Sabtu, 15 Agustus 2020

Damai ditengah Badai (Mat. 8:23-27; Mrk.4:35-41; Luk. 8: 22-25).


Keluarga bambu kuning, itulah sebutan keluarga kami, sebab didepan rumah kami terdapat bambu kuning yang ditanam papa. Bambu kuning kami sering dibeli oleh para nelayan Bugis dan Bajo. Bagi orang Bajo dan Bugis, laut bukan hanya kumpulan air, laut dipercaya oleh orang Bajo (suku laut nomaden) dan orang Bugis (suku pelayar yang terkenal dengan kapal pinisinya), bukan sekedar kumpulan air, dan badai bagi orang Bajo dan Bugis bukan sekedar urusan cuaca, tetapi kuasa gelap di laut. Itulah sebabnya mengapa bambu kuning kami sering dibeli mereka, sebab ada bagian perahu yang harus memakai bambu kuning yang dipercayai sebagai penangkal badai. Demikian pula bagi orang Yahudi pada jaman Yesus, laut atau kumpulan air yang besar adalah sumber kejahatan, kekacauan, dan segala keburukan. Di dalam kitab Wahyu, monster yang menyebabkan banyak masalah bagi dunia itu keluar dari laut. Itulah sebabnya, bangsa Yahudi bukan bangsa pelaut seperti nenek moyang orang Indonesia.

Suatu saat di Danau Galiela, ada sebuah perahu sedang berlayar. Ketika malam telah tiba, sekonyong-konyong ada angin badai menghantam perahu tersebut. Dengan susah payah para awak dalam perahu berupaya mengendalikan perahu tersebut agar tidak tenggelam, ya beberapa orang awak perahu tersebut adalah pelaut handal, sebab sejak dari muda mereka adalah nelayan yang telah terbiasa dengan ombak.

Ketika perahu itu sedang terombang ambing oleh badai, ada seorang pria di buritan sedang tertidur lelap, entah karena apa ia sangat terlelap, mungkin karena kelelahan. Para awak tidak mempedulikan sang pria yang sedang tidur di buritan itu, sebab mereka mengenal Dia sebagai anak tukang kayu dan memang pekerjaan-Nya adalah tukang kayu. Itulah alasan mengapa Ia tidak dibangunkan, sebab pikir para awak itu, toh Dia adalah tukang kayu, bisa apa Dia dengan perahu yang sedang terserang badai.  

Tiba pada akhirnya, para awak tidak mampu lagi membendung amukan badai dan perahu itu hampir tenggelam, mereka membangunkan pria tersebut. Mereka membangunkan-Nya bukan untuk membantu menyelesaikan permasalahan yang mereka hadapi saat itu, tetapi agar siap-siap sebab perahu sedang akan tenggelam. Mereka membangunkan-Nya dengan hati bersungut-sungut, bagaimana mungkin orang tersebut dapat tetap lelap ditengah badai?   

Menurut Matius, para murid membangunkan dan berkata kepada-Nya: “Tuhan, tolonglah, kita binasa”. Menurut Lukas, para murid berkata: “guru, guru, kita binasa!. Markus memberi data yang lebih menarik, para murid justru terkesan bersungut-sungut dan sedikit marah kepada-Nya: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?  Tuhan Yesus bangun dan menghardik air dan angin itu, “diam tenanglah’. Tuhan Yesus menegur para murid: mengapa kamu begitu takut, mengapa kamu tidak percaya?  

Hal penting apakah yang dapat kita renungkan dalam peristiwa Yesus tertidur di buritan perahu dalam badai? Apa pengaruh cerita ini bagi iman kita? 

1.    Ternyata badai tetap menerpa.  

Ada satu nyanyian SM dalam bahasa Inggris yang mengatakan: jika Yesus dalam bahtera, kita dapat tersenyum dalam badai, kita berlayar pulang.

With Christ in the vessel

we can smile at the storm

As we go sailing home

      Lagu ini sudah menjadi kesimpulan teologi, tetapi tidak menceritakan kenyataan kisah sebanrnya, bahwa para murid kali itu, tidak ada yang tersenyum, mereka semua ketakutan.

Banyak iman gugur, dan banyak orang Kristen yang kecewa ketika mengikut Yesus. Hal ini disebabkan oleh pemberitaan yang salah dari banyak pemberita Injil. Banyak iman gugur karena tidak didirikan pada janji Allah yang benar. Tuhan Yesus tidak pernah janji tidak ada badai, Tuhan Yesus tidak pernah janji tidak ada ombak masalah menerpa. Tuhan Yesus berjanji bahwa Ia akan tetap berada dalam bahtera dimana orang percaya berada.

Kita tidak membahas mengapa Tuhan kadang mengijinkan badai menerpa bahtera dimana orang beriman berada. Para murid membangunkan Yesus dengan suatu pernyataan yang kurang pantas kepada Tuhan. Mereka bersungut-sungut kepada Tuhan: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa”? (Markus 4:35-41). Demikian sungut-sungut dan tuduhan yang tidak pantas kepada Tuhan, sungut-sungut dan tuduhan inipun, sering dilontarkan oleh banyak orang Kristen, Tuhan tidak peduli padaku!

Kejadian badai di Danau Galilea mengajarkan secara tegas kepada semua orang percaya, bahwa tidak ada janji dan jaminan ketika Tuhan Yesus berada dalam bahtera, badai tidak akan menerpa. Selama perahu berada di laut dan selama bahtera tetap berlayar, maka sepanjang itu, badai mungkin akan datang menerpa. Bukan badai yang menjadi masalah utama dalam cerita ini, tetapi siapa yang berada dalam perahu itu. Tidak peduli seberapa besar badai menerpa, tetapi siapa yang berada dalam perahu.

 

2.      Para murid yang merasa ulung

Dulu penulis mengira bahwa seiring berjalannya waktu dalam pelayanan, maka semua akan menjadi mudah. Ternyata hal itu tidaklah benar. Penulis masih selalu gugup saat berkhotbah seperti pertama kali berkhotbah. Demikian juga dengan menulis, dulu kadang tidak sempat tidur karena mempersiapkan khotbah, dan sekarang hal itupun masih tetap sama.

Sampai saat ini, penulis masih sangat membutuhkan pertolongan Tuhan dalam melakukan semua pelayanan ini, tanpa Tuhan yang menuntun hari demi hari, semua tidak akan berjalan baik.

Banyak orang tidak mengalami kemajuan lagi dalam hidup mereka, dalam karir, dalam hal rohani, dalam hal berumah tangga, dalam pelayanan. Bahkan mengalami kemunduran karena telah merasa bisa, merasa hebat dan merasa mampu. Perasaan itu timbul karena mereka merasa bahwa aku telah lama melakukan pekerjaan ini.

Robert Theosakhi menjawab pertanyaan mengapa sebagian besar sarjana lulus dengan nilai A, justru akhirnya menjadi pekerja pada sarjana dengan nilai C? menurutnya bahwa ada kecendrungan kesalahan yang dibuat oleh orang-orang pandai, salah satunya adalah ‘merasa pandai, merasa bisa, merasa ulung’. Apa akibatnya ketika seseorang sudah merasa mampu? Yaitu mereka akan merasa cukup dengan diri sendiri, tidak membutuhkan orang lain dan tidak mau belajar lagi. Akibatnya kreatifitasnya terhenti dan ia tidak maju lagi.

Tak ada beda orang yang gagal dalam rumah tangga pada tahun pertama pernikahan, dan orang yang gagal pada tahun ke dua puluh, kedua-duanya gagal.  Mari ingat kembali ketika saudara pertama kali kita masuk kerja. Bukankah saudara meminta dukungan doa para hamba Tuhan dan sahabat, dan juga berdoa agar dimampukan untuk bertahan dan mampu mengerjakan pekerjaan dengan baik, serta berprestasi didalam kerja. Ingat apa yang  anda lakukan ketika hari pertama masuk kerja? ketika hari pertama duduk dibelakang meja kerja anda! Apakah semangat, dan kedekatan dengan Tuhan masih sama, ketika dulu pertama kali anda kerja?

Ingat sikap anda dan manisnya kebahagiaan anda pada hari pertama pernikahan anda! Apakah kebahagiaan diwaktu bulan madu pernikahan anda masih sama seperti hari ini? kata orang Jawa Tresna jalaran saka kulina, seharusnya kebahagiaan hari ini, semangat hari ini, lebih dari pada hari pertama. Bukankah Tuhan telah memberkati lebih dari hari pertama? Dulu ketika masih ngekos bisa bahagia, tetapi ketika Tuhan sudah memberkati dengan rumah, kog malah sering ribut?

Para murid merasa ulung, karena mereka adalah nelayan, oleh karena itu, mereka merasa tidak membutuhkan Tuhan Yesus, dan membiarkan-Nya tidur, toh Dia hanya tukang kayu dari anak tukang kayu.

Jangan pernah perasaan berpengalaman, sudah biasa, terlatih dan ulung,  menurunkan dan mematikan rasa ketergantungan kita pada Allah, ketika perasan itu hadir, saat itulah kita akan hancur, karena kita tidak tahu berapa besar badai yang akan menerpa kita.

Mungkin kita tidak seekstrim itu menganggap Tuhan tidak mampu, tetapi bukankah kita sering menganggap bahwa berdoa kurang tepat untuk suatu situasi tertentu, saat ini yang dibutuhkan adalah uang bukan doa. Saat ini yang paling tepat adalah dokter bukan doa. Kita butuh Tuhan, baik dihari pertama, maupun disepanjang hidup.

 

3.    Damai ditengah badai.

Ketika Minggu lalu panas tubuh penulis mencapai 37’, penulis susah tidur, karena kuatir apakah terkena covid 19. Kadang masalah-masalah sepele saja membuat kita susah tidur!

Beberapa tahun terakhir ini, dunia digegerkan dengan aktivitas penjualan organ tubuh di Cina, dimana organ-organ tubuh itu, diambil secara paksa dari para pengikut Falun Gong, yaitu kelompok spiritual berbasis meditasi yang dilarang di Cina 20 tahun lalu, setelah 10.000 anggotanya muncul melakukan protes di Beijing. Dunia menuduh bahwa kekejian itu di ketahui dan bahkan menjadi ladang binsni para pejabat PKT (Partai Komunis Tiongkok).

Tribunal China mengatakan temuan ini menunjukkan adanya indikasi pengambilan organ tubuh secara paksa. Pembela hak asasi manusia, David Kilgour yang memberikan kesaksian di tribunal mengatakan kepada program The World ABC bahwa praktik tersebut semakin buruk. "Saya menjadi penuntut selama 10 tahun. Bukti yang didapatkan luar biasa," katanya."Kejahatan ini tidak hanya berlanjut, kami mendokumentasikan bahwa kenyataannya semakin buruk. Pengambilan organ dari Falun Gong semakin besar, bukan lebih kecil."[1] Perlu ditambahkan beberapa tahun lalu, terjadi perdagangan manusia yang terdiri dari gadis-gadis remaja, dimana penjualannya melalui Amazon, dan pembeli sebagian besar berasal dari Cina.

PKT selalu melakukan penelitian yang tidak manusiawi. Salah satu penelitian yang pernah dilakukan oleh PKT adalah membuat beberapa tahanan tidak tidur selama seminggu. Apa yang terjadi? orang-orang tersebut didapati menjadi gila dan memutilasi diri mereka sendiri.  

Salah satu metode penyiksaan PKT terhadap orang-orang Kristen dimasa lalu, yaitu memotong bulu mata mereka, sehingga bulu mata itu (bagi mata sipit) akan menusuk bagian dalam mata, yang mengakibatkan susah tidur.

Tidur adalah salah satu berkat besar dari Tuhan. Ada 24 jam dalam sehari, perburuan Internasional mengambil 8 jam untuk bekerja, pihak kesehatan menganjurkan 8 jam untuk tidur, 8 jam selebihnya dapat dipakai secara bebas. Waktu kerja, sama dengan waktu tidur. Orang-orang hebat didunia ini adalah orang yang kualitas tidurnya bagus. Pemazmur mengatakan, “Dengan tenteram aku mau membaringkan diri, lalu segera tidur, sebab hanya Engkaulah, ya TUHAN, yang membiarkan aku diam dengan aman” (Mzm 4:8).

Ada berbagai tema lukisan yang terkenal didunia ini, diantaraya adalah ‘sleeping beauty’. Kalau ada lukisan “sleep in peace” maka lukisan Yesus yang tertidur di buritan adalah pemenangnya. Bagaimana mungkin seseorang dapat tidur ditengah badai? Para pelukis dunia berusaha melukiskan Yesus yang tertidur di buritan perahu di tengah badai, diantaranya adalah, karya Jules Joseph Meynier (1826-1903), seorang pelukis Perancis. Di dalam imajinasi Meynier, air danau seolah-olah sungkan menelan perahu tersebut hanya karena ada Yesus di atasnya. Tangan-tangan ombak terpecah. Di satu sisi, mereka ingin menarik turun perahu, di sisi Yesus tertidur, air menolak dengan cara meninggikan-Nya.

Mengapa Yesus bisa tertidur di tengah badai? Alkitab tidak menjelaskan secara eksplisit, tetapi secara implisit kita dapat menarik dua alasan yaitu, karena kelelahan, dan kedua, karena ada damai yang begitu kuat dalam diri Yesus. Damai hanya akan hadir dalam hati orang yang tidak takut karena percaya penuh kepada Allah.  

Saudara sekalian mungkin keberatan dengan pernyataan diatas, bagaimana seseorang tidak takut dan panik dengan badai? Bagaimana mungkin ada damai ditengah badai?  Dari cerita ini, kita dapat menyimpulkan, bahwa bahtera dimana Tuhan Yesus ada, walau tidak bebas dari badai, tetapi badai tidak dapat menenggelamkannya.  

Keluarga sering kali diilustrasikan bagai sebuah bahtera yang sedang berlayar (bahtera rumah tangga). Gereja juga sering diandaikan sebagai sebuah perahu yang sedang berlayar, bahkan PGI memakai lambang perahu. Negara juga sering diandaikan sebagai sebuah kapal yang sedang berlayar. Peristiwa Yesus tertidur di burtitan bahtera, memberi pengharapan bahwa bahtera rumah tangga, bahtera Gereja, dimana Tuhan Yesus ada didalamnya, tidak akan tenggelam, ia akan berlayar ditengah badai dan akan sampai kepada Pelabuhan tujuan.

Kiranya badai apapun, badai covid 19, termaksud dampa-dampaknya, tidak akan menenggelamkan kita. Percayalah! Jika Yesus berada dalam bahtera rumah tangga, maka bahtera rumah tangga itu tidak akan pernah tenggelam, ia akan terus berlayar sampai pada Pelabuhan tujuan.

 

 


[1] https://www.tempo.co/abc/4294/china-dituduh-mengambil-organ-tubuh-tahanan-pengikut-falun-gong

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

  1.    Nyanyian Pembuka: Aku Hendak Bersyukur Pada Tuhan   Aku hendak bersyukur pada Tuhan Kar'na keadilanNya Dan bermazm...