Sabtu, 06 Juni 2020

The New Normal (Rom.6: 1-14; Rom.12: 1-2)





Sepasang suami isteri tidur pada malam hari, tentunya dengan kepala dan kaki searah. Tetapi ketika pagi hari mereka bangun, kaki istri sudah berada di mulut suami dan kaki suami sudah berada di wajah isteri, lalu mulailah suami dan isteri bertengkar dan saling menyalahkan, menurut isteri bahwa si suami tidur gelisah, demikian pula menurut suami bahwa istrinyalah yang gelisah. Siapakah yang tidur gelisah diantara mereka? maka lihat posisi ranjang!

Dimasa pandemic covid-19, suatu istilah yang diperkenalkan kepada kita adalah ‘the new normal”. Maksud dari new normal adalah: kesadaran bahwa “virus corona”, dapat menyebar sedemikian cepat dan menyebabkan banyak kematian, dan obat serta  vaksin belum ditemukan entah sampai kapan. Tetapi suatu kesadaran pula, bahwa hidup harus berjalan. Orang harus ke pasar, sekolah, berjualan, bekerja, jika tidak demikian maka kematian dan kekacauan justru akan lebih besar. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain, selain menjalankan hidup seperti biasa ditengah-tengah wabah, tetap hidup dan terhindar dari wabah. Oleh karena itu ada suatu cara hidup yang baru yang harus dijalankan agar tetap hidup dan tetap terhindar dari wabah, inilah yang disebut “the new normal”.

Kata “new normal” atau ‘tatanan hidup baru”, yang diperkenalkan pemerintah saat ini, hanya sebatas kehidupan normal dalam konteks Kesehatan, yaitu menjaga kebersihan, menjaga jarak fisik dengan orang lain, dan memakai masker, dll. Tetapi apa yang dimaksud dengan ‘tatanan hidup baru’ sebenaranya bukan sekedar dibidang kesehatan, tetapi seluruh bidang kehidupan manusia. Tatanan hidup baru seluas kehidupan itu sendiri, yaitu agama, budaya, sosial, keuangan, kerja, politik, hankam, ekologi, keluarga, dll.  

Apa yang normal di dunia ini? bukankah semua berubah? bahkan kata Albert Enstein bahwa “yang kekal adalah perubahan itu sendiri”! Apa yang dulu normal sekarang tidak normal dan apa yang dulu dianggap tidak normal, sekarang dianggap normal.

Suatu saat saya mengerjai (bercanda) kasir carefour, dengan pura-pura marah; permasalahannya adalah, ketika akan membayar, kasir bertanya kepada saya, apakah saya akan membayar memakai kartu MEGA, lalu saya berpura-pura bertanya, apa itu kartu mega? Dan kasir menajawab “kartu kredit Mega”, penulis langsung bertanya kepada kasir, apakah aku tampak miskin sehingga belanja makanan haru ngutang, aku punya uang, aku punya kartu debit. Kamu ngenyek saya ya? Kamu kira saya datang ke sini untuk ngutang? Keributan itu akhirnya diselesaikan oleh manejer yang juga bingung dengan sikap saya dan apa yang saya bicarakan.

Inti poinnya dari permasalahan di carefour adalah, saya sedang berbicara apa yang normal dan apa yang tidak normal. Dulu, dalam dunia agama apa saja, berbicara mengenai kehormatan bagi seseorang jika dalam hidupnya tidak berutang, dan bangga jika memiutangi. Tetapi apa yang dulu dianggap sebagai aib, maka sekarang dianggap sebagai sesuatu yang normal, bahkan dianggap sebagai kebanggaan.

Saat ini banyak orang bangga kalau didompetnya berjejer kartu kredit. Kartu Kredit, diberikan kepada seseorang karena pernah punya saldo debit, dan ingat, tidak selamanya ia mempunyai saldo demikian. Semua itu bisa dimanipulasi, dari satu akun bank ke bank lainnya, bahkan semua bank memiliki kartu kredit dengan limit tertentu yang tidak harus berdasarkan berapa jumlah debit.

Dulu, jika akan memberli sesuatu, maka adalah kebanggaan jika seseorang membayar kontan. Penjual selalu akan mendahulukan serta memberi service khusus kepada orang yang membayar kontan. Tetapi sekarang berbeda, yang didahulukan adalah orang yang mau menyicil/kredit/utang. Bahkan saya sempat kaget ada orang yang menjual roti harga 10.000 dengan cara menyicil. Panci dicicil, bahkan makanan kalau bisa dikredit (utang).

Utang adalah normal baru. Dulu jika ibu-ibu komplek bertengkar, maka cara mempermalukan lawan bertengkarnya adalah menyinggung utang atau mengatai lawannya situkang utang. Tetapi sekarang, makin banyak utang makin bangga, karena banyak yang percaya untuk memiutangi. Manakah yang normal?  

Melihat pergesaran cara piker dan hidup manusia saat ini, maka orang Kristen harus memiliki pandangan mengenai “tatanan hidup baru”, apa yang harus diikuti dan apa yang harus di tolak. Demikian beberapa standar kebenaran hidup normal Kristen:

1.    Kebenaran adalah kebenaran, bukan hasil voting.

Ketika Yesus akan disalib, maka Pilatus sebagai hakim mengetahui secara hukum, bahwa Yesus tidak memiliki kesalahan. Untuk menenangkan masa dan untuk menghindari menghukum Yesus, maka Pilatus sengaja menawarkan kepada mereka untuk memilih membebaskan Yesus ataukah Barabas, seorang penjahat mengerikan, tetapi karena berdasarkan voting, mereka meminta membebaskan Barabas. Apa yang benar disalahkan dan apa yang salah dibenarkan berdasarkan voting.

Kebenaran adalah kebenaran Allah, ia tidak tergantung pada voting (atau suara terbanyak), ia bukan presepsi, ia tidak tergantung pada kesepakatan orang banyak.

Kita teringat pada Nuh yang hidup menurut kebenaran dijamannya, yang berbeda dengan cara hidup normal dengan semua manusia dijamannya. Nuh  hidup berbeda dengan cara cara pandang masyarakat dijamannya, tetapi kenyataan bahwa ia benar dan selamat.

Hidup normal orang percaya, tidak berdasarkan tatanan hidup baru umum. Tatanan hidup baru orang percaya berdasarkan kebenaran, bukan menurut presepsi orang, bukan berdasarkan kebiasaan masyarakat pada umumnya.

Orang percaya dipanggil untuk hidup bagi Tuhan dijamannya masing-masing. Ada nilai yang dapat diikuti dijaman kita berada, ad acara hidup yang secara frontal harus di tolak dan ada nilai yang harus dirubah oleh Injil.



2.    Kebenaran bersifat absolut dan selalu membawa kebaikan.

Baru-baru ini kita menyaksikan gelombang protes dan unjuk rasa yang disertai kekacauan, pembakaran dan perampokkan terjadi diseluruh kota-kota besar negara bagian di Amerika. Semua berawal 4 orang polisi songong (sombong bodoh), yang tanpa rasa kemanusiaan membunuh seorang tersangka penyebar uang palsu berkulit hitam.

Sebenaranya begitu banyak kematian warga Amerika berkulit hitam oleh polisi Amerika berkulit putih setiap tahunnya, tetapi kejadian yang menimpa George Floyd direkam dan para polisi menindih George Floyd yang sudah dalam keadaan terborgol, dan 16 kali ia mengatakan aku tidak bisa bernafas, begitu pula orang-orang disekitar sudah meminta agar para polisi tidak menindih George, tetapi mereka tetap menunjukkan aroganisi mereka sebagai polisi tanpa belas kasihan.

Mengapa reaksi masyarakat Amerika dapat tersulut sedemikian rupa? Semua ini bukan hanya berdasar kejadian pada hari ini, tetapi juga berlatar belakang  masa lalu.

Dulu adalah normal dan merupakan kebanggan jika seorang Amerika kulit putih memiliki  budak, dan budak belian kebanyakan adalah dari Afrika kulit hitam yang dissebut “negro”. Sebutan negro adalah suatu hinaan yang merendahkan.

Amerika melewati waktu panjang untuk terbebas dari perbudakan dan undang-undang persamaan hak antara kulit putih dan hitam. Dulu, bahkan dalam bus kota, terminal, restoran, ada tempat khusus kulit putih dan kulit hitam. Terakhir perjuangan untuk menyamakan hak berdasarkan ras terjadi pada tahun enam puluhan, dimana Marthin Luther King, Jr, di tembak mati.

Harus diakui bahwa hingga saat ini, perlakuan rasis masih ada di Amerika, walau undang-undang dan sikap anti rasis itu demikian besar didengungkan di Amerika. Perlakuan keempat polisi kepada George Floyd kembali membuka luka dan pengalaman kelam masa lalu.

Apa yang saya mau tekankan disini adalah: “dulu apa yang dianggap wajar dan kehormatan”, sekarang dianggap sebagai kejahatan yang memalukan. Lalu bagaimana kita menilai suatu perubahan sebagai tatanan baru?

Tatanan baru Kristen adalah berdasar kebenaran. Sejak dari dulu, Perjanjian Baru telah menjelaskan persamaan derajat, harkat dan martabat manusia dihadapan Kristus. Tidak ada lagi perempuan, budak atau orang merdeka didalam Kristus, tidak ada lagi perbedaan antara Ibrani dan Yunani (I Kor. 11:11).

Apa yang dikatakan Perjanjian Baru kepada kita adalah kebenaran Absolut yang berlaku di sepanjang jaman dan disegala tempat, bahwa tidak ada seorangpun manusia yang mau dibedakan hak-haknya sebagai manusia karena berdasarkan agama, ras, bangsanya. Semua mansia sederajat dihadapan Allah dan dihadapan manusia lainnya serta bangsa-bangsa manapun.

Tatatan hidup baru Kristen adalah berdasarkan kebenaran yang membawa kebaikan bagi manusia dan alam semesta. Alkitab adalah landasan hidup baru orang Kristen, selain sebagai kebenaran, juga sebagai sumber yang membawa kebaikan yang semakin disempurnakan. Contoh: Dialam Perjanjian Lama, diatur sedemikan rupa bagaimana hubungan hidup antar sesama manusia, dianataranya yaitu: bagaimana hak-hak budak, dimana para budak tidak boleh dipekerjakan pada hari Sabat, mereka harus dibebaskan pada tahun Yobel, dan lain sebagainya, Tetapi didalam Perjanjian Baru, hal itu semakin disempurnakan yaitu: tidak ada lagi budak atau orang merdeka didalam Kristus, bahkan Rasul Paulus mengirim Kembali Onesimus kepada tuannya yaitu Filemon dengan pesan, jangan lagi perlakukan dia sebagai hamba, tetapi sebagai salah satu saudara seiman.



3.    Tatanan hidup baru Kristen adalah berdasar kebenaran yang memiliki sifat bersifat moral dan etis.

Moral dan etis tidak boleh terpisahkan satu dengan yang lain.  Moral berbicara mengenai apa yang benar dan apa yang salah, baik atau buruk tindakan manusia.  tetapi etika berbicara mengenai apa yang pantas dan tidak pantas dalam prilaku manusia.

Moral berbicara jangan berzinah, tetapi etik berbicara tindakan jangan melecehkan wanita atau pria dalam hal seksual, baik tindakan maupun perkataan.

Moral berbicara persamaan harkat dan martabat manusia dihadapan Allah, dan etika berbicara bagaimana persamaan harkat dan martabat itu dinnyatakan dalam perbuatan.

Dulu sewaktu saya kecil, menyebut langsung nama orang yang telah memiliki anak atau orang yang lebih tua, adalah tindakan tidak pantas, tetapi sekarang banyak tiktok dan video yang memakai kata “jing” (dari kata anjing), untuk menyapa sahabat atau orang lain, khususnya di daerah Jabotabek. Hal ini dianggap sebagai sesuatu yang biasa.

Di Surabaya, dulu untuk memaki orang maka dipakai kata “#Cuk”, tetapi sekarang, banyak orang mulai memakai kata ini  sebagai sapaan keren.  

Dulu di dunia Barat, hidup tanpa pernikahan adalah dosa dan aib, tetapi sekarang adalah sesuatu yang wajar atau biasa, bahkan dianjurkan oleh banyak konselor pernikahan sebelum memasuki pernikahan.

Perubahan ke tatatnan hidup baru Kristen, harus berdasarkan moral Allah dan etika dalam hidup, perubahan yang mengesampingkan nilai moral dan etika yang semakin rendah, adalah sesuatu yang seharusnya ditolak.

Sebagai orang percaya, marilah kita menyadari bahwa dunia  semakin berubah, banyak perubahan positive, tetapi juga lebih banyak lagi perubahan negative. Kita dipanggil bukan untuk larut oleh jaman, tetapi menjadi saksi Kristus di jaman kita masing-masing. Biarlah tatanan hidup baru dalam keluarga kita dan pribadi kita masing-masing, menjadi tatatnan yang justru unggul dan merubah tatanan hidup orang dilingkungan dimana kita berada. 





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Kubersyukur Bapa   Banyak yang Kau perbuat Didalam hidupku Rancanga...