Sabtu, 13 November 2021

Kebanggan Kristen

 

Selama 10 tahun ini, ketika FB, Youtube, mulai merebak ke seluruh dunia, kata “kafir” begitu dekat dengan telinga kita sebagai orang Kristen. Kita disebut kafir oleh sebagian besar saudara sepupu kita, kecuali NU yang telah memutuskan dalam Munas di Riau bahwa tidak boleh menyebut orang Kristen dengan sebutan kafir.

Sebutan “kafir” adalah suatu label, juga sebagai suatu hinaan dan penyataan posisi diri yang superioritas (khususnya kaum muslim, superioritas ini ditunjukkan dengan hukum, dimana orang Kristen bukan sekedar masyarakat kelas 2 tetapi lebih dari pada itu, mereka harus membayar pajak jiwa mereka yg disebut dengan jizyah), mulia dan baik.  Kita masih teringat bagaimana penafsiran sebagian besar ulama Indonesia mengenai Surah Almaidah dan bagaimana sikap mereka terhadap Ahok.

Sebutan kafir kadang bukan berdasarkan fakta hidup, yaitu menyangkut moral & etika, tetapi lebih kepada teologis, yaitu bahwa kitab mereka mengajarkan hal demikian.

Kata dan label kafir diujarkan untuk merendahkan kita atau umat lain dari mereka, tetapi juga untuk menegaskan “KEBANGGAN” akan agama dan hal yang benar menurut mereka.

Bolekah orang Kristen memiliki kebanggan sebagai Kristen? sebab, walau kebanggan berbeda dengan kesombongan, tetapi kita juga mengetahui bahwa keduanya bersepupu.

Selama ini, kita hanya sering diajarkan penerimaan setatus kekristenan kita hanya dengan “syukur”, perlu kita ketahui perbedaan “syukur dan bangga”. Apakah yang membedakan kedua sepupu itu? Kita begitu akrab dengan kata syukur, sebab memang menjadi Kristen adalah sesuatu yang harus disyukuri. Syukur adalah sesuatu sukacita tak terhingga atas apa yang dialami dan diterima.

Bangga adalah “besar hati”, atau lebih tepatnya “perasaan menerima diri dengan segala keberadaannya”. Lawan kata dari bangga adalah “rendah diri”.

Dalam Bahasa Ibrani (PL), bangga adalah ‘gaw-ohn'. Diterjemahkan dengan “kebanggaan, kecongkakan, kemegahan-Nya. kata ini diterjemahkan oleh KJV dengan: “Pride, excellency 10, majesty 7, pomp 5, swelling 3, arrogancy 2.

Dalam PB, Rassul Paulus mengatakan: “Saudara-saudara, tiap-tiap hari aku berhadapan dengan maut. Demi kebanggaanku akan kamu dalam Kristus Yesus, Tuhan kita, aku katakan, bahwa hal ini benar. (1Kor 15:31)

Kata bangga yang dipergunakan St. Paulus adalah “Kauchesis (kow'-khay-sis)”, noun feminime, yang diterjemahkan dengan: “kemegahan atau kebanggan”.

Tuhan Yesus mengatakan: “setiap orang yang megakui Aku di depan manusia, Aku juga akan mengakuinya di depan Bapa-Ku yang di sorga. Tetapi barang siapa menyangkal Aku di depan mansia, Aku juga akan menyangkalnya di depan Bapa-Ku yang di sorga (Mat. 10: 32-33).

Mengapa manusia tidak mengakui Yesus di hadapan manusia? Berbagai alasannya: “tidak beriman, malu, takut, dan tidak memiliki kebanggan diri sebagai murid Yesus atau sebagai orang Kristen”.

Tuhan Yesus mengatakan pula: “sebab barangsiapa malu karena Aku dan karena perkataan-Ku di tengah-tengah angkatan yang tidak setia dan berdosa ini, Anak Manusia pun akan malu karena orang itu apabila Ia datang kelak dalam kemuliaan bapa-Nya, diiringi malaikat-malaikat kudus”. (Mrk. 8: 38), mengapa malu? Karena tidak memiliki kebanggan terhadap Yesus Kristus dan terhap iman Kristen yang dipercayainya.

Kedua ayat ini, menegaskan kepada kita, bahwa kita harus memiliki kebanggan terhadap Yesus Kristus yang kita Imani. Kedua ayat ini mengajak kepada kita bahwa tidak cukup hanya “bersyukur” atas setatus kekristenan yang kita peroleh tetapi juga harus “berbangga”. Janji Allah kepada kita sekalian bahwa:         “Sebagai ganti keadaanmu dahulu, ketika engkau ditinggalkan, dibenci dan tidak disinggahi seorangpun, sekarang Aku akan membuat engkau menjadi kebanggaan abadi, menjadi kegirangan turun-temurun (Yes 60:15).

Apakah kebanggan menjadi orang percaya atau menjadi orang Kristen?

1.    Anugerah Pemilihan.

Menjadi Kristen sejati, tidak dimulai dari kehendak dan prakarsa  manusia, tetapi dari Allah, yaitu Ia menetapkan dari mulanya, dan memilih dari mulanya (Yoh. 15: 16).

Pemilihan Allah kepada seseorang untuk percaya kepada Yesus Kristus atau disebut Kristen adalah “anugerah”, dalam pengertian tidak ada suatu kualifikasi yang menjadikan seseorang dipilih Allah, semuanya berdasar belaskasihan dan anugerah Allah semata.

Karena pemilihan itu, maka Bapa mengutus Anak-Nya yang tunggal, bahkan untuk mati dalam menebus orang-orang pilihan-Nya tersebut. (Yoh. 15: 13).

Pemilihan Allah terhadap orang-orang percaya, disertai dengan pemberian setatus yaitu “anak-anak Allah” (I Yoh. 3:1), dan bagi Yesus Kristus, kita bukan lagi sekedar hamba tetapi “sahabat” (Yoh. 15: 15). Sebagai anak-anak Allah kita menjadi pewaris kerajaan sorga dan sebagai sahabat kita mengetahui apa yang dikerjakan Allah.

Anugerah pilihan Kristen seharusnya “bukan sekedar kebenaran dan fakta teologis, tetapi suatu fakta moral dan etik”. Israel telah melakukan kesalahan itu dan akhirnya mereka di buang dan Allah beralih memilih bukan berdasarkan darah dan daging lagi tetapi iman kepada Anak-Nya.

Pemilihan Allah kepada orang percaya disertai dengan anugerah-anugerah lainnya yang menyertainya yaitu: iman, keselamatan, penyataan kebenaran, berkat, dan pemeliharaan hingga akhinya. Oleh karena itu, tidak ada alasan bagi orang Kristen untuk tidak berbangga.

Kebanggan sebagai Kristen menurut Prof. J. Tong mengatakan “kebanggan dalam kerendahan hati” atau “kebanggan dalam syukur”. Kebanggan Kristen bukan untuk menunjukkan superioritas-tetapi mengakui superioritas Allah atas manusia, untuk menyatakan identitas serta berkat dan tanggung jawab yang menyertainya.

Dalam pertemuan dengan majelis PGI, Presiden Gusdur bercanda dengan para pendeta. Dengan nada serius Gusdur bertanya kepada para pendeta: “menurut bapa pendeta, siapakah umat yang paling dekat dengan Tuhan?

Para pendeta bingung menjawab, mau menjawab umat Kristen, serasa tidak sopan dengan pak presiden, sementara menjawab lainnya, adalah suatu kemunafikkan. Akhinya para pendeta menjawab tidak tahu! Dengan nada bercanda Gusdur berkata: ah..para pendeta, pura-pura tidak tahu, bukankah hanya orang Kristen menyebut Allah itu dengan sapaan “Bapa”? siapa lagi yg lebih dekat selain anak.

 2.   Bangga Karena Allah menyatakan kebenaran-Nya dan kita serta anak-anak kita hidup dalam kebenaran.


Iman tanpa perbuatan adalah mati, itu kata Rasul Yakobus. Bahwa sesuatu yang diimani tanpa adanya upaya untuk menghidupi apa yang diimani, menjadikan iman itu sia-sia.

“Kuduslah kamu sebab Aku kudus” (I Ptr.1:16), adalah tujuan Allah memilih Israel. Tetapi kenyataan bahwa Israel hanya bangga terhadap setatus yang diberikan Allah kepada mereka, bukan kebanggan dalam melakukan kehendak Allah. Allah memilih dan mengkhususkan mereka agar mereka berbudaya, berprilaku khusus seperti karakter Allah yang memilih mereka, tetapi mereka larut menjadi sama dengan bangsa-bangsa lainnya.

Banyak karunia dan hak istimewa yang kita terima karena iman kepada Yesus Kristus. Satu hal penting dari semua kasih karuia itu, yaitu Allah berkenan “menyatakan kebenaran kepada kita”. Tuhan Yesus mengatakan: "Aku bersyukur kepada-Mu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil” (Mat 11:25).

Setinggi apapun pendidikan dan ilmu pengetahuan seseorang, tetapi jika ia tidak bertemu dengan Pribadi kebenaran itu sendiri yaitu Yesus Kristus, maka pengetahuan itu sekedar menjadi pengetahuan yang tidak menyelamatkan. Kita patut berbangga bahwa kita memiliki pengetahuan yang menyelamatkan, dan terlebih dari itu kita memiliki pengetahuan kekal, diantaranya:

Ø  Hanya dalam Yesus kita menyaksikan bahwa firman Allah, layak dipercayai dan tidak pernah gagal, semua nubuatan tentang diri-Nya terpenuhi dan nubuat-Nya terlaksana, sehingga kita dapat mempercayai kitab suci.

Ø  Hanya didalam Kristus ada kesetiaan (Bagi Yudaisme, Islam, Hindu, Budha) seorang laki-laki dapat berpoligami, tetapi hanya Tuhan Yesus yang dengan tegas melarang poligami, dengan itu hanya didalam Dia kita menemukan arti “cinta dalam kesetiaan”.

Ø  Hanya didalam Dia kita menemukan kebenaran sejati, bahwa pedang hanya membawa kehancuran, tidak bisa membawa kebaikan bagi dunia ini, itulah sebabnya Ia datang menunggang keledai betina sebagai Raja Damai.

Ø  Hanya dalam Yesus kita menemukan pengampunan sejati, ketika Ia mengatakan, “kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu”. Kita tahu bahwa dendam hanya akan mengalirkan darah dan menghancurkan manusia.

Ø  Hanya didalam Yesus ada “harapan bagi kehidupan kekal”. Suatu saat seorang remaja putri bertanya, bagaimana jika sorga itu tidak ada! Kebangkitan Tuhan Yesus dari kematian, membuktikkan bahwa kematian itu sudah dikalahkan, dan kenaikan-Nya ke sorga membuktikan bagi kita bahwa sorga itu ada, dan Ia pergi ke sorga menyediakan tempat bagi kita. Inilah janji besar agama-agama, tetapi merek tidak dapat membuktikannya, tetapi Yesus membuktikan-Nya. Itulah sebabnya Rasul Paulus mengatakan: “jika Kristus tidak bangkit maka sia-sialah imanmu dan sia-sialah pemberitaan kami, dan terlebih dari itu, kita adalah orang-orang yang paling menyedihkan”.

Ø  Yang terlebih dari itu, hanya ddialam Dia dan karya-Nya di kayu salib kita melihat Allah sejati dan gambaran kemanusiaan kita yang sejati.

Jauh sebelum kaum Islam mengolok-olok orang dan menuduh orang Kristen menyembah manusia dan mentuhankan manusia, para filusuf Yunani telah mengolok-olok Paulus disaat ia orasi dihadapan para filusuf di Areopagus (Kis.17:19). Satu kesamaan mereka bahwa “Tuhan berbeda dengan manusia”, itu adalah benar, tetapi mereka salah dalam logika dasar bahwa “Allah bisa menjadi manusia”. Dalam iman Kristen, jika Tuhan menciptakan manusia, maka Ia juga dapat menjadi manusia untuk berbicara langsung kepada manusia.

Bagi orang Yunani salib adalah “kebodohan” dan bagi orang Yahudi “salib adalah batu sandungan, tetapi bagi orang percaya “salib adalah hikmat Allah yang agung”.

Sejarah Gereja GKT di Paiton. Adalah seorang Tionghowa Kristen, anggota jemaat GKT, pindah ke Paiton, Ia mendirikan toko diantara orang jawa Islam dan Madura. Kelebihannya adalah ia kaya dan memiliki kendaraan. Lebih dari itu, ia adalah orang Kristen yang baik, dimana ia banyak menolong orang-orang sekitar. Setiap hari mingggu ia akan menutup toko dan ke Surabaya untuk beribadah dan membawa anak-anaknya ke SM. Pada akhirnya masyarakat sekitar menyarankan dia untuk mendirikan gereja sendiri di Paiton agar tidak jauh untuk beribadah. Itulah asal mula berdirinya GKT Paiton.

 3.   Bangga sengsara demi Kristus.


Iman Kristen bukan anti kemapanan, kekayaan, tetapi semua itu hanya alat bukan tujuan. Pada sisi lain, iman Kristen juga bukan anti kemiskinan dan penderitaan. Walau demikian penderitaan bukan sesuatu hal yang diharapkan, dicari.

Kekayaan bukan serta merta berkat Allah, demikian juga penderitaan, kemiskinan dan sakit bukan serta merta kutukan atau tanda hukuman Allah. Semua hal itu dinilai dari mana ia datang dan dari mana ia diperoleh.

Segala sesuatu yang datangnya dari Allah adalah berharga, bernilai, membawa kepada kebaikan, termaksud air mata, dan sengsarapun, jika datangnya atas izin kehendak Allah (1Ptr 3:17), maka hal itu adalah sesuatu yang berharga, sebab tidak ada emas murni yang tidak melewati dapur peleburan dan api sengsara.

Pada masa pemerintahan Marcus Aurellius (161-170 SM) kaisar Romawi, penganiayaan menyebar di beberapa kota di kekaisaran tersebut. Orang-orang kristen di Gaul (Perancis).

Blandina adalah seorang pelayan rendahan yang ditangkap dan disiksa. Prajurit Romawi menyiksa Blandina agar menyangkal imannya, tetapi ia dipenuhi "kekuatan" yang membuat para penyiksanya kelelahan dan menyerah. Mereka sangat heran melihat Blandina masih dapat bernafas. Ia menjadi makin kuat saat ia menyatakan imannya. Ia berkata, "Saya orang Kristen. Tidak ada perbuatan kami yang membuat kami perlu merasa malu".

Mendengar perkataan ini, serdadu Romawi semakin geram. Blandina digantung disebuah tiang yang dibuat sedemikian rupa sehingga seolah-olah ia digantung di sebuah salib. Mukjizat terjadi ! Ia dapat bertahan hidup di tiang gantungan.

Karena itu, ia dibawa ke sebuah arena untuk dijadikan mangsa singa-singa yang kelaparan, kali terakhir ini sorang remaja lelaki berusia 15 tahun Ponticus disiksa bersamanya. Di tengah situasi yang mencekam itu, Blandina tidak menunjukkan rasa putus asa di depan binatang-binatang buas itu. Malah ia tetap suka cita dan bergembira, seakan-akan dia diundang ke sebuah perjamuan pernikahan.

Dua kali Blandina dibawa ke hadapan singa-singa itu, tetapi ia sama sekali tidak disentuh. Kali ketiga ia dilempar ke hadapan singa dan kali ini dicabik-cabik singa, dicambuk, kemudian dimasukkan ke sebuah jaring, dan diseret banteng liar, serta didudukkan di sebuah kursi logam yang membara dengan telanjang.

Dalam sengsaranya ia justru mendorong semangat semua yang ada di dekatnya untuk tetap setia kepada iman mereka. Akhirnya Blandina dibunuh dengan pedang setelah para penyiksanya tidak berhasil membuatnya menyangkal akan imannya kepada Yesus Kristus. Ponticus bertahan sampai mati. Ketika penyiksa Blandina tidak mampu membuatnya menyangkal imannya, mereka membunuhnya dengan pedang.

Ketika Blandina mati, para penonton mengakui bahwa mereka tidak pernah menyaksikan seorang wanita yang menderita begitu rupa dapat bertahan lama. The Hidden Stones in Our Foundation (The Voice of The Martyrs).

Penderitaan bukanlah suatu keharusan bagi orang percaya, tetapi kepada siapa Allah mengijinkan hal itu terjadi, Allah telah mengaruniakan ketabahan kepadanya. (Flp 1:29).

Kiranya Roh Kudus meneguhkan iman dalam hati kita, menolong kita sekalian untuk memahami kebenaran dan hidup dalam kebenaran, sehingga kita dapat mengangkat wajah kita kepada dunia dengan bangga, bahwa kita adalah murid-murid Yesus Kristus. 


 

 

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Kubersyukur Bapa   Banyak yang Kau perbuat Didalam hidupku Rancanga...