Sabtu, 17 Juli 2021

Tenang Ditengah Badai

 

Apa itu “tenang”? tenang yaitu: Tidak gelisah: tidak rusuh; tidak kacau; tidak ribut; aman dan tenteram (tentang perasaan hati, keadaan). Tenang adalah bagian dari damai. Damai itu lebih besar dari tenang!, tetapi damai itu salah satunya ditentukan dengan “sikap tenang”. Damai adalah hasil, sementara tenang itu adalah upaya! Damai tidak akan terwujud jika kita tidak tenang! Tenang itu adalah cara merespon situasi dan kondisi yang sedang dihadapi kini dan disini (present), sementara damai itu adalah hasil utuh dari respon itu, bisa diperoleh kini dan juga nanti! Damai adalah apa yang engkau rasakan, tetapi tenang adalah apa yang engkau lakukan terhadap situasi yang engkau hadapi.

Tenang adalah suatu jalan untuk memperoleh damai sejahtera, menjaga kesehatan, seperti kata Amsal: “Hati yang tenang menyegarkan tubuh, tetapi iri hati membusukkan tulang” (Ams 14:30).  Tenang juga adalah jalan menjaga situasi rohani kita: “Kesudahan segala sesuatu sudah dekat. Karena itu kuasailah dirimu dan jadilah tenang, supaya kamu dapat berdoa”. (1Ptr 4:7).

Kita membutuhkan kekuatan untuk menjalani hari-hari saat ini, dan untuk memperoleh kekuatan itu, kita diharuskan kita untuk tenang. Bagaimana cara agar kita dapat tenang?

1.    Kebenaran.  



Kata orang, satu kebohongan kecil akan menciptakan kebohongan demi kebohongan lainnya atau kebohongan yang lebih besar untuk menutupi kebohongan yang pertama. Intinya adalah seseorang yang berbohong adalah orang yang menutupi kebenaran dan itu membuat pelaku kebohongan tidak akan tenang. Nabi Yesaya mengatakan: “Di mana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketenteraman untuk selama-lamanya. Yes 32:17

Setiap manusia membutuhkan kepastian dan kepastian hanya ada dalam kebenaran. Ketidakpastian membuat manusia tidak tenang. Salah satu hal yang membutuhkan kepastian adalah keselamatan, inilah kebenaran yang diberitakan dalam iman Kristen.

Bersyukur kepada Allah karena kita telah mendapat kepastian keselamatan didalam Yesus Kristus, oleh karena itu seharusnya tidak ada lagi ketidaktenangan dalam jiwa orang percaya, seperti kata pemazmur:….Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku. Mzm 62:1).

Kita mengucap syukur karena telah memiliki kebenaran. Apa itu kebenaran? Firman-Mu adalah kebenaran kata (Yoh. 17:17). Tuhan Yesus sendiri mengatakan: “Akulah jalan dan kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun datang kepada Bapa, kalau tidak melalui Aku! (Yoh. 14:6). Kita bukan saja telah memiliki Kristus, tetapi juga telah memiliki kepastian keselamatan yang dianugerahkan-Nya. ini adalah dasar utama bagi kita untuk tenang dalam situasi apapun.

 

2.   Dekat Pada Allah.


Perasaan tidak tenang lebih sering disebabkan oleh permasalahan nyata yang sedang dihadapi, tetapi juga kadang oleh pikiran dan rasa kuatir akan sesuatu yang belum nyata. Dalam menghadapi permasalahan itulah yang menyebabkan rasa kuatir, panik, emosional, dan lain sebagainya.  

Tidak tenang ketika menghadapi masalah dialami oleh semua kalangan usia, termaksud orang dewasa. Mari kita ingat ketika kecil dulu, tidak peduli apapun yang kita hadapi, ketika kita dekat dengan bapa kita, maka kita pasti tenang! Inilah salah satu alasan mengapa Tuhan Yesus menyebut orang yang terbesar dalam kerajaan sorga adalah orang yang seperti anak kecil, yaitu seseorang yang bergantung penuh dan mengandalkan Bapanya.

Setiap manusia dan setiap kita memiliki ketakutan sendiri-sendiri, ada yang takut miskin, takut sakit, takut kesepian, takut tua, takut kehilangan pamor atau pengaruh, takut kehilangan orang terdekat. Salah satu obat dari semua itu adalah “pengetahuan kepada siapa kita dekat”.

Beberapa saat yang lalu seorang anak remaja dengan tanpa takut melawan petugas PPKM, yang terdiri dari tentara, polisi dan Satpol PP. Mengapa ia berani dan begitu tenang? Karena ia merasa dekat dengan seorang jendral yang katanya adalah pamannya. Saudara dan saya juga dapat seperti remaja ini, tentu saja bukan meniru kekurangajarannya, atau arogansinya, tetapi perasaan kedekatan kita kepada Allah dan sungguh-sungguh mengandalkan Allah ketika menghadapi masalah hidup. Pemazmur menggatakan: Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku. (Mzm 62:5).

 

3.    Percaya Bahwa Yesus berkuasa atas badai.

Tetapi segera Yesus berkata kepada mereka: "Tenanglah! Aku ini, jangan takut! " Mat 14:27.

Danau Galilea menyimpan banyak kisah kebersamaan Tuhan Yesus dan para murid, dimana tercatat dua kali para murid mengalami angin ribut dan badai. Pertama adalah Yesus berada bersama mereka dan tertidur di buritan perahu (Mat. 8: 23-27). Dan yang kedua Tuhan Yesus tidak bersama-sama dengan mereka, lalu pada subuh hari Tuhan Yesus datang menghampiri mereka dengan berjalan diatas air (Mrk. 6:45-52).

          Kehadiran Tuhan seharusnya selalu membawa berkat dan damai sejahtera, tetapi dari cerita di danau Gagilea, kita menyaksikan bahwa kepanikkan dan ketidaktenangan menjadikan para murid melupakan Tuhan yang bersama mereka, atau ketika Tuhan datang menemui mereka dengan mujizat berjalan di atas air, para murid salah mengenal Tuhan yang hadir untuk menolong mereka.

Pemazmur mengatakan hanya pada Allah saja kiranya aku tenang. (Mzm 62:5), tetapi para murid yang sedang diserang angin badai, lupa bahwa Tuhan sedang bersama dengan mereka. Tuhan mereka biarkan tidur di buritan. Bahkan ketika mereka membangunkan Dia, kata-kata yang mereka pergunkan menunjukkan ketidakpercayaan mereka, dan bahwa mereka telah menyerah dengan badai. Matius menulis: “Tuhan, tolonglah, kita binasa (Mat.8:25). Markus lebih lagi, bahwa mereka menuduh Tuhan tidak peduli: “Guru, Engkau tidak peduli kalau kita binasa?”.


Ada beberapa hal yang mendasari sikap dan perkataan para murid akan kehadiran Yesus ditengah badai: Pertama, mereka kurang percaya. Kedua, mereka mengangap bahwa badai itu lebih besar dari kuasa Yesus. Ketiga mereka tidak tenang dan sibuk dengan badai dan melupakan Tuhan.

Kita kemungkinan besar tidak akan mengalami ombak badai seperti para murid, dan tentu kita berharap tidak pernah terserang badai, tetapi jika sautu saat jika badai itupun datang, maka kita harus tahu bahwa “kuasa Yesus lebih besar dari semua badai hidup”, termaksud badai pandemic yang menyerang kita saat ini. Jika dulu Ia pernah menghardik danau dan gelombang badai, saat inipun kuasa itu tetap sama. Ia juga dapat berkata kepada badai pandemic ini: “diam! Tenanglah” (Mrk. 4: 39).

Kiranya ditengah badai pandemic covid-19 ini dan kesulitan yang ditimbulkannya, kita tetap tenang oleh kuat kuasa-Nya dan memperoleh damai sejahtera, kesehatan, dan tetap dapat berpikir baik untuk melakukan pekerjaan kita masing-masing. Tuhan Yesus memberkatimu sekalian.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

  1.    Nyanyian Pembuka: Aku Hendak Bersyukur Pada Tuhan   Aku hendak bersyukur pada Tuhan Kar'na keadilanNya Dan bermazm...