Sabtu, 10 Juli 2021

Jangan Takut…!

 


Nas:

I Yoh. 4: 17-19

Suatu saat saya membawa ponakan yang berusia 5 tahun ke pelabuhan nelayan (sebab rumah kami dekat pesisir) lalu menceburkannya ke laut, ketika ia berada dalam air, ia sangat panik, tentu air laut telah terminum dan juga masuk ke hidung, sebab anak itu belum tau berenang.

Setelah merasa cukup maka saya menolong dia (anak yang masih kecil itu) dan memberi tahu dia, demikian bahayanya jika pergi ke laut bersama teman-teman yang lebih besar, sementara ia belum tahu berenang dan tanpa pengawasan orang dewasa. Semua ini saya lakukan sebab satu hari sebelumnya, ponakan saya itu mengikuti teman-temannya yang lebih besar yang sudah tahu berenang untuk bermain ke laut.

Apa yang saya lakukan mungkin menurut anda sangat kejam, tetapi semua itu karena ketakutan saya terhadap nyawa ponakan, sebab ia tidak takut bahaya karena tidak mengetahui bahaya yang dihadapinya, tetapi setelah itu setiap sore saya membawanya ke laut dan mengajar dia berenang.

Dari ilustrasi diatas memberi gambaran kepada kita apa itu “takut & tidak takut”. Ponakan saya ke laut karena ia tidak takut, sebab ia tidak tahu bahaya yang sedang mengintainya. Saya sebagai orang tua tentu takut dengan apa yang dilakukan oleh ponakan, sebab tahu bahaya yang mengancam. Tidak takut karena tidak mengetahui bahaya yang mengintai adalah kebodohan. Takut karena tahu bahaya yang mengintai adalah tidak beriman. Pada akhirnya saya mengajar ponakan itu berenang dan menyelamatkan diri di air, agar ia tidak takut lagi main di air dan tidak membuat saya dan orang tuanya tak takut ketika mereka ke laut. 

Saat ini Indonesia yaitu wilayah Jawa-Bali dan khusunya Surabaya sedang berada di fase kedua penyebaran Covid-19. Tahun lalu memerlukan waktu sekitar setahun untuk mencapai jumlah satu juta jiwa terinfeksi dengan tingkat kesembuhan yang cukup baik walau masih terhitung tinggi di dunia. Tetapi difase kedua ini, tingkat penyebaran perhari, khususnya pada tgl 03 Juli 2021 adalah 27.913 kakus se Indonesia. Dan tgl. 06 Juli 2021 kasus perhari adalah 29.749. Tingkat hunian rumah sakit Jawa-Bali adalah 98%. Di Surabaya pada Sabtu. 09 Juli 2021 terdapat 29 kematian penderita Covid-19 yang isolasi mandiri di rumah (itu yang terdata, pasti lebih banyak lagi yang tidak terdata). Situasi ini sungguh mencekam.  

Di Simo Sidomulyo sejak PPKM Darurat, hampir setiap hari terjadi kematian di tiap gang. Kita mungkin telah terbisa dengan situasi ini, sehingga lalai dalam berjaga-jaga, mungkin juga ada yang ketakutan, takut tertular, takut akan dampak-dampak dari PPKM Darurat ini khususnya permasalahan ekonomi.

Apa pesan Firman Tuhan bagi kita dalam menghadapi situasi ini?

1.    Jangan Takut!  


Jangan takut adalah kata sapaan sorga kepada orang beriman dan selalu mengandung janji dari Allah. Kata jangan takut selain memberi janji juga memberikan pengharapan kepada orang-orang pilihan Allah dan Israel. Terlebih dari semua, kata jangan takut menandai kehadiran dan penyertaan Allah atas kehidupan orang-orang percaya.

          Ketika pesan ini sampai kepada saudara dan saudara membacanya, maka Firman Tuhan mengatakan kepadamu: “jangan takut!”.  Mengapa sapaan sorga sering diawali dengan kata “jangan takut”? 

Takut merenggut sukacita dalam hati, sementara kita tahu bahwa “hati yang gembira adalah obat”. Begitu banyak orang mati akibat Covid 19 yang disertai komorbit, tetapi tidak kurang diantaranya adalah “ketakutan” yang mempengaruhi imun dan merenggut semangat. Itulah sebabnya Rasul Paulus menyerukan:

Janganlah hendaknya kamu kuatir tentang apapun juga, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginanmu kepada Allah dalam doa dan permohonan dengan ucapan syukur. Damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Filipi 4:6-7).

Imun didapatkan dari makan yang bergizi dan istrahat, imun juga disebabkan oleh iman dan “hati yang gembira”. Hati yang gembira hanya terbit dari hati yang beriman, yang memasrahkan kekuatiran, kesedihan dan ketakutan kepada Allah. 

Tidak dapat dipungkiri bahwa situasi saat ini adalah situasi yang cukup mencekam, atau dalam bahasa Alkitab disebut “masa kesesakkan”, sehingga cukup wajar jika seseorang mesara takut, baik takut sakit, maupun dampak dari pandemic ini, tetapi Firman Tuhan dengan tegas mengatakan kepada kita “jangan takut”.

Takut adalah sikap hati terhadap situasi dan keadaan nyata yang mengancam, itulah sebabnya Firman Tuhan selalu menghubungkan “takut dengan hati”: Jangan takut dan jangan patah hati (Ul. 1: 21; 31: 8 Yos. 8: 1; 10:25). Jangan takut, teguhkanlah hatimu...sebab Tuhan Allahmu berjalan menyertai engkau (Ul. 31: 6). Jangan takut dan tawar hati (I Taw 28: 20, Yes. 7: 4).

          Penulis Amsal memberi kita salah satu alasan mengapa Firman Tuhan melarang kita tidak boleh takut dan tawar hati dimasa sulit dan masa kesesakkan ini: “jika engkau tawar hati pada masa kesesakkan, kecillah kekuatanmu” (Ams. 24: 10). Kita butuh kekuatan lebih dimasa ini, kita butuh kehati-hatian ekstra dimasa ini, kita juga butuh usaha lebih cerdas dalam mencari rejeki dimasa ini.

          Tidak takut bukan berarti kita tidak berhati-hati, bukan berarti kita tidak harus patuh pada prokes yang ditetapkan pemerintah bagi kita, termaksud dalam hal ibadah raya di Gedung gereja. Seperti ilustrasi pada bagian awal, jangan pernah melompat ke laut, jika engkau tidak tahu kedalamannya, apa lagi jika engkau tidak tahu berenang, itu adalah kebodohan. Jangan pula tidak mau belajar berenang karena takut tenggelam, itu adalah tawar hati. Jangan pula menantang badai karena merasa telah sedikit belajar berenang, itu adalah mencobai diri sendiri. Jangan Takut!

 

2.   Bersukacitalah dalam segala hal:


Firman Tuhan mengatakan: “hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang patah mengeringkan tulang” (Ams. 17: 22). Bahkan obat yang diberikan oleh dokter hebat, tidak akan manjur jika hati tidak gembira, apa lagi covid 19 yang belum memiliki obat. Covid dapat diatasi oleh anti bodi kita sendiri yang dirangsang atau dibangkitkan oleh vaksin, tetapi ketika kita tidak sucakita, takut, cemas, juastru melemahkan anti bodi.

      Rasul Paulus menyerukan kepada jemaat Filipi: bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan. Sekali lagi kukatakan bersukacitalah! (4:4). Sukacita dalam Tuhan melenyapkan ketakutan.

Saudara mungkin akan mengatakan, bagaimana mungkin dapat bersukacita jika sakit, penghasilan berkurang sementara kebutuhan terus bertambah. Bagaiman bersukacita jika tidak ada sumber pendapatan tetap? Saat ini marilah kita berpikir logis, apakah dengan stress, cemas, kuatir dapat menyelesaikan permasalahan yang kita hadapi? Tuhan Yesus menegur kita sekalian dengan mengatakan: “siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya? (Mat.6:27).

Ketika awal pandemic ini, sayalah yang pertama sakit, entah itu sakit covid atau bukan, tetapi panas 38* selama tiga hari, kepala serta wajah bengkak. Walau telah minum obat, panas tidak kunjung turun, karena saya takut, stress, kuatir, dan akhirnya saya minta ampun pada Tuhan dan mengatakan: Tuhan aku tidak boleh begini, aku harus tidur dan hanya dalam Tuhan aku dapat tidur tenang. Disaat itulah aku dapat tenang dan dapat tidur, dan esok hari panas mulai turun.

Saudara! Meskipun situasi berat sekalipun dan kita tidak dapat menghindar dari keadaan itu, bahkan ketika kita harus menghadapi kematian sekalipun, tetapi bukan berarti tidak ada pilihan. Saya belajar banyak dari mama saya, ketika ia tahu bahwa ia kangker dan ia tahu bahwa kemungkinan besar ia akan mati dengan penyakitnya itu, ia tetap memilih pilihan yang tepat, ketika ia mengatakan kepada saya: “nak! Bawa saya pulang, saya punya rumah dan keluarga yang mengasihi saya, kalaupun saya mati, biarlah saya mati di rumahku sendiri dan ditengah-tangah keluarga”.

Selalu ada pilihan dimasa sulit sekalipun. Oleh karena itu pilihlah “bersukacita didalam Tuhan”, karena ketakutan, kekuatiran, kesedihan, kecemasan tidak merubah apa-apa! “Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa (Rom. 12:12).

Kiranya Allah Bapa kita, melindungi kita dari wabah dan mara bahaya dimasa sulit ini, dan memberkati apapun yang kita kerjakan dan upayakan, sehingga tubuh, jiwa dan roh kita terpelihara, baik secara pribadi, keluarga dan sebagai jemaat. Tuhan Yesus memberkati kiat sekalian.  

 


 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Dengan Apa Kan Ku Balas   Kau Allah Yang Setia, Bapa Yang Mulia. Ka...