Sabtu, 29 Agustus 2020

Sabat di Rumah



Apakah ibadah Minggu dalam keluarga adalah hal baru? Apakah ibadah Minggu dalam keluarga melemahkan Gereja sebagai lembaga, atau justru menguatkannya? Apakah ibadah Minggu di Rumah kualitasnya lebih rendah dari ibadah raya Minggu di gereja?
Ibadah Minggu adalah hal penting dalam iman Kristen, bukan saja karena ibadah Minggu adalah perintah Taurat, tetapi juga ibadah Minggu merupakan proklamasi iman atas kebangkitan Tuhan Yesus.
Beberapa bulan ini, didalam situasi covid 19, ibadah terpaksa harus dilakukan di rumah. Ada dua model dalam melakukan ibadah ini, yaitu dengan  cara maya dan dengan cara nyata. Ibadah virtual dapat juga kita katakana ibadah maya, atau sekan-akan nyata. Bethesda mengambil keputusan beribadah secara nyata atau ibadah dalam kelompok kecil yaitu keluarga, baik satu keluarga ataupun keluarga besar.
Sebagaimana tema kita pada Minggu ini adalah ‘ibadah Minggu dalam keluarga”. Tentu ada ketidakpuasan tersendiri, karena kebiasaan ibadah raya gereja selama ini yang terdiri dari pertemuan  keluarga lepas keluarga.  
Saat ini kita akan merenungkan dasar-dasar Alkitabiah dan dampak positif ibadah Minggu dalam keluarga:
1.    Allah, sebagai Allah keluarga.
Kisah Adam, Nuh dan Abraham, bukan sekedar kisah perjanjian Allah dan manusia, tetapi juga kisah relasi Allah dengan keluarga. Allah menyelamatkan keluarga Nuh. Berikut Allah memanggil Abraham bukan hanya sebagai pribadi, tetapi sebagai keluarga. Oleh karena itu, dapat kita katakan bahwa Allah, pada mulanya bukan sekedar Allah semesta, tetapi juga Allah yang disembah dan dimuliakan dalam satu keluarga.
Yakub yang akhirnya diberi nama Israel oleh Allah sendiri, menyebut Allah yang pernah ditemuinya di Peniel dan di pinggir sungai Yabok sebagai “Allah ayahku” (Kej. 31: 5). Dalam doanya, Yakub juga menyebut Allah sebagai “ya Allah nenekku Abraham dan Allah ayahku Ishak...(Kej. 32: 9).
Pada masa bapak leluhur Israel, tidak ada kemah suci, dan tidak ada Bait Suci. Para bapak leluhur menandai memori iman dan pertemuan mereka dengan Allah, dengan mendirikan mezbah peringatan atas karya Allah pada mereka. Yakub, secara khusus mendirikan Mezbah bagi Allah di Peniel dimana Allah menampakkan diri kepadanya dalam mimpi.
Allah bukan saja Allah yang disembah dalam keluarga, tetapi juga menjadi sumber pemberitaan keluarga. Suatu tradisi yang kuat dari bapak leluhur Israel adalah berkat di tempat tidur, ketika akhir hidup mereka kepada anak-anak mereka. Ishak menyediakan suatu upacara pemberkatan kepada Esau, yang dirampas oleh Yakub. Yakub memberkati 12 suku Israel, bahkan menubuatkan kepada ke 12 anak-anaknya, hal-hal yang akan dilakukan Allah kepada mereka.
Sebagai komuntas kecil dan sebagai orang nomaden ditengah-tengah bangsa yang memiliki beragam illah, Allah Israel tetap disembah dan dimuliakan oleh para bapa leluhur Israel. Peran keluarga, khususnya para bapak dalam ibadah didalam rumah, kesaksian hidup, dan pengajaran para bapak kepada anak-anaknya menjadi kekuatan peletakkan iman kepada angkatan beriman berikutnya.


           
2.    Allah adalah Allah umat pilihan.
Keluarnya Israel dari Mesir,  adalah suatu kemerdekaan dan terbentuk sebagai suatu bangsa. Kemerdekaan Israel adalah anugerah Allah, yang bukan saja karena kasih-Nya kepada Israel, tetapi juga karena janji-Nya kepada Abraham bapak leluhur mereka. Sebagai bangsa pilihan yang merdeka, maka Israel harus memiliki pemerintahan. Israel menganut pemerintahan Theokrasi, dimana Allah sebagai Raja dan pemerintahan itu dijalankan oleh Nabi & imam. Pusat pemerintahan Israel adalah “Kemah Suci.”[1] dan “Hukum Taurat” sebagai dasar konstitusinya.
Pertemuan raya atau ibadah raya adalah pertemuan Allah dan umat yang berjalan secara dialogis, dimana Allah berbicara dan umat mendengar, demikian juga sebaliknya. Walau pertemuan raya demikian besar nilainya, tetapi Allah tidak hanya meletakkan urusan iman pada pertemuan raya tersebut.
Keluarga mendapat tugas khusus dari Allah, sebagai unit penting dalam ibadah, pelaksaan hukum, dan pengajaran bagi anak-anak Israel. Paskah sebagai hari raya terbesar Israel, diperintahkan oleh Allah agar dirayakan dalam keluarga, dimana anak-anak mendapat tempat khusus dalam liturginya (Kel. 13: 14). Pengajaran Hukum Taurat, pertama-tama tidaklah diembankan kepada nabi, imam dan ahli Taurat, tetapi pertama-tama diletakkan dipundak para bapak dalam rumah tangga (Ul. 6: 6-10).
Walau kemah suci adalah sentral dalam kehidupan Israel sebagai bangsa pilihan, dengan fungsi rohani, administrative dan peradilan. Tetapi perlu diketahui bahwa, dalam Kemah Suci dan Bait Suci, akses ibadah sangat terbatas bagi perempuan dan anak-anak.
Dua kali Injil mencatat Tuhan Yesus berada di Bait suci pada usia anak-anak, yaitu pada saat usia 8 hari, dimana wajib bagi anak sulung laki-laki Yahudi di sunat di Bait Suci dan harus ditebus sebagai anak sulung. Kedua, diusia memasuki 13 tahun, dimana ia harus melakukan tradisi menjadi Bar/Bat Mitsvah (anak perintah)[2]. Pada usia ini, laki-laki Yahudi dianggap telah bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atas kewajiban Hukum Taurat, tradisi dan liturgi. Tradisi Ibadah Yahudi di Sinagoge, baru dapat dilaksanakan ketika memenuhi kuota minimal yaitu 12 laki-laki. Para wanita dan anak laki-laki dibawah umur 12 tahun tidak dapat dihitug dalam kuota minimal ini. oleh karena itu, usia sebelum 12 tahun, anak-anak Israel mendapat Pendidikan iman hanya dalam rumah dan Sinagoge.
Pada akhir pesan-pesan terakhir kepemimpinannya, Yosua membaharui perjanjian dengan Allah, dimana ia meminta komitmen Israel kepada Allah: “tetapi jika kamu anggap tidak baik untuk beribadah kepada Tuhan, pilihlah pada hari ini kepada siapa kamu akan beribadah; allah yang kepadanya nenek moyangmu beribadah di seberang sungai Efrat, atau allah orang Amori yang negerinya kamu diami, tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan (Yos. 24: 15).
Yosua menunjukkan komitmennya pada Allah, bahwa semua orang dalam rumahnya akan beribadah kepada Allah. Yosua menunjukkan betapa pentingnya keluarga dalam peletakkan dasar-dasar iman. Ibadah Sabat dapat dilakukan di rumah (dan lebih sering di rumah), dan Kemah Suci.

3.    Gereja mula-mula adalah gereja rumah.
            Jaman Tuhan Yesus, Bait Suci masih ada, tetapi peran Sinagoge tidak kalah penting. Tuhan Yesus tercatat membaca nubuatan Yesaya kepada diri-Nya di Sinagoge. Ada berbagai fersi mengenai kapan Sinagoge mulai ada. Penulis setuju Sinagoge ada dimasa rabinik (yaitu ketika Israel dalam pembuangan, dan pasca kepulangan dari pembuangan tradisi ini tetap ada, bahkan fungssinga sangat sentral).
            Walau “Bait Suci” masih ada pada jaman Yesus, serta perannya yang sangat penting, Alkitab juga mencatat Tuhan Yesus di Sinagoge (Mat.4: 23) dan mengajar di Bait Suci, tetapi peran ibadah dalam rumah tetap menjadi perhatian Yesus.
            Tuhan Yesus selain mencontohkan beribadah dan berdoa di Bait Suci dan Sinagoge,  juga mengajar umat bagaimana berdoa secara pribadi di rumah: “ketika engkau berdoa, masuklah ke dalam kamarmu, tutuplah pintu dan berdoalah kepada Bapamu yang ada ditempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu (Mat. 6: 6).
            Selain doa pribadi, Tuhan Yesus juga merayakan ibadah Paskah dengan para murid di rumah salah satu murid (Mat. 26:18; Mrk.1:21). Tuhan Yesus juga tercatat beberapa kali mengajar dalam rumah tangga (Mat. 18: 3; Mrk. 3: 20).
            Setelah Tuhan Yesus naik ke Surga, para Rasul mengkombinasikan ibadah sabat di “Bait Suci dan di rumah tangga”. Ibadah dalam rumah tangga diadakan secara khusus dengan agape (makan bersama) dan Perjamuan Tuhan (eukharisti).
            Ketika iman Kristen secara tegas dilarang oleh para imam dan pemerintah saat itu, dan waktu Stephanus dibunuh (KPR. 8: 1b-3), maka para murid (kecuali para Rasul) mulai secara khusus beribadah Minggu di rumah. Para Rasul masih memberitakan Injil di Sinagoge, terutama Rasul Paulus (KPR. 16: 13; 18: 19).
            Selepas para Rasul di tangkap dan ada diantara mereka yang telah mati teraniaya, Ibadah Minggu dalam rumah tangga, akhirnya menjadi ciri dari “gereja mula-mula” (Kol. 4:15; Rom. 16: 5; I Kor. 16: 19; Flm. 1: 2).  

            Ibadah Minggu dan gereja rumah adalah model gereja mula-mula. Ada dua model gereja rumah, yaitu yang anggotanya murni satu anggota keluarga, seperti yang terdapat pada rumah Lidia, dan beberapa keluarga yang berkumpul dalam rumah keluarga tertentu untuk beribadah.
            Gereja yang kita kenal saat ini di Indonesia, apa lagi mega church adalah bentuk gereja setelah edik Milano, yaitu ketika gereja telah diakui sebagai agama negara oleh Konstantinus Agung. Gedung gereja menjadi besar, demikian pula pengorganisasiannya. Ibadah diatur demikian agung mengikuti upacara Kekaisaran Roma, demikian pula pejabatnya.
Ditengah-tengah wabah covid 19 yang mengharuskan ibadah-ibadah Minggu dialihkan ke rumah, tentu hal ini membawa dampak bagi kehidupan peribadahan umat. Tetapi jika kita kembali merujuk sejarah ibadah Gereja, maka hal seperti ini bukanlah hal baru, baik dalam ibadah Israel yang menjadi sumber ibadah Gereja, maupun dalam Gereja mula-mula.
Apakah ibadah Minggu di rumah melemahkan lembaga Gereja, atau justru menguatkannya? Belajar dari sejarah ibadah Gereja, maka kita dapat mengatakan bahwa hal ini membawa ‘dampak negatif dan juga positif’, hal ini akan sangat tergantung bagaimana kita menyingkapinya.
Hanya satu hal kelemahan dampak Ibadah Minggu dalam keluarga, yaitu “melemahkan semangat persekutuan sebagai suatu gereja local disuatu waktu dan tempat tertntu”. Perlu diingat, bukan nilai persekutuan, tetapi “semangat persekutuan gereja local”, sebab jelas kata Firman Tuhan, dimana dua tiga orang berkumpul dalam nama-Ku, disitu Aku besama-sama mereka.  Menyadari hal ini, maka Bethesda dalam pengertian lembaga gereja, selama ini selalu hadir dalam pelayanan, baik dalam penyediaan renungan, maupun liturgi, maupun ibadah kelompok kecil yang dilakukan oleh hamba Tuhan. Oleh karena itu, kita tidak dapat mengatakan bahwa kehadiran lembaga berkurang, tetapi justru langsung menyentuh keluarga lepas keluarga.
Walau dampak covid 19 yang mengharuskan ibadah Minggu di dalam kelurga membawa dampak negative, tetapi juga tidak kurang membawa dampak positif. Selain dampak positif, juga mendorong Gereja untuk introfeksi terhadap aktifitasnya selama ini, yaitu keseimbangan lingkup iman dan ibadah, antara ibadah pribadi dan persekutuan, antara ibadah rumah tangga dan gereja, antara melayani dan dilayani, antara didengar dan mendengar, antara diajar dan mengajar. Bahwa semua itu harus jalan beriringan dan imbang.
Idealnya sebagai suatu Gereja local, ibadah Minggu harusnya dilakukan dalam satu kesempatan dan waktu tertentu, tetapi covid 19 membuat kita harus menunda hal itu. Walau demikian kekhidmatan serta kualitas ibadah Minggu di rumah tidak dapat dikatakan kualitasnya berkurang dan seharusnya tidak boleh berkurang.
Dengan ibadah Minggu di rumah karena covid 19, Allah sedang mengajar kita sekalian, bahwa walau lembaga gereja dan ibadah raya sangat penting, tetapi urusan rohani dan urusan iman, bukan sekedar terletak pada lembaga gereja dan ibadah raya gereja, ia harus dinyatakan dalam keluarga, dimana anak-anak belajar dari bapa mereka sebagai anggota gereja yang dewasa, dan juga para Istri yang belajar firman Tuhan dari para suami mereka, sebagaimana nasehat Rasul Paulus agar setiap wanita atau istri yang tidak mengeri Firman yang diberitakan dalam ibadah raya di Gereja untuk bertanya kepada suami mereka di rumah.
Saat ini kita menyaksikan fenomena yang terbalik, dimana para Istri justru bangkit sebagai pengajar suami dan anak-anak mereka. Dengan ibadah Minggu di rumah, Tuhan sedang memanggil para pria dan suami untuk kembali kepada panggilan dan tugas yang diembankan Tuhan kepadanya. Demikian juga dengan lembaga Gereja, tidak boleh berpuas dengan hanya menyediakan ibadah Minggu, tetapi juga memberdayakan Tuhan dimuliakan dalam keluarga. Kiranya Tuhan menguatkan iman kita dalam melewati masa sulit ini, dan membuat setiap kita justru bertambah dewasa.
           


[1] Kemah Suci (bahasa Ibrani: Mishkan, משכן, "Tempat tinggal [Allah]") adalah tempat ibadah sentral yang dapat dipindah-pindahkan untuk bangsa Ibrani sejak masa mereka meninggalkan Mesir setelah peristiwa Exodus (pembebasan dari Mesir), hingga masa para hakim ketika mereka terlibat dalam upaya penaklukan negeri Kanaan, hingga unsur-unsurnya dijadikan bagian dari Bait Allah yang permanen di Yerusalem sekitar abad ke-10 SM. (https://id.wikipedia.org/wiki/Kem)
[2]https://translate.google.com/translate?u=https://en.wikipedia.org/wiki/Bar_and_bat_mitzvah&hl=id&sl=en&tl=id&client=srp&prev=search 

Liturgi Ibadah Minggu

1.   AjakanBeribadah:
“carilah Tuhan selama Ia berkenan ditermui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat” (Yes. 55: 6).

2.   Lagu Pembuka:
Nyanyi dan Bersoraklah
Yesusku Penyelamatku
Tiada Yang S'perti Engkau
Setiap Hari Ku Memuji
Keajaiban Kasihmu
Penghibur, Pelindung
Menara Kekuatan
Biarlah Semua Yang Bernafas
Tak Berhenti Menyembahmu
Reff:
Nyanyi Dan Bersoraklah Bagi Dia
Pujian Hormat Kuasa Bagi Raja
Gunung Tunduk Laut Bergelora
Mendengar Namamu
Ku Bersuka Atas Perbuatanmu
S'lamanya Ku Kasihi Engkau Tuhan
Tiada Janji S'perti Yang Ada Padamu
3.    Votum:
Dalam namaBapa. Anak, dan Roh Kudus, kiranya menyertai ibadah kita saat ini. Amin”

4.   Salam:
“kasih karunia dan damai sejahtera dari Allah, Bapa kita, dan dari Tuhan Yesus Kristus, serta persekutuan Roh Kudus, menyertai kita sekalian”.
5.   Lagu Pengakuan Dosa:


Jiwaku Terbuka Untukmu Tuhan

Jiwaku Terbuka Untukmu Tuhan
S'lidiki Nyatakan S'gala Perkara
Singkapkan Semua Yang Terselubung
Supaya Ku Layak Di Hadapanmu Tuhan

S'lidiki Nyatakan S'gala Perkara
Singkapkan Semua Yang Terselubung
Supaya Ku Layak Di Hadapanmu Tuhan

6.   Doa Pengakuan Dosa :
 “Ya Tuhan! Kami mengaku dengan kerendahan hati,  bahwa kami telah berdosa kepada-Mu, dengan melakukan apa yang Kau anggap jahat! Kami melawan kehendak-Mu dan mengikuti kehendak hati kami sendiri! Oleh karena itu kami memohon kemurahan-Mu, ampunilah kiranya dosa kami dan perbaharuilah kami dengan Roh yang teguh dan taat kepada-Mu. Dalam nama Tuhan Yesus penebus kami, kami berdoa. Amin.

7.   Berita Anugerah:
“sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba (Yes. 1:18).

8.  Nyanyian Kelepasan:

Api kemuliaanNya

Dengarkanlah suara nafiri
Memanggil semua umatNya
Dari sluruh penjuru bumi
Datang untuk menyembah Dia

Dengarkanlah suara nafiri
Memanggil semua umatNya
G’reja Tuhan bersatu kini
Mengangkat tinggi panjiNya

Bersiap maju janganlah lengah
Yesus panglima kita
Gunakan semua senjata Allah
Dalam kuasa Roh Kudus

Api kemuliaanNya tercurah dari surga
Penuhi kami semua bangkitlah GerejaNya
Api kemuliaanNya tercurah dari surga
Britakan pada dunia bahwa Yesuslah Raja
Sgala Raja

9.  Amanat Hidup Baru:

10.            Nyanyian Jemaat:
Janji-Mu S’perti Fajar

Ketika kuhadapi kehidupan ini
Jalan mana yang harus kupilih
Kutahu kutak sanggup,Kutahu kutak mampu
Hanya Kau Tuhan tempat jawabanku

Akupun tahu kutak pernah sendiri
Sebab Engkau Allah yang menggendongku
Tangan mu membelaiku, CintaMu memuaskanku
Kau menggangkatku, Ke tempat yang tinggi

JanjiMu s'perti fajar pagi hari
Yang tiada pernah terlambat bersinar
CintaMu s'perti sungai yang menggalir
Dan ku tahu betapa dalam kasihMu

11. DoaSyafaat:

12.PelayananFirman     :
Ø Nyanyian  Jemaat:  
Bagaikan Bejana

Bagaikan bejna siap dibentuk
Demikian hidupku ditanganMu
Dengan urapan kuasa RohMu
Kudibaharui selalu
Jadikan ku alat dalam rumahMu
Inilah hidupku di tanganMu
Bentuklah sturut kehendakMu
Pakailah sesuai rencanaMu
Reff:
Ku mau spertiMu Yesus
Disempurnakan selalu
Dalam sgenap jalanku
Memuliakan namaMuSentuh Hatiku

Ø DoaFirman              :
Ø PembacaanFirman     :
Ø Homili                      :      

13. Persembahan:(membacakan Maleakhi 3: 10)
Ø Nyanyian Jemaat:  
Kasih-Nya Seperti Sungai
Kasih-Nya seperti sungai, kasih-Nya seperti sungai
Kasih-Nya seperti sungai di hatiku
Mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang
Kasih-Nya seperti sungai di hatiku
Berkat-Nya seperti sungai, berkat-Nya seperti sungai
Berkat-Nya seperti sungai di hatiku
Mengalir di waktu susah, mengalir di waktu senang
Berkat-Nya seperti sungai di hatiku
Ø Doa Persembahan:

14.Pengutusan/ Berkat :
Ø Nyanyian pengutusan:
Gusti Nuntun Lampah Kula.

1Gusti nuntun lampah kula saklangkung nggen kula begja
celak miwah tebih ugi tansah dipun kanthi Gusti
Reff:
nggih Gusti kang nganthi kula astanya pyambak kang ngreksa
mila kula manut Gusti kang dados Panebus yekti.

Dadosa ing wanci siyang, punapa kesaput ratri,
manah peteng miwah padhang, kula tansah dipun kanthi,

Gusti nuntun kula pasrah, klayan nrimah ing satitah,
nadyan ngantos dugeng janji, kula tansah dipun kanthi,

Ø Berkat:
“Tuhan memberkati engkau dan melindungi engkau; Tuhan menyinari engkau dengan wajah-Nya dan memberi engkau kasih karunia; Tuhan menghadapkan wajah-Nya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera”.














LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.   Introitus: (Iringan musik masuk, dan jemaat mengambil saat teduh). 2.   Votum: Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yan...