberikan cermin kepada setiap manusia agar mereka melihat wajah mereka yang sebenarnya, hal itu dilakukan-Nya ketika Ia berkata: “siapa diantara kamu yang tidak berdosa hendaklah ia yang pertama mengambil batu dan merajam”.  kepada para imam dan ahli kitab, serta orang Farisi yang datang membawa seorang wanita pendosa agar Tuhan Yesus memberi keputusan. (Yoh.8: 1-11).

Kapan Tuhan Yesus menghakimi orang berdosa? Ketika Ia datang yang kedua kali menjadi hakim yang agung. Tuhan Yesus memberi kesempatan kepada manusia untuk bertobat. “engkau telah sembuh, jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk”.

Manusia tidak boleh menghakimi dosa sesama manusia, sebab semua mansia berdosa. Allah yang memiliki hak untuk menghakimi dosa. Mansia boleh menilai, tetapi tidak berhak menghakimi.

Tuhan Yesus tidak datang untuk menghakimi dosa tetapi mengampuni dan menyelamatkan manusia dari dosa (Mrk. 2:5).  Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit. Yesus datang bukan untuk memanggil orang benar, tetapi orang berdosa. Bagaimana jalan pengampunan itu? “punya iman dulu baru ada pengampunan”. Jadi apa bila Anak itu memerdekakan kamu, kamu pun benar-benar merdeka.

Siapapun kita, kita adalah orang berdosa yang telah diampuni, oleh karena itu hendaklah sukacita sorgawi ada dalam hati kita, bahkan syukur itu harus lebih besar kepada orang-orang yang dibebaskan dari utang dosa yg besar, bukan untuk menghakimi orang berdosa lainnya karena kita nampak sedikit lebih baik, tetapi untuk berbelas kasihan dalam pemberitaan Firman agar makin banyak orang berbalik kepada Allah dan memperoleh pengampunan.

 

 

Sabtu, 20 November 2021

Hati Adalah Pedang Bermata Dua. (I Yoh. 3: 19-24).

 

Tanda cinta dalam dunia modern dilambangkan hati, tetapi sebenarnya itu adalah gambar jantung. Gambar jantung sebagai lambang cinta dipergunakan di dunia Barat sekitar abad 16, dan popular sekitar tahun 70an hingga saat ini.

Mumi Mesir mengungkapkan kepada kita sekalian di zaman ini, bahwa bukan sekedar teknik mengawetkan jenazah manusia, tetapi ada unsur agama atau teologis dan budaya yang menyertainya.

Proses mengawetkan mumi adalah dengan cara pembalseman memakai ramuan khusus, dan pada akhirnya memberikan peti yang telah diberi mantera. Dalam proses pembalseman itu, semua isi perut dikeluarkan, dan hanya ada satu organ yang ditinggalkan yaitu, “jantung”, “Jantung adalah tempat bersemayamnya roh. Organ lain tidak dianggap penting maka dari itu harus dikeluarkan,”


Hati adalah organ tubuh yang paling banyak di sebut dalam sastra, begitu pula dengan Alkitab, bahkan hukum pertama dan terutama dalam Alkitab adalah “mengasihi Allah dengan segenap hati”. Apa pentingnya hati dalam hidup manusia secara rohani?  

1.    Dengan hati kita merespon Allah.

Hukum pertama dan terutama yang diucapkan Yesus, hati yaitu “kardia”, sebenarnya dapat diterjemahkan “hati, jantung, atau kandungan”. Jiwa yaitu “psuche”          dapat diterjemahkan: batin, kehidupan (jasmani), makhluk hidup, manusia, jiwa, nyawa. Akal budi yaitu “dianoia” dapat diterjemahkan:  pengertian, hati. akal budi.

Intinya bahwa penggunaan kata “hati” tidaklah menunjuk pada hati secara fisik, tetapi mau mengungkapkan sisi rohani dan psikologis dalam diri manusia, yaitu cinta, perasaan dan pemahaman manusia. Dengan semua unsur dan dimensi ini manusia dapat merespon Allahnya, dan juga sekaligus dengan ini semua manusia harus bertanggung jawab dan dapat dihukum.

Perintah utama dan terutama adalah mengasihi Allah, dan kita tidak dapat mengasihi secara utuh dan benar, hanya dengan mengandalkan keuatan pikiran kita, kita mengasihi Allah dengan “hati dan perasaan kita”.

Dalam khotbhan di bukit Tuhan Yesus mengatakan: “berbahagialah orang yang suci hatinya, sebab mereka akan melihat Allah”.  (Mat. 5:8).

 2.   Dengan hati kita mengenal diri kita sendiri.

Satu pertanyaan mendasar bagi ilmu sosial, psikologi, yaitu “siapakah aku”? Kita selalu mendengar, jika tidak selalu, tentu pernah mendengar umpatan orang, “tidak tahu diri”. Apa maksud dari umpatan ini? mengapa umpatan ini begitu popular di pakai? Apakah memang orang yang di umpat “tidak tahu siapa dirinya yg sebenarnya? ataukah “lupa diri’? ataukah tidak bersikap sesuai dengan setatusnya?

Dalam kebiasaan Jawa, ketika ada seseorang yang marah dan mengamuk, seseorang yang kesurupan, atau seseorang yang depresi karena sedih, maka satu kata yang sering dilontarkan oleh orang jawa pada umumnya yaitu “eling” dan jika ia adalah Jawa Islam, maka yg dinasehatkan adalah “nyebut”.

Ada satu lagu Jawa rohani Kristen yaitu “eling-eling”. Suatu nyanyian yang mengingatkan untuk mengingat diri sebagai manusia, betapa fananya manusia, lemahnya manusia.

Pertanyaan kedua adalah “dari mana engkau berasal”….? Asal menunjuk pada tiga hal utama, yaitu: secara ontology yaitu “fisik”, non fisik, tempat dengan segala keberadaannya yaitu etnis, ras, teritori, budaya, dll.

Secara ontology fisik, kita berasal dari tanah, oleh karena itu kita akan kembali ke tanah. Pada sisi lain, manusia juga memiliki unsur atau dimensi rohani yang sulit sekali kita pahami. Manusia telah berupaya untuk mempelajari dimensi ini, tetapi sampai saat ini, dimensi ini tidak akan pernah dipahami secara utuh.

Kedua dimensi asal manusia ini telah berdosa dan pada akhirnya kita hanya menyaksikan sesuatu yang menyedihkan dalam diri manusia, bahkan Musa dalam Mazmur mengatakan: Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap.  (90:11).

Dari semua yg negative itu, satu kabr baik dan possitif yang diberitakan oleh Alkitab bagi kita, khususnya oleh Yohanes sang penatua bahwa: “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah”. (I Yoh. 3: 19).

 3.    Hati adalah indicator kehidupan rohani.

Hati atau jantung secara fisik adalah organ dasar yang sangat menentukan proses kehidupan secara fisik, demikian pula secara rohani, hati sangat menentukan kehidupan.

     Penulis Amsal mengatakan: “Jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, karena dari situlah terpancar kehidupan. (Ams 4:23).

Jaman Nuh, ketika Tuhan datang ke bumi, ternyata Allah begitu menyesal karena “hati manusia jahat”, “Ketika dilihat TUHAN, bahwa kejahatan manusia besar di bumi dan bahwa segala kecenderungan hatinya selalu membuahkan kejahatan semata-mata”, (Kej 6:5). Jadi bukan karena jelek wajah mereka, atau karena bodoh otak mereka, tetapi karena hati mereka yang jahat, itulah yg membuat manusia dibinasakan.

 4.   Hati adalah pusat kebahagiaan manusia.


Kita sangat akrab dengan istilah “sakit hati, jatuh hati, patah hati, hati-hati, buta hati,” demikian istilah-istilah yang dipakai menunjuk batapa penting hati, atau kesadaaran manusia, atau perasaan manusia dalam merespon dunia, merespon sesamanya, termaksud menyingkapi setiap keadaan yang disekitarnya.

Kata seorang jemaat kepadaku, bahwa uang hanya alat, manusia cari uang, bukan demi uang, tetapi agar bahagia? Ukuran bahagia itu apa? Berapa jumlah minimal uang yang diperlukan untuk bahagia? Siatuasi apa yang bagaimana yang menjadi dasar minim bagi manusia untuk bahagia?

Hati mansia adalah ukuran atau indicator kebahagiaan manusia! Hati yang senang dan sukacita, hati yang rela, hati yang tabah, hati yang merdeka, hati yang bebas dan tidak tertekan, intinya, keadaan hati manusialah yang menentukan apakah ia berbahagia atau tidak.

Hati yang bahagia adalah hati yang tenang, yaitu hati yang mengetahui dari mana asalnya dan hati yang mengetahui dengan pasti kemana ia akan berakhir, sebagaimana pada ayat 19 mengatakan: “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita berasal dari kebenaran. Demikian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah. (I Yoh. 3: 19).

5.   Hati juga dapat membunuh rohani seseorang.

Kita mengenal ada berbagai macam penyakit hati, tiantaranya adalah sakit hati, iri hati, tetapi yang lebih berbahaya dan dapat membunuh kehidupan rohani seseorang adalah “hati yang menuduh”. (I Yoh.3:20-21)

Iblis adalah penuduh atau pendakwa pada mulanya, dan ia mendakwa manusia dalam hati mereka, bahwa dosa mereka tidak terampuni, bahwa mereka tidak akan pernah layak dihadapan Allah. Inilah yang menjadikan banyak orang percaya menjadi tertuduh oleh hati mereka sendiri, sehingga justru menjauhi Allah, seperti yang dilakukan St. Petrus.

Perasaan tertuduh menjauhkan orang percaya dari Allah, tidak yakin untuk berdoa, tidak yakin untuk bersaksi, merasa sia-sia beribadah. Kita selain memang adalah orang berdosa, berbuat dosa, tetapi kita diampuni dan tidak main-main dengan dosa, apa lagi hidup dalam dosa. Merasa tertuduh dan menjauhkan diri dari Allah, bukan menjadikan kita semakin baik, tetapi justru menjadikan diri semakin buruk dan bersandar pada diri kita sendiri. Kita menjadi baik karena kita diampuni dan terus belajar melakukan kebaikan, doa, ibadah, kesaksian.          

Mengapa kita berasal dari kebenaran dan bagaimana kita mengetahui hal itu? Karena Allah melahirbarukan kita oleh Roh-Nya, kita adalah manusia berdosa, jika kita mengatakan bahwa kita tidak berdosa maka bukan saja kebearan tidak ada didalam diri kita, tetapi juga mengatakan bahwa Allah adalah pendusta. Dalam Yesus Kristus kita memperoleh pengampunan dosa, Ia adalah pengantara kita, Ia mengasihi kita dan kitapun mengasihi Dia dan hidup dalam kasih sebagai tanda bahwa kita selalu berada dalam kasih. Karena iman kepada Yesus Kristus maka kita adalah anak-anak Allah.

Kebenaran-kebenaran, fakta-fakta diatas, yang diketahui, dipahami, dipercayai. Pengetahuan itu adalah pengetahuan iman, pengetahuan yang menjadi kesadaran stetatus, kesadaran setatus ini berimplikasi pada sikap dan perbuat keseharian.  

Pernyataan ini adalah suatu keyakinan dalam hati, yang dalam kenyataannya bahwa ‘hati itu’ sering menuduh diri orang yang percaya, itulah sebabnya mengapa ayat 20, mengatakan “sebab jika kita dituduh olehnya”. Allah lebih besar dari hati kita. Demiian pula kita boleh menenangkan hati kita di hadapan Allah. (I Yoh. 3: 19). “jikalau hati kita tidak menuduh kita, maka kita mempunyai keberanian percaya untuk mendekati Allah”.

          Sekali lagi, jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan, sadarilah dengan hatimu bahwa engkau sekalian berasal dari kebenaran, biarlah pengetahuan ini menuntun sikap kita untuk hidup dalam ketaatan kepada Allah, dan milikilah hidup yang berbahagia, sebab engaku telah mengetahui dari mana asalmu dan kemana engkau akan berakhir. Hanya di dalam Tuhan jiwamu akan tenang dan Sentosa. 


 

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.   Introitus: (Iringan musik masuk, dan jemaat mengambil saat teduh). 2.   Votum: Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yan...