Sabtu, 22 Agustus 2020

Menilai Zaman



Menillai zaman adalah suatu hikmat yang diajarkan dan diperintahkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan Yesus berkata: “hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kau tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? (Luk. 12: 56).
Tuhan Yesus memakai kata eidw untuk menilai yang berarti melihat, tahu, mengetahui, mengenal, mengerti. Menilai atau memberi nilai, yaitu meneliti baik buruknya sesuatu, kekurangan dan kelebihan, dan akhirnya mengetahui kebenaran hakiki dari suatu zaman. 
Kata zaman yang dipakai oleh Tuhan Yesus adalah kahee-ros yang berarti “waktu, waktu yang tepat”, yaitu bukan musim yang terus berputar atau tindakan berulang-ulang. Zaman yang dimaksud adalah apa yang dipercayai, dipikirkan, dilakukan, dan pada akhirnya apa yang terjadi pada manusia secara umum, karena hal-hal tadi.
Zaman menurut KBBI adalah “jangka waktu yang panjang atau pendek yang menandai sesuatu”. Tentunya bukan sekedar kronologis dan musim yang terus berputar, tetapi lebih kepada apa yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu kepada secara umum kepada manusia dalam massa tertentu.
Pertanyaanya adalah: “Bagaimana menilai jaman?
1.    Belajar dari sejarah!
Alkitab mengatakan: Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada; dan Allah mencari yang sudah lalu (Pkh 3:15). Janganlah mengatakan: "Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang? Karena bukannya berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu (Pkh 7:10).
Bapak Proklamator Indonesia mengatakan: “jas merah” (jangan sekali-kali melupakan sejarah. Robert A. Heinlein mengatakan: Generasi yang mengabaikan sejarah tidak memiliki masa lalu dan tanpa masa depan. Confucius mengatakan: Pelajari masa lampau jika kamu ingin menetapkan masa depan. Seorang sejarawan Inggris mengatakan: “satu hal yang kupelajari dalam sejarah yaitu, manusia tidak pernah belajar dari sejarah”.
Suatu kali S. Tong mengatakan: ‘aku bersyukur pada guru-guruku, diantaranya adalah guru sejarah, sebab dengan belajar sejarah, aku belajar bagaimana hikmat manusia disepanjang sejarah, bagaimana kebenaran saat ini dihakimi oleh kebenaran jaman berikutnya, tetapi Firman Allah tetap kekal.
Hal pentig dalam menilai jaman adalah belajar dari sejarah. Sejarah apakah yang harus kita pelajari? Bukankah sejarah demikian luas? Setiap orang, lembaga, negara, memiliki sejarah. Sejarah apakah yang penting untuk dipelajari? Lingkup paling kecil dalam belajar sejarah adalah; pelajarilah sejarah yang ada hubungannya dengan anda, linggkup kerja anda, dan hidup anda.
Setiap manusia paling minim adalah mengetahui leluhurnya, kelemahan dan kekuatan, kegagahan dan kegagalan leluhurnya. Dengan demikian manusia memiliki identitas. Ambil contoh sederhana, seseorang harus mengetahui penyakit apa yang pernah diidap oleh leluhurnya, dengan demikian ia dapat mengantisipasi cara hidupnya, agar kelemahan secara genetic dalam keluarganya tidak menurun padanya. Seseorang juga harus mengetahui kegagahan leluhurnya, agar ia memiliki kepercayaan diri.
Saat ini, Korea Selatan adalah negara yang mayoritas percaya pada Yesus Kristus, pengutus tenaga misi terbesar di dunia untuk saat ini,  mengapa? Karena mereka melihat dan selalu mengingat bagaimana leluhur mereka yang pertama menerima Yesus sebagai Tuhan memperjuangkan imannya, bahkan mati bagi bagi iman mereka.
Ambil contoh dihari HUT RI ke 75, kita menyaksikan begitu banyak tindakan intoleransi terjadi di Indonesia. Mengapa? Karena banyak angkatan saat ini yang tidak memiliki memori sejarah perjuangan para pendiri dan terbentuknya Indonesia. Setiap warga Indonsia seharusnya bangga dengan keberagaman agama, suku, budaya, yang dipisahkan oleh lautan, tetapi dapat berkomitmen untuk membentuk suatu bangsa. Bangsa-bangsa besar lainnya seperti Amerika, Cina, India, tidak memiliki keberagaman dan tidak mungkin dapat seperti Indonesia. 
Setiap kita, baik sebagai manusia, sebagai orang tua, sebagai orang percaya, berkewajiban untuk belajar dari sejarah, menceritakan sejarah itu kepada angkatan berikut dan membuat riwayat diri yang dapat dibanggakan, paling minim oleh anak-anak kita sendiri dan orang terdekat kita.
Hasil belajar dari sejarah, akan menjadikan kita sebagai orang-orang yang memiliki identitas yang harus disyukuri. Pelajaran sejarah membuat kita bijak untuk tidak melakukan kesalahan yang telah dibuat oleh leluhur dan pendahu kita. Pelajaran sejarah menjadikan kita tepat dalam bersikap atas setiap permasalahan pada hari ini. pelajaran sejarah menjadikan kita optimis merenda hari esok dan mempersiapkan angkatan yang akan datang.

2.    Sikap dunia diukur dengan kebenaran.
Menilai zaman, harus mengetahui bahwa dunia ini dan manusia ada dalam kuasa dosa. Oleh karena itu, pikiran dan perbuatan manusia dalam mengisi waktu tidak lepas dari dosa. Orang yang menilai jaman itupun harus mengetahui bahwa mereka sendiri berdosa.
Jika yang dinilai dan yang menilai sama-sama berdosa, maka ukuran apa yang harus dipakai untuk menilai jaman ini? ukuran menilai jaman adalah “kebenaran”. Apa itu kebenaran? Iman Kristen percaya bahwa Kristus adalah kebenaran (Yoh. 1: 17; Gal. 3: 24;). “Sebab Kristus adalah kegenapan hukum Taurat, sehingga kebenaran diperoleh tiap-tiap orang yang percaya” (Rm 10:4). Firman Allah adalah kebenaran (Yoh.17:17). Oleh karena itu hanya berdasar tuntunan Firman Allah kita dapat menilai jaman ini secara benar.
            Firman menjadi penuntun dan alat uji untuk menemukan kebenaran. “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr 4:12).
            Kecendrungan manusia berdosa adalah bertindak menurut daging, selera jaman, dan pikiran jaman. Ia nampak hidup, walau kenyataan ia adalah ikan mati yang terbawa oleh arus jaman. Tetapi Firman Allah, menolong, menuntun orang-orang percaya dalam menemukan kebenaran. 
            Ketika dunia yang komsumtif semakin bangga dengan utang, sejak dari dulu Alkitab mengatakan hati-hati dengan utang.   “Jangan engkau termasuk orang yang membuat persetujuan, dan yang menjadi penanggung hutang” (Ams 22:26). Apa yang dulu diaggap tabu, sekarang perlahan-lahan dimaklumi, yaitu ketidakjujuran, kesombongan, penindasan, dan lain sebagainya. Hal-hal inilah yang membuat dunia semakin lama, semakin rusak.
Hanya dengan Firman Tuhan, manusia dapat menyingkapi setiap permasalahan hidup disetiap jaman secara benar, meletakkan dasar yang benar bagi kehidupan manusia selanjutnya.
Apa tujuan menilai jaman? Apa yang harus dilakukan dan pengaruh menilai jaman?.  
1.    Memutuskan apa yang benar!
Satu alasan yang diberikan oleh Tuhan Yesus adalah agar engkau dapat memutuskan sendiri apa yang benar. Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? Luk 12:56-57. Memutuskan apa yang benar, itulah tujuan menilai jaman menurut Tuhan Yesus.
Dalam kontek ini, Tuhan Yesus menunjuk pada diri-Nya sebagai kebenaran.  Bahwa, masyarakat dimana Dia berada, paham mengenai astronomi dan membaca musim. Hal itu mereka lakukan, sebab, salah dalam membaca tanda-tanda alam akan berdampak pada keputusan pertanian yang dapat berdampak pada ketersediaan makanan. Orang-orang pada jaman Yesus tahu memutuskan hal-hal yang berdampak pada fisik (makanan), tetapi tidak dapat memutuskan sikap mereka terhadap Yesus, yang dapat menyelamatkan jiwa mereka.
Kebenaran dalam iman Kristen adalah Allah itu sendiri. Firman Allah adalah kebenaran. Segala kebenaran dalam lingkup apapun, baik hukum alam, moral, etika, teknologi, adalah kebenaran Allah. Manusia tidak menciptakan kebenaran, tetapi hanya menemukannya.
Menilai jaman bertujuan agar manusia dapat memutuskan apa yang benar, termaksud dalam teknologi. Ambil contoh: nuklir adalah teknologi tingkat tinggi saat ini, tetapi ketika teknologi tidak lagi dituntun oleh Firman Allah, maka mansia dapat menggunakan nuklir sebagai senjata pemusnah masal.
Memutuskan apa yang benar, pertama-tama adalah sikap terhadap Kristus, yaitu mengakuinya dalam hati, mulut dan tindak, serta menaati Firman-Nya. Jika semua bangsa-bangsa menaati Firman Kristus, seperti “kasihilah sesamamu manusia”, “kashilah musuhmu dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu”, maka bangsa-bangsa tidak akan mengabiskan uang yang begitu besar untuk menciptakan alat perang dan senjata nuklir, manusia akan merubah tombak menjadi bajak untuk mengupayakan kemakmuran dan kemaslahatan manusia. Bangsa-bangsa tidak akan menciptakan perang, tetapi syalom di bumi.
Memutuskan apa yang benar, selain bersikap terhadap Kristus dan Firman-Nya, juga bagaimana bersikap atau melakukan kebenaran dalam hidup. Bagaimana berdagang, bagaimana menggunakan media sosial, bagaimana relasi dalam rumah tangga dan tetangga, bagaimana bersikap terhadap alam.

2.    Antisipatif, kewaspadaan. 
Tuhan Yesus mengatakan: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu memang terjadi” (Luk. 12: 55-56).  
Kita perlu mengetahui, bahwa dunia dimana kita berada bukanlah dunia yang netral, tetapi bahwa si gelap atau kuasa kegelapan berusaha mempegaruhi dan menguasainya.
Sebagaimana jaman yang dimaksud Tuhan Yesus bukan kronos, tetapi Kairos. Oleh karena itu menunjuk kepada pikiran, selera, tindakan manusia secara umum dalam masa tertentu.
Menilai jaman bertujuan agar ada sikap antisipatif atau kewaspadaan dari orang-orang percaya akan kebenaran dimasa yang akan datang. Sebagaimana salah satu fungsi gereja di dunia ini adalah sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran (I Tim. 3: 15).
Antisipasi dan kewaspadaan, tentunya bagaimana orang percaya dapat menahan kerusakkan dunia ini yang diakibatkan oleh dosa yang mempengaruhi pikiran, selera dan akhirnya tindakan manusia.
Antisipasi dan kewaspadaan juga berlaku bagi gereja dan hidup orang beriman secara internal, agar gereja dan orang percaya tidak larut terbawa arus jaman ini, dan tetap hidup didalam kebenaran walau harus menantang arus. 
Demikianlah tugas gereja dan orang percaya, dipanggil bukan sekedar hidup dan mengisi waktu di dunia ini, tetapi juga dipanggil untuk menilai jaman ini, untuk tidak larut didalam arus jaman dengan mengikuti cara berpikir, selera dan sikap, serta tindakan manusia secara umum. Tidak menganggap lumrah ketidakbenaran karena telah dilakukan oleh manusia secara umum. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Dengan Apa Kan Ku Balas   Kau Allah Yang Setia, Bapa Yang Mulia. Ka...