Percaya kepada Tuhan Yesus atau hidup sebagai orang Kristen adalah “kasih karunia besar yang harus kita hargai”. Kita harus menyadari bahwa karunia yang kita terima itu tidak terjadi di ruang kosong, tetapi di dunia ini, dimana Roh Kudus melahirbarukan kita, lewat kandungan seorang ibu yaitu “ibu yang terpilih”
Surat 2 Yoh kemungkinan di tulis di Efesus dan khusus dituliskan kepada jemaat, kemungkinan adalah jemaat di Asia Kecil. Dalam surat ini penulis surat 2 Yoh, mengingatkan gereja dan juga kita pada saat ini, siapa kita sebenarnya, apa keistimewaan kita sebagai orang beriman dan juga mengingatkan kita sekalian akan lembaga-lembaga yang Allah ciptakan untuk membuat kita beriman dan merawat iman kita hingga akhir hayat kit, nilai-nilai apa yang harus kita hargai sebagai orang percaya.
Isi Surat:
1. Gereja Adalah ibu rohani bagi orang beriman.
Yohanes sang penatua menyebut Eklete Kuria (Ibu yang terpilih, atau kekasihku Eklete): ada yang mengatakan bahwa itu adalah seorang pribadi. Tetapi ayat 4, 8, 10, 12, menunjukkan kata jamak, oleh karena itu, gereja adalah yang lebih tepat. Kata ini juga mirip digunakan oleh Rasul Petrus yaitu salam kepada “yang terpilih” (fem) yang berada diBabilon (I Ptr. 5:13). Kemungkinan surat ini di tulis ketika berada dalam penganiayaan, dan bahkan keadaan real sedang dipenjarakan, oleh karena itu memakai kata-kata simbolis adalah keharusan, tetapi tentuna kata itu dapat dipahami oleh penerima surat.
Hal in harus menjadi kesadaran bagi lembaga gereja, para pejabat gereja dan pelayan gereja bahwa gereja adalah ibu, secara rohani, dan implikasi ssebagai ibu yaitu:
ü Ibu harus terlibat dalam proses kelahiran jiwa-jiwa. Dalam pengakuan iman Kristen, khususnya pengakuan terhadap Roh Kudus itu tidak terpisah dengan gereja, bahwa Roh Kudus adalah Roh yang berkarya dalam gereja dan lewat gereja, Ia menyatakan pekerjaan-Nya kepada dunia ini.
ü Ibu harus menyusui, membimbing menuju kedewasaan. Kasih ibu sepanjang masa, kasih anak sepanjang jalan. Ibu selalu menerima dan mengasihi anak-anaknya seberapapun keberadaan anak-anaknya. Ibu selalu setia mendoakan anak-anaknya.
Hal ini harus menjadi kesadaran setiap anggota jemaat. Bahwa gereja adalah ibu mereka secara rohani. Memang banyak anak-anak zaman ini yang tidak mengingat, menghargai dan mengasihi ibu mereka. Banyak anak-anak zaman ini yang melupakan ibu mereka, baik ibu jasmani maupun ibu rohani yaitu “gereja”, seakan-akan mereka langsung dewasa dan mandiri sendiri, seakan-akan bahwa segala sesuatu yang mereka peroleh karena kegagahan mereka sendiri.
Ibu harus dikasihi, dihormati, dirawat dan tidak ditinggalkan. Hanya anak-anak durhaka yang melakukan semua itu, dan tentunya mereka akan menuai hasil kedurhakaan mereka. perlu kita ketahui, bahwa ibu yang terpilih adalah ibu yang selalu sama, ia tidak akan pernah tua renta dan lemah, ia akan selalu menjadi ibu yang kokoh kuat, justru anak-anak rohani itu yang akan menjadi tua renta, memiliki banyak tantangan dan masalah.
Ibu yang terpilih adalah ibu yang ambil bagian dalam melahirkan, menyusui dengan Firman yang murni (I Ptr. 2:2), mendewasakan, menikahkan, bergumul bersama-sama keluarga, mendoakan ketika sakit, menghiburkan ketika tua, bahkan memakamkan anak-anaknya.
Tuhan Yesus sendiri, sebagaimana bapa leluhurnya yaitu Daud mengatakan cinta akan rumah-Mu menghanguskan aku. Apakah kita juga memiliki sedikit cinta untuk ibu rohani kita?
2. Aku sangat bersukacita, bahwa aku mendapati “separuh”dari anak-anakmu hidup dalam kebenaran sesuai dengan perintah yang telah kita terima dari Bapa.
Bukan semua anak-anak hidup dalam kebenaran, tetapi syukur bahwa Allah masih meninggalkan orang-orang tulus untuk menyembah-Nya dan hidup menurut Firman, seperti yang terjadi pada Elia yang mengeluh akan kesendiriannya melakukan pekerjaan pelayanan.
Bahwa ada beberapa orang atau sebagian kecil dari anak-anak ibu yang terpilih itu, yang hidup tidak sesuai dengan hukum Tuhan. Walau tidak semua, tetapi kita harus bersyukur dengan yang masih setia. Adalah ideal jika semua anak-anak ibu yang terpilih itu, setia, hidup dalam kasih, kita memerlukan anugerah Allah yang besar agar hal itu dapat terwujud.
Hal ini seharusnya menjadi kesadaran bagi setiap anak-anak yang hidup dalam kebenaran, bahwa tidak ada gereja yang sempurna di dunia ini, dan selalu ada anak-anak yang tidak hidup menurut hukum Tuhan, hal ini bukan menjadikan mereka lemah atau bahkan terpengaruh, atau meninggalkan gereja yang telah memelihara mereka selama ini, tetapi justru harus menerangi dan menggarami.
Yohanes sang penatua, tentu sedih dengan anak-anak yang tidak hidup menurut firman, terlebih lagi sedih dengan anak-anak yang terhilang, tetapi kesedihan itu tidak boleh menghilangkan sukacita surgawi karena satu jiwa yang setia kepada Allah (Luk. 15: 10).
Ketika para malaikat berjalan untuk memusnahkan Sodom dan Gomora, terlebih dahulu mereka menghampiri Abraham dan Abraham menjamu mereka, sebelum mereka meinggalkan Abraham, mereka memberitahukan apa yang mereka akan lakukan kepada Sodom dan Gomora, bahkan terjadi seperti tawar menawar, dimana Allah mengatakan bahwa jika saja ada 10 orang benar didapati di Sodom dan Gomora, maka kota itu tidak akan dihancurkan.
Setiap jiwa adalah penting, tetapi kita tidak boleh salah mengerti perumpamaan Tuhan Yesus mengenai gembala yang baik yang meninggalkan 99 ekor domba dan pergi mencari satu ekor yang tersesat. 99 ekor yang ditinggalkan demi yang satu bukan tidak berarti, tetapi itulah fungsi gereja, kawanan, persekutuan, bahwa sebagaimanapun keberadaan gereja, orang-orang yang berada di dalamn kawanan kemungkinan besar aman, tetapi satu ekor yang terpisah atau memisahkan diri, mungkin karena ia merasa bahwa kawanan itu tidak benar, justru lebih rawan tersesat dan terhilang. Jangan coba-coba mau membuktikan hal ini, sebab sungguh akan terbukti
Banyak orang yang meninggalkan satu persekutuan dan pergi beralih kepada kumpulan orang Kristen seperti pasar, dimana di sana mereka tidak perlu mengenal siapapun dan tidak dikenal siapapun. Mereka bergereja tetapi tidak bersekutu, mereka sedang sendiri diatantara keramaian orang Kristen.
3. Kasih Sebagai Identitas.
Ajaran atau dogma yang benar adalah penting, penataan pelayanan adalah penting, komitmen melayani adalah penting, semangat misi adalah penting, tetapi jika kita tidak memiliki kasih maka semua hal yang baik itu akan gugur (I Kor.13:1-3).
Kasih adalah ciri khas hidup gereja. Mengasihi Allah dan mengasihi sesama adalah cara hidup & tujuan gereja ada. Semua dogma, struktur oraganisasi gereja, penatalayanan harus menuju kepada “kasih” sebagai hukum yang pertama dan terutama, sebagai tujuan dan peraihan tertinggi gereja.
“Dan sekarang aku minta kepadamu, ibu-bukan seolah-olah aku menuliskan perintah baru bagimu, tetapi menurut perintah yang sudah ada pada kita dari mulanya-supaya “kita saling mengasihi” (2 Yoh. 1:5). Kasih itu selalu baru setiap hari, ia tidak boleh menjadi kenangan dan sejarah, atau sekedar angan-angan atau cita-cita, kasih adalah cara hidup keseharian, ia harus selalu baru setiap hari, sebagaimana kita menerima kasih Allah setiap hari secara baru.
Kasih dan kebenaran dihubungkan dengan erat dalam surat ini. “agape” bukanlah kegairahan, nafsu dengan pasang surutnya, kehidupan dan nyalanya, juga bukan sekedar sentimentalisme yang cengeng”. Juga bukan seseuatu yang gampang diraih atau hal yang ringan untuk dilaksanakan. Agape adalah kehendak baik yang tidak tertaklukkan; agape adalah sikap terhadap yang lainnya, apapun yang mereka perbuat tidak pernah merasakan kepahitan dan senantiasa mencari kebaikan tertinggi bagi mereka. Ada kasih yang berupaya memiliki, ada kasih yang menaklukkan atau melemahkan; ada kasih yang menarik seseorang dari pertempuran; ada kasih yang menutup mata dari kesalahan-kesalahan dan kepada jalan yang menuju kepada keruntuhan. Tetapi kasih Kristen senantiasa mencari kebaikan tertinggi dari orang lain dan mau menerima segala kesulitan, segala persoalan dan segala susah payah yang menyertai pencarian itu.
Orang Kristen harus dan wajib mengasihi sebab mereka adalah orang yang dikasihi. Orang Kristen wajib saling mengasih dengan kasih yang penuh pengorbanan.
4. Peringatan akan banyaknya penyesat.
“Sebab banyak penyesat”, penyesat itu tidak pernah datang dari luar, tetapi dari dalam sendiri. penyesat itu telah pergi ke seluruh dunia. Salah satu contoh yang diberikan disini adalah ajaran bahwa Yesus tidak datang sebagai manusia.
Menjadi Kristen yaitu, kita percaya Yesus Kristus adalah Tuhan dan juru selamat yang telah menebus kita dari dosa, kita percaya akan apa yang diakui-Nya sebagai Firman Tuhan, demikian juga hidupnya dan perkataan-Nya adalah Firman Allah. Kita mengikuti cara hidup-Nya dan menaati perintah-Nya.
Menjadi Kristen menjadikan kita memperoleh anugerah terbesar dalam hidup sebagai manusia. Apa yang kita peroleh dalam Kristus adalah jalan yang telah dinantikan dan diteliti oleh para nabi (I Ptr. 1:10), tetapi sekaligus hal yang ditentang oleh Iblis. Itulah sebabnya mengapa Yohanes mengatakan: “agar tidak kehilangan apa yang telah dikerjakan para Rasul”. Iblis berusaha terus-menerus untuk menyesatkan anak-anak dari ibu yang terpilih. Tentangan iblis ini datang dari luar maupun luar gereja, yang dari dalam kita sebut bidah.
Iman Kristen hidup ditengah iman-iman yang lain, ditengah pikiran dan filsafat yang lainnya. Selain itu kita hidup dalam kenyataan hidup yang menantang iman, apakah tetap setia atau menukar iman dengan sepiring kacang merah.
Sering kali kita meremehkan “kekuatan pikiran dan ajaran, atau bidah”, Bahwa ajaran itu bukan hanya menyangkut pikiran dan perasaan manusia, tetapi ajaran itu berhubungan langsung dengan keselmatan jiwa seseorang. Rasul Yohanes mengatakan: “setiap orang yang tidak tinggal dalam ajaran Kristus, tidak memiliki Allah”. Tidak mengenal Kristus, pasti tidak mengenal Bapa, tidak mengenal Bapa, berarti tidak memiliki hidup kekal (Yoh.17: 3).
Itulah tugas dari ibu yang terpilih yaitu menjaga anak-anaknya atas berbagai macam ajaran yang timbul tenggelam di sepanjang ssejarah hidup mereka, agar mereka tidak kehilangan hidup kekal itu.
Biarlah kita menghargai setatus kita sebagai orang beriman, menghargai anugerah Allah yang telah kita terima karena iman kita, menghargai dan mengasihi lembaga yang Allah dirikan untuk pemeliharaan jiwa kita, dan biarlah kita hidup dalam kasih sebagai identitas dan cara hidup kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: