Menillai
zaman adalah suatu hikmat yang diajarkan dan diperintahkan oleh Tuhan Yesus. Tuhan
Yesus berkata: “hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kau tahu
menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah
engkau juga tidak memutuskan sendiri apa yang benar? (Luk. 12: 56).
Tuhan
Yesus memakai kata eidw untuk menilai yang berarti melihat, tahu, mengetahui,
mengenal, mengerti. Menilai atau memberi nilai, yaitu meneliti baik buruknya
sesuatu, kekurangan dan kelebihan, dan akhirnya mengetahui kebenaran hakiki
dari suatu zaman.
Kata
zaman yang dipakai oleh Tuhan Yesus adalah kahee-ros yang berarti
“waktu, waktu yang tepat”, yaitu bukan musim yang terus berputar atau tindakan
berulang-ulang. Zaman yang dimaksud adalah apa yang dipercayai, dipikirkan,
dilakukan, dan pada akhirnya apa yang terjadi pada manusia secara umum, karena
hal-hal tadi.
Zaman
menurut KBBI adalah “jangka waktu yang panjang atau pendek yang menandai
sesuatu”. Tentunya bukan sekedar kronologis dan musim yang terus berputar,
tetapi lebih kepada apa yang melatarbelakangi terjadinya sesuatu kepada secara
umum kepada manusia dalam massa tertentu.
Pertanyaanya adalah: “Bagaimana
menilai jaman?
1.
Belajar dari sejarah!
Alkitab
mengatakan: Yang sekarang ada dulu sudah ada, dan yang akan ada sudah lama ada;
dan Allah mencari yang sudah lalu (Pkh 3:15). Janganlah mengatakan:
"Mengapa zaman dulu lebih baik dari pada zaman sekarang? Karena bukannya
berdasarkan hikmat engkau menanyakan hal itu (Pkh 7:10).
Bapak
Proklamator Indonesia mengatakan: “jas merah” (jangan sekali-kali melupakan
sejarah. Robert A. Heinlein mengatakan: Generasi yang mengabaikan sejarah tidak
memiliki masa lalu dan tanpa masa depan. Confucius mengatakan: Pelajari masa
lampau jika kamu ingin menetapkan masa depan. Seorang sejarawan Inggris
mengatakan: “satu hal yang kupelajari dalam sejarah yaitu, manusia tidak pernah
belajar dari sejarah”.
Suatu
kali S. Tong mengatakan: ‘aku bersyukur pada guru-guruku, diantaranya adalah
guru sejarah, sebab dengan belajar sejarah, aku belajar bagaimana hikmat
manusia disepanjang sejarah, bagaimana kebenaran saat ini dihakimi oleh
kebenaran jaman berikutnya, tetapi Firman Allah tetap kekal.
Hal
pentig dalam menilai jaman adalah belajar dari sejarah. Sejarah apakah yang
harus kita pelajari? Bukankah sejarah demikian luas? Setiap orang, lembaga,
negara, memiliki sejarah. Sejarah apakah yang penting untuk dipelajari? Lingkup
paling kecil dalam belajar sejarah adalah; pelajarilah sejarah yang ada hubungannya
dengan anda, linggkup kerja anda, dan hidup anda.
Setiap
manusia paling minim adalah mengetahui leluhurnya, kelemahan dan kekuatan,
kegagahan dan kegagalan leluhurnya. Dengan demikian manusia memiliki identitas.
Ambil contoh sederhana, seseorang harus mengetahui penyakit apa yang pernah
diidap oleh leluhurnya, dengan demikian ia dapat mengantisipasi cara hidupnya,
agar kelemahan secara genetic dalam keluarganya tidak menurun padanya.
Seseorang juga harus mengetahui kegagahan leluhurnya, agar ia memiliki
kepercayaan diri.
Saat
ini, Korea Selatan adalah negara yang mayoritas percaya pada Yesus Kristus,
pengutus tenaga misi terbesar di dunia untuk saat ini, mengapa? Karena mereka melihat dan selalu
mengingat bagaimana leluhur mereka yang pertama menerima Yesus sebagai Tuhan
memperjuangkan imannya, bahkan mati bagi bagi iman mereka.
Ambil
contoh dihari HUT RI ke 75, kita menyaksikan begitu banyak tindakan intoleransi
terjadi di Indonesia. Mengapa? Karena banyak angkatan saat ini yang tidak
memiliki memori sejarah perjuangan para pendiri dan terbentuknya Indonesia.
Setiap warga Indonsia seharusnya bangga dengan keberagaman agama, suku, budaya,
yang dipisahkan oleh lautan, tetapi dapat berkomitmen untuk membentuk suatu
bangsa. Bangsa-bangsa besar lainnya seperti Amerika, Cina, India, tidak
memiliki keberagaman dan tidak mungkin dapat seperti Indonesia.
Setiap
kita, baik sebagai manusia, sebagai orang tua, sebagai orang percaya,
berkewajiban untuk belajar dari sejarah, menceritakan sejarah itu kepada angkatan
berikut dan membuat riwayat diri yang dapat dibanggakan, paling minim oleh
anak-anak kita sendiri dan orang terdekat kita.
Hasil
belajar dari sejarah, akan menjadikan kita sebagai orang-orang yang memiliki
identitas yang harus disyukuri. Pelajaran sejarah membuat kita bijak untuk
tidak melakukan kesalahan yang telah dibuat oleh leluhur dan pendahu kita.
Pelajaran sejarah menjadikan kita tepat dalam bersikap atas setiap permasalahan
pada hari ini. pelajaran sejarah menjadikan kita optimis merenda hari esok dan
mempersiapkan angkatan yang akan datang.
2.
Sikap dunia diukur dengan kebenaran.
Menilai
zaman, harus mengetahui bahwa dunia ini dan manusia ada dalam kuasa dosa. Oleh
karena itu, pikiran dan perbuatan manusia dalam mengisi waktu tidak lepas dari
dosa. Orang yang menilai jaman itupun harus mengetahui bahwa mereka sendiri
berdosa.

Firman menjadi penuntun dan alat uji
untuk menemukan kebenaran. “Sebab firman Allah hidup dan kuat dan lebih
tajam dari pada pedang bermata dua manapun; ia menusuk amat dalam sampai
memisahkan jiwa dan roh, sendi-sendi dan sumsum; ia sanggup membedakan
pertimbangan dan pikiran hati kita (Ibr 4:12).
Kecendrungan manusia berdosa adalah
bertindak menurut daging, selera jaman, dan pikiran jaman. Ia nampak hidup,
walau kenyataan ia adalah ikan mati yang terbawa oleh arus jaman. Tetapi Firman
Allah, menolong, menuntun orang-orang percaya dalam menemukan kebenaran.
Ketika dunia yang komsumtif semakin
bangga dengan utang, sejak dari dulu Alkitab mengatakan hati-hati dengan utang. “Jangan engkau termasuk orang yang membuat
persetujuan, dan yang menjadi penanggung hutang” (Ams 22:26). Apa yang dulu
diaggap tabu, sekarang perlahan-lahan dimaklumi, yaitu ketidakjujuran,
kesombongan, penindasan, dan lain sebagainya. Hal-hal inilah yang membuat dunia
semakin lama, semakin rusak.
Hanya
dengan Firman Tuhan, manusia dapat menyingkapi setiap permasalahan hidup
disetiap jaman secara benar, meletakkan dasar yang benar bagi kehidupan manusia
selanjutnya.
Apa
tujuan menilai jaman? Apa yang harus dilakukan dan pengaruh menilai
jaman?.
1. Memutuskan
apa yang benar!
Satu alasan yang diberikan oleh
Tuhan Yesus adalah agar engkau dapat memutuskan sendiri apa yang benar. Hai
orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu
tidak dapat menilai zaman ini? Dan mengapakah engkau juga tidak memutuskan
sendiri apa yang benar? Luk 12:56-57. Memutuskan apa yang benar, itulah
tujuan menilai jaman menurut Tuhan Yesus.
Dalam
kontek ini, Tuhan Yesus menunjuk pada diri-Nya sebagai kebenaran. Bahwa, masyarakat dimana Dia berada, paham
mengenai astronomi dan membaca musim. Hal itu mereka lakukan, sebab, salah
dalam membaca tanda-tanda alam akan berdampak pada keputusan pertanian yang
dapat berdampak pada ketersediaan makanan. Orang-orang pada jaman Yesus tahu
memutuskan hal-hal yang berdampak pada fisik (makanan), tetapi tidak dapat
memutuskan sikap mereka terhadap Yesus, yang dapat menyelamatkan jiwa mereka.
Kebenaran dalam iman Kristen
adalah Allah itu sendiri. Firman Allah adalah kebenaran. Segala kebenaran dalam
lingkup apapun, baik hukum alam, moral, etika, teknologi, adalah kebenaran
Allah. Manusia tidak menciptakan kebenaran, tetapi hanya menemukannya.
Menilai jaman bertujuan agar
manusia dapat memutuskan apa yang benar, termaksud dalam teknologi. Ambil
contoh: nuklir adalah teknologi tingkat tinggi saat ini, tetapi ketika
teknologi tidak lagi dituntun oleh Firman Allah, maka mansia dapat menggunakan
nuklir sebagai senjata pemusnah masal.
Memutuskan apa yang benar,
pertama-tama adalah sikap terhadap Kristus, yaitu mengakuinya dalam hati, mulut
dan tindak, serta menaati Firman-Nya. Jika semua bangsa-bangsa menaati Firman
Kristus, seperti “kasihilah sesamamu manusia”, “kashilah musuhmu dan berdoalah
bagi orang yang menganiaya kamu”, maka bangsa-bangsa tidak akan mengabiskan
uang yang begitu besar untuk menciptakan alat perang dan senjata nuklir,
manusia akan merubah tombak menjadi bajak untuk mengupayakan kemakmuran dan
kemaslahatan manusia. Bangsa-bangsa tidak akan menciptakan perang, tetapi
syalom di bumi.
Memutuskan apa yang benar,
selain bersikap terhadap Kristus dan Firman-Nya, juga bagaimana bersikap atau
melakukan kebenaran dalam hidup. Bagaimana berdagang, bagaimana menggunakan
media sosial, bagaimana relasi dalam rumah tangga dan tetangga, bagaimana
bersikap terhadap alam.
2. Antisipatif,
kewaspadaan.
Tuhan
Yesus mengatakan: "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat,
segera kamu berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. Dan
apabila kamu melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas
terik, dan hal itu memang terjadi” (Luk. 12: 55-56).
Kita perlu mengetahui, bahwa
dunia dimana kita berada bukanlah dunia yang netral, tetapi bahwa si gelap atau
kuasa kegelapan berusaha mempegaruhi dan menguasainya.
Sebagaimana jaman yang dimaksud
Tuhan Yesus bukan kronos, tetapi Kairos. Oleh karena itu menunjuk
kepada pikiran, selera, tindakan manusia secara umum dalam masa tertentu.
Menilai jaman bertujuan agar
ada sikap antisipatif atau kewaspadaan dari orang-orang percaya akan kebenaran
dimasa yang akan datang. Sebagaimana salah satu fungsi gereja di dunia ini
adalah sebagai tiang penopang dan dasar kebenaran (I Tim. 3: 15).
Antisipasi dan kewaspadaan,
tentunya bagaimana orang percaya dapat menahan kerusakkan dunia ini yang
diakibatkan oleh dosa yang mempengaruhi pikiran, selera dan akhirnya tindakan
manusia.
Antisipasi dan kewaspadaan juga
berlaku bagi gereja dan hidup orang beriman secara internal, agar gereja dan
orang percaya tidak larut terbawa arus jaman ini, dan tetap hidup didalam
kebenaran walau harus menantang arus.
Demikianlah
tugas gereja dan orang percaya, dipanggil bukan sekedar hidup dan mengisi waktu
di dunia ini, tetapi juga dipanggil untuk menilai jaman ini, untuk tidak larut
didalam arus jaman dengan mengikuti cara berpikir, selera dan sikap, serta
tindakan manusia secara umum. Tidak menganggap lumrah ketidakbenaran karena
telah dilakukan oleh manusia secara umum.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: