Alkitab
adalah kitab yang menuliskan mengenai kebenaran Allah dan hubungan-Nya dengan
orang beriman dalam kehidupan nyata mereka. kehidupan beriman para tokoh
Alkitab adalah kehidupan yang dinamis. Pada kesempatan kali ini, kita akan melihat
sepintas beberapa tokoh iman dalam Alkitab dalam hubungannya dengan Israel dan
Yesus. Ada tiga orang pahlawan iman dalam Alkitab, Yaitu:
1.
Abraham
2.
Musa
3.
Daud.
Siapakah
yang seperti Musa? ia melakukan pembebasan Israel dari Mesir, lewat Musa, Allah
menurunkan sepuluh tulah kepada Mesir yang tidak pernah ada lagi dalam sejarah.
Musa memimpin bangsa Israel dari kawanan budak menjadi suatu pasukan kuat yang
menaklukkan bangsa-bangsa Kanaan yang terlatih berperang dan memiliki badan
yang lebih besar, serta persenjataan yang lebih unggul dan kota-kota berkubu.
Musa melakukan banyak mukjizat, dan yang terbesar adalah membelah laut. Musa juga
menerima Taurat Tuhan secara langsung di Sinai.
Tokoh
iman kedua adalah Daud. Tuhan Yesus lebih dikenal sebagai Anak Daud dari pada
Anak Abraham, meski janji Mesianik itu pertama kali diberikan kepada Abraham (Kej. 12). Daud
melawan Goliat hanya dengan tongkat dan umban dan tiga batu, Daud memperluas
wilayah Israel. Daud menaklukkan banyak kerajaan di wilayah Palestina. Daud
menghadapi banyak perang basar dan tidak pernah tercatat ia mengalami
kekalahan. Sampai saat ini Israel sangat bangga dengan Daud, bahkan bendera
Israel adalah bintang Daud.
Selain
sebagai pejuang, Daud adalah komponis pujian dan Mazmur yang sangat handal, ia
mengatur ibadah di Kemah Kudus. Daud sangat mengasihi Allah dan dikasihi Allah,
bahkan jatuh dan bangkitnya raja-raja serta janji pemulihan Israel selalu
dihubungkan dengannya, dimana Allah mengingat kesetiaan Daud.
Daud
selalu dihubungkan langsung dengan Kristus sebagai Mesias yang dijanjikan. Daud paling
banyak menubuatkan tentang Kristus. Disi lain Musa adalah pemegang jabatan
yaitu imam, hakim, dan nabi, pemimpin tertinggi Israel, Ia menerima Hukum
Taurat yang diberikan Allah secara langsung di Sinai. Prestasi kedua orang ini
sangat besar, tetapi keduanya tidak disebut sebagai “bapa orang beriman”. Bapa orang
beriman disematkan kepada Abraham.
Bangsa
Yahudi sangat menghormati Abraham, bukan saja karena Abraham adalah Bapa
leluhur mereka, tetapi juga karena lewat Abrahamlah Allah telah mengikat mereka
dalam satu perjanjian Khusus sebagai suatu bangsa pilihan. Walau Israel baru di
kenal sebagai suatu bangsa dengan 12 suku lewat Yakub. Abraham tidak membelah
laut, tidak menyaksian tulah, tidak menerima Hukum Taurat, tidak menaklukkan Kanaan
seperti Daud, walau tercatat bahwa ia pernah mengalahkan lima raja, tetapi ia
bukan raja. Perbuatan-perbuatan iman apa yang dilakukan Abraham sehingga ia
disebut sebagai Bapa orang beriman, yang mengungguli Daud dan Musa?:
1.
Abraham memiliki Iman yang
murni.
Musa
dan Daud memiliki pijakkan lain untuk percaya, yaitu sejarah dan pengalaman
iman leluhur mereka. Tetapi apa yang dilakukan Abraham, tidak ada pijakkan
sejarah, pengalaman, hanya sekedar pijakkan iman, sehingga kemurnian iman
Abraham tentu lebih kuat dibanding Musa dan Daud.

Musa
melihat api yang disemak tetapi semak tidak terbakar. Musa melihat tongkat
ditangannya menjadi ular. Musa memiliki kesaksian para leluhurnya. Musa
memiliki orang Israel lain yang beriman kepada Allah seperti dirinya. Musa
melihat 10 tulah. Daud menyaksikan kehebatan iman Samuel dan urapan Samuel meneguhkan
iman didalam dirinya. Daud adalah cucu Boas dan ayahnya adalah Isai, dimana
keduanya adalah orang beriman. Tetapi Abraham tidak melihat apapun, tidak ada
pengalaman apapun, tidak memiliki sejarah apapun, tetapi Ia percaya, itulah sebabnya
mengapa Tuhan berkata:….berbahagialah mereka yang tidak melihat, namun percaya (Yoh.
20: 29).
2.
Abraham percaya pada janji Allah
tanpa ragu.
Mengapa
Tuhan Yesus mengatakan: “apa yang terdahulu akan menjadi terkemudian dan yang
terkemudian menjadi terdahulu”. Bahwa banyak orang beriman yang saat ini giat
akan menjadi bosan, asal-asalan, karena: mereka tidak bertumbuh dan karena apa
yang mereka harapkan tidak terwujud seperti pikiran mereka, “bukankah aku lebih
giat dan rajin dari dia, tetapi mengapa kog dia lebih diberkati”? itulah yang
menjadikan banyak orang beriman yang dulu giat, tetapi sekarang asal-asalan,
dulu terdahulu, sekarang terkemudian.
Abraham
mengalami hal yang sama. Allah menjanjikan padanya tanah yang berlimpah susu
dan madunya, Allah menjanjikan keturunan yang banyak seperti pasir di laut,
tetapi Allah hanya memberikan satu anak laki-laki dan itupun di usia senja,
tetapi tanah perjanjian itu belum terwujud hingga Abraham meninggal. Apakah
Abraham sangsi pada janji Tuhan dan meragukan Allah? Tidak! Abraham tetap
percaya! Inilah iman tanpa syarat yang ditunjukkan Abraham, bahkan Abraham
telah siap bahwa ia akan mati dan Eliezer akan mewarisi semua apa yang dimilikinya.
Tak sekalipun Abraham meragukan Allah, tak sekalipun Abraham kecewa, dan imannya
tidak pernah kendur pada Allah.
Dalam
beriman pada Allah, Abraham siap untuk menerima setiap hal yang diberikan Allah
padanya dan siap menerima hal apa saja yang Allah akan lakukan padanya, ia
adalah sungguh-sungguh seorang hamba bagi Allah.
3.
Abraham beriman dan rela
berkorban.
Musa
memukul batu karang di Meriba, padahal Tuhan yang meminta dia sekedar menunjuk
dan memerintahkan batu itu untuk mengeluarkan air, tetapi Musa memukul batu itu,
semua dilakukannya karena marah. Musa marah karena kesal dengan sikap orang
Israel. Tindakan Musa dihadapan umat dengan hati mendongkol adalah sikap yang
tidak menjaga kekudusan Allah dihadapan umat, karena itulah Allah tidak
mengijinkan dia memasuki Kanaan. Bisakah Musa sedikit berkorban perasaan demi
kemuliaan Allah?
Daud
walau telah memiliki beberapa Istri, masih saja ia merampas isteri Uria, bahkan
dengan siasat Ia membunuh Uria dengan menempatkannya pada garis depan
dipeperangan. Allah hanya meminta Daud tahu dan bersyukur bahwa yang
mendudukkan dia diatas tahta adalah Allah, dan semua yang dimiliki dalam
kerajaan adalah karena Allah, tetapi tanpa izin Allah, ia mengsensus bangsa
Israel untuk menunjukkan keagungan dan betapa berkuasanya dia, walau para
jendralnya telah memperingatkannya, itulah sebabnya Allah marah dan menulahi
Israel dengan penyakit sampar. Allah tidak pernah meminta terlalu banyak kepada
Daud.

4.
Abraham meregenasi imannya.
Iman
bukan hanya urusan pribadi, tetapi juga urusan keluarga dan bangsa. Yosua
mengatakan: “……tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan
(Yos. 24: 1)”. Rasul Paulus berkata kepada kepala Penjara di Filipi: “…..percayalah
kepada Tuhan Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu
(KIS. 16: 31). Kitab Masmur tak henti-hentinya berkata “kasih-setia-Nya dari
angkatan kepada angkatan”, “kasih setianya sampai ke anak cucu”.
Apakah
Musa dan Daud meregenerasi imannya kepada keturunannya, mendidik mereka dalam
perjanjian dengan Allah? Anak-anak Musa tidak tercatat lagi disepanjang sejarah
Israel, justru Yosua yang adalah hambanya yang menjadi pahlawan iman
berikutnya. Anak-anak Daud justru lebih kacau dari Musa. Absalom anak tertuanya
memberontak kepadanya, anak laki-lakinya yang lain memperkosa adik
perempuannya. Hanya Salomo yang tampak mengikuti Tuhan dengan setia, tetapi
pada masa tua, hatinya dicondongkan oleh istri-istrinya kepada illah-illah
asing (I Raja-Raja. 11).
Abraham,
selain beriman dan taat kepada Allah, juga memegang janjinya kepada Allah dan meregenasi iman itu kepada Ishak. Itulah sebabnya mengapa
Abraham meminta Eliezer bersumpah kepadanya untuk tidak membawa anaknya Kembali
ke Ur, ia hanya mencari jodoh bagi Ishak di Ur dan memawa Ribkah kekanaan. Apa yang
dilakukan Abraham adalah menjaga iman anaknya dan menjaga perjanjian dengan
Allah. Ishak tidak boleh menikah dengan wanita Kanaan sebab mereka akan mencondongkan
hatinya kepada berhala-berhala mereka yang ada di sekitar mereka. yang kita
saksikan selanjutnya adalah Ishak menjadi pribadi yang lemah lembut dan setia seperti
ayahnya, juga hidup dalam perjanjian dengan Allah.
Kita
tidak mungkin menjadi bapak orang beriman seperti Abraham, tetapi kita setidaknya
dapat menjadi bapak yang beriman bagi anak-anak kita, sehingga anak-anak kita
dapat berkata seperti Ishak, “Allah ayahku Abraham”, atau berkata seperti Yakub;
“Allah kakeku Abraham dan Ayahku Ishak”. Setidaknya kita dapat menjadi teladan
iman bagi anak-anak kita.
Demikianlah
mengapa Abraham disebut bapa orang beriman, karena tindakan-tindakan imannya dalam
bentuk “kesetiaanya” kepada Allah, jadi bukan karena dia adalah bapa leluhur
Israel, tetapi karena kualitas iman dalam kualitas kesetiaan yang
ditunjukkannya pada Allah disepanjang hidupnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: