Sabtu, 20 Juni 2020

Bapa Orang Beriman. (Kej. 15: 1-21)





Alkitab adalah kitab yang menuliskan mengenai kebenaran Allah dan hubungan-Nya dengan orang beriman dalam kehidupan nyata mereka. kehidupan beriman para tokoh Alkitab adalah kehidupan yang dinamis. Pada kesempatan kali ini, kita akan melihat sepintas beberapa tokoh iman dalam Alkitab dalam hubungannya dengan Israel dan Yesus. Ada tiga orang pahlawan iman dalam Alkitab, Yaitu:

1.      Abraham

2.      Musa

3.      Daud.

Siapakah yang seperti Musa? ia melakukan pembebasan Israel dari Mesir, lewat Musa, Allah menurunkan sepuluh tulah kepada Mesir yang tidak pernah ada lagi dalam sejarah. Musa memimpin bangsa Israel dari kawanan budak menjadi suatu pasukan kuat yang menaklukkan bangsa-bangsa Kanaan yang terlatih berperang dan memiliki badan yang lebih besar, serta persenjataan yang lebih unggul dan kota-kota berkubu. Musa melakukan banyak mukjizat, dan yang terbesar adalah membelah laut. Musa juga menerima Taurat Tuhan secara langsung di Sinai.   

Tokoh iman kedua adalah Daud. Tuhan Yesus lebih dikenal sebagai Anak Daud dari pada Anak Abraham, meski janji Mesianik itu pertama kali diberikan kepada Abraham (Kej. 12). Daud melawan Goliat hanya dengan tongkat dan umban dan tiga batu, Daud memperluas wilayah Israel. Daud menaklukkan banyak kerajaan di wilayah Palestina. Daud menghadapi banyak perang basar dan tidak pernah tercatat ia mengalami kekalahan. Sampai saat ini Israel sangat bangga dengan Daud, bahkan bendera Israel adalah bintang Daud.

Selain sebagai pejuang, Daud adalah komponis pujian dan Mazmur yang sangat handal, ia mengatur ibadah di Kemah Kudus. Daud sangat mengasihi Allah dan dikasihi Allah, bahkan jatuh dan bangkitnya raja-raja serta janji pemulihan Israel selalu dihubungkan dengannya, dimana Allah mengingat kesetiaan Daud.

Daud selalu dihubungkan langsung dengan Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan. Daud paling banyak menubuatkan tentang Kristus. Disi lain Musa adalah pemegang jabatan yaitu imam, hakim, dan nabi, pemimpin tertinggi Israel, Ia menerima Hukum Taurat yang diberikan Allah secara langsung di Sinai. Prestasi kedua orang ini sangat besar, tetapi keduanya tidak disebut sebagai “bapa orang beriman”. Bapa orang beriman disematkan kepada Abraham.

Bangsa Yahudi sangat menghormati Abraham, bukan saja karena Abraham adalah Bapa leluhur mereka, tetapi juga karena lewat Abrahamlah Allah telah mengikat mereka dalam satu perjanjian Khusus sebagai suatu bangsa pilihan. Walau Israel baru di kenal sebagai suatu bangsa dengan 12 suku lewat Yakub. Abraham tidak membelah laut, tidak menyaksian tulah, tidak menerima Hukum Taurat, tidak menaklukkan Kanaan seperti Daud, walau tercatat bahwa ia pernah mengalahkan lima raja, tetapi ia bukan raja. Perbuatan-perbuatan iman apa yang dilakukan Abraham sehingga ia disebut sebagai Bapa orang beriman, yang mengungguli Daud dan Musa?: 


1.    Abraham memiliki Iman yang murni.

Musa dan Daud memiliki pijakkan lain untuk percaya, yaitu sejarah dan pengalaman iman leluhur mereka. Tetapi apa yang dilakukan Abraham, tidak ada pijakkan sejarah, pengalaman, hanya sekedar pijakkan iman, sehingga kemurnian iman Abraham tentu lebih kuat dibanding Musa dan Daud.

Abraham mempercayai Allah yang belum pernah dikenalnya sebelum dan tidak dikenal orang dilingkungannya dan keluarganya, Abraham meninggalkan apa yang dilihat didepan mata, lalu mengharapkan janji Allah yang belum nampak itu, bahkan sampai akhir hayatnya ketika janji itu belum dinyatakan, ia tetap percaya tanpa sangsi.

Musa melihat api yang disemak tetapi semak tidak terbakar. Musa melihat tongkat ditangannya menjadi ular. Musa memiliki kesaksian para leluhurnya. Musa memiliki orang Israel lain yang beriman kepada Allah seperti dirinya. Musa melihat 10 tulah. Daud menyaksikan kehebatan iman Samuel dan urapan Samuel meneguhkan iman didalam dirinya. Daud adalah cucu Boas dan ayahnya adalah Isai, dimana keduanya adalah orang beriman. Tetapi Abraham tidak melihat apapun, tidak ada pengalaman apapun, tidak memiliki sejarah apapun, tetapi Ia percaya, itulah sebabnya mengapa Tuhan berkata:….berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yoh. 20: 29).  



2.    Abraham percaya pada janji Allah tanpa ragu.  

Mengapa Tuhan Yesus mengatakan: “apa yang terdahulu akan menjadi terkemudian dan yang terkemudian menjadi terdahulu”. Bahwa banyak orang beriman yang saat ini giat akan menjadi bosan, asal-asalan, karena: mereka tidak bertumbuh dan karena apa yang mereka harapkan tidak terwujud seperti pikiran mereka, “bukankah aku lebih giat dan rajin dari dia, tetapi mengapa kog dia lebih diberkati”? itulah yang menjadikan banyak orang beriman yang dulu giat, tetapi sekarang asal-asalan, dulu terdahulu, sekarang terkemudian.

Abraham mengalami hal yang sama. Allah menjanjikan padanya tanah yang berlimpah susu dan madunya, Allah menjanjikan keturunan yang banyak seperti pasir di laut, tetapi Allah hanya memberikan satu anak laki-laki dan itupun di usia senja, tetapi tanah perjanjian itu belum terwujud hingga Abraham meninggal. Apakah Abraham sangsi pada janji Tuhan dan meragukan Allah? Tidak! Abraham tetap percaya! Inilah iman tanpa syarat yang ditunjukkan Abraham, bahkan Abraham telah siap bahwa ia akan mati dan Eliezer akan mewarisi semua apa yang dimilikinya. Tak sekalipun Abraham meragukan Allah, tak sekalipun Abraham kecewa, dan imannya tidak pernah kendur pada Allah.

Dalam beriman pada Allah, Abraham siap untuk menerima setiap hal yang diberikan Allah padanya dan siap menerima hal apa saja yang Allah akan lakukan padanya, ia adalah sungguh-sungguh seorang hamba bagi Allah.



3.    Abraham beriman dan rela berkorban.

Musa memukul batu karang di Meriba, padahal Tuhan yang meminta dia sekedar menunjuk dan memerintahkan batu itu untuk mengeluarkan air, tetapi Musa memukul batu itu, semua dilakukannya karena marah. Musa marah karena kesal dengan sikap orang Israel. Tindakan Musa dihadapan umat dengan hati mendongkol adalah sikap yang tidak menjaga kekudusan Allah dihadapan umat, karena itulah Allah tidak mengijinkan dia memasuki Kanaan. Bisakah Musa sedikit berkorban perasaan demi kemuliaan Allah?

Daud walau telah memiliki beberapa Istri, masih saja ia merampas isteri Uria, bahkan dengan siasat Ia membunuh Uria dengan menempatkannya pada garis depan dipeperangan. Allah hanya meminta Daud tahu dan bersyukur bahwa yang mendudukkan dia diatas tahta adalah Allah, dan semua yang dimiliki dalam kerajaan adalah karena Allah, tetapi tanpa izin Allah, ia mengsensus bangsa Israel untuk menunjukkan keagungan dan betapa berkuasanya dia, walau para jendralnya telah memperingatkannya, itulah sebabnya Allah marah dan menulahi Israel dengan penyakit sampar. Allah tidak pernah meminta terlalu banyak kepada Daud.

Abraham telah menanti seorang anak di sepanjang hidupnya, tetapi ketika anak itu tumbuh remaja dan mulai menunjukkan kegagahannya, Allah justru memintanya untuk dijadikan korban sembelihan. Apa yang Allah minta adalah yang terbesar dalam hidup manusia dan Allah sendiri. Orang mungkin akan mengorbankan semua harta, bahkan nyawanya demi anak-anaknya, tetapi yang diminta Allah sungguh mahal dan berat, tetapi dengan itupun Abraham tanpa ragu dan tanpa sangsi melakukannya. Abraham beriman dengan bersedia membayar apapun yang diminta Allah darinya karena percayanya tersebut. Pertanyaan bagi kita saat ini: hal apa yang sudah Tuhan minta pada kita? Terlalu mahalkah? terlalu beratkah?



4.    Abraham meregenasi imannya.

Iman bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga urusan keluarga dan bangsa. Yosua mengatakan: “……tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan (Yos. 24: 1)”. Rasul Paulus berkata kepada kepala Penjara di Filipi: “…..percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu (KIS. 16: 31). Kitab Masmur tak henti-hentinya berkata “kasih-setia-Nya dari angkatan kepada angkatan”, “kasih setianya sampai ke anak cucu”.   

Apakah Musa dan Daud meregenerasi imannya kepada keturunannya, mendidik mereka dalam perjanjian dengan Allah? Anak-anak Musa tidak tercatat lagi disepanjang sejarah Israel, justru Yosua yang adalah hambanya yang menjadi pahlawan iman berikutnya. Anak-anak Daud justru lebih kacau dari Musa. Absalom anak tertuanya memberontak kepadanya, anak laki-lakinya yang lain memperkosa adik perempuannya. Hanya Salomo yang tampak mengikuti Tuhan dengan setia, tetapi pada masa tua, hatinya dicondongkan oleh istri-istrinya kepada illah-illah asing (I Raja-Raja. 11).  

Abraham, selain beriman dan taat kepada Allah, juga memegang janjinya kepada Allah dan  meregenasi  iman itu kepada Ishak. Itulah sebabnya mengapa Abraham meminta Eliezer bersumpah kepadanya untuk tidak membawa anaknya Kembali ke Ur, ia hanya mencari jodoh bagi Ishak di Ur dan memawa Ribkah kekanaan. Apa yang dilakukan Abraham adalah menjaga iman anaknya dan menjaga perjanjian dengan Allah. Ishak tidak boleh menikah dengan wanita Kanaan sebab mereka akan mencondongkan hatinya kepada berhala-berhala mereka yang ada di sekitar mereka. yang kita saksikan selanjutnya adalah Ishak menjadi pribadi yang lemah lembut dan setia seperti ayahnya, juga hidup dalam perjanjian dengan Allah.

Kita tidak mungkin menjadi bapak orang beriman seperti Abraham, tetapi kita setidaknya dapat menjadi bapak yang beriman bagi anak-anak kita, sehingga anak-anak kita dapat berkata seperti Ishak, “Allah ayahku Abraham”, atau berkata seperti Yakub; “Allah kakeku Abraham dan Ayahku Ishak”. Setidaknya kita dapat menjadi teladan iman bagi anak-anak kita.

Demikianlah mengapa Abraham disebut bapa orang beriman, karena tindakan-tindakan imannya dalam bentuk “kesetiaanya” kepada Allah, jadi bukan karena dia adalah bapa leluhur Israel, tetapi karena kualitas iman dalam kualitas kesetiaan yang ditunjukkannya pada Allah disepanjang hidupnya. 
 






Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Dengan Apa Kan Ku Balas   Kau Allah Yang Setia, Bapa Yang Mulia. Ka...