Sepasang
suami isteri tidur pada malam hari, tentunya dengan kepala dan kaki searah.
Tetapi ketika pagi hari mereka bangun, kaki istri sudah berada di mulut suami
dan kaki suami sudah berada di wajah isteri, lalu mulailah suami dan isteri
bertengkar dan saling menyalahkan, menurut isteri bahwa si suami tidur gelisah,
demikian pula menurut suami bahwa istrinyalah yang gelisah. Siapakah yang tidur
gelisah diantara mereka? maka lihat posisi ranjang!
Dimasa
pandemic covid-19, suatu istilah yang diperkenalkan kepada kita adalah ‘the new
normal”. Maksud dari new normal adalah: kesadaran bahwa “virus corona”, dapat
menyebar sedemikian cepat dan menyebabkan banyak kematian, dan obat serta vaksin belum ditemukan entah sampai kapan.
Tetapi suatu kesadaran pula, bahwa hidup harus berjalan. Orang harus ke pasar,
sekolah, berjualan, bekerja, jika tidak demikian maka kematian dan kekacauan
justru akan lebih besar. Oleh karena itu, tidak ada jalan lain, selain
menjalankan hidup seperti biasa ditengah-tengah wabah, tetap hidup dan
terhindar dari wabah. Oleh karena itu ada suatu cara hidup yang baru yang harus
dijalankan agar tetap hidup dan tetap terhindar dari wabah, inilah yang disebut
“the new normal”.
Kata
“new normal” atau ‘tatanan hidup baru”, yang diperkenalkan pemerintah saat ini,
hanya sebatas kehidupan normal dalam konteks Kesehatan, yaitu menjaga
kebersihan, menjaga jarak fisik dengan orang lain, dan memakai masker, dll.
Tetapi apa yang dimaksud dengan ‘tatanan hidup baru’ sebenaranya bukan sekedar dibidang
kesehatan, tetapi seluruh bidang kehidupan manusia. Tatanan hidup baru seluas
kehidupan itu sendiri, yaitu agama, budaya, sosial, keuangan, kerja, politik,
hankam, ekologi, keluarga, dll.
Apa
yang normal di dunia ini? bukankah semua berubah? bahkan kata Albert Enstein
bahwa “yang kekal adalah perubahan itu sendiri”! Apa yang dulu normal sekarang
tidak normal dan apa yang dulu dianggap tidak normal, sekarang dianggap normal.
Suatu
saat saya mengerjai (bercanda) kasir carefour, dengan pura-pura marah;
permasalahannya adalah, ketika akan membayar, kasir bertanya kepada saya,
apakah saya akan membayar memakai kartu MEGA, lalu saya berpura-pura bertanya,
apa itu kartu mega? Dan kasir menajawab “kartu kredit Mega”, penulis langsung
bertanya kepada kasir, apakah aku tampak miskin sehingga belanja makanan haru
ngutang, aku punya uang, aku punya kartu debit. Kamu ngenyek saya ya? Kamu kira
saya datang ke sini untuk ngutang? Keributan itu akhirnya diselesaikan oleh
manejer yang juga bingung dengan sikap saya dan apa yang saya bicarakan.
Inti
poinnya dari permasalahan di carefour adalah, saya sedang berbicara apa yang
normal dan apa yang tidak normal. Dulu, dalam dunia agama apa saja, berbicara
mengenai kehormatan bagi seseorang jika dalam hidupnya tidak berutang, dan
bangga jika memiutangi. Tetapi apa yang dulu dianggap sebagai aib, maka
sekarang dianggap sebagai sesuatu yang normal, bahkan dianggap sebagai
kebanggaan.
Saat
ini banyak orang bangga kalau didompetnya berjejer kartu kredit. Kartu Kredit,
diberikan kepada seseorang karena pernah punya saldo debit, dan ingat, tidak
selamanya ia mempunyai saldo demikian. Semua itu bisa dimanipulasi, dari satu
akun bank ke bank lainnya, bahkan semua bank memiliki kartu kredit dengan limit
tertentu yang tidak harus berdasarkan berapa jumlah debit.
Dulu,
jika akan memberli sesuatu, maka adalah kebanggaan jika seseorang membayar
kontan. Penjual selalu akan mendahulukan serta memberi service khusus kepada
orang yang membayar kontan. Tetapi sekarang berbeda, yang didahulukan adalah
orang yang mau menyicil/kredit/utang. Bahkan saya sempat kaget ada orang yang
menjual roti harga 10.000 dengan cara menyicil. Panci dicicil, bahkan makanan
kalau bisa dikredit (utang).
Utang
adalah normal baru. Dulu jika ibu-ibu komplek bertengkar, maka cara
mempermalukan lawan bertengkarnya adalah menyinggung utang atau mengatai
lawannya situkang utang. Tetapi sekarang, makin banyak utang makin bangga,
karena banyak yang percaya untuk memiutangi. Manakah yang normal?
Melihat
pergesaran cara piker dan hidup manusia saat ini, maka orang Kristen harus
memiliki pandangan mengenai “tatanan hidup baru”, apa yang harus diikuti dan
apa yang harus di tolak. Demikian beberapa standar kebenaran hidup normal
Kristen:
1. Kebenaran
adalah kebenaran, bukan hasil voting.
Ketika
Yesus akan disalib, maka Pilatus sebagai hakim mengetahui secara hukum, bahwa
Yesus tidak memiliki kesalahan. Untuk menenangkan masa dan untuk menghindari
menghukum Yesus, maka Pilatus sengaja menawarkan kepada mereka untuk memilih
membebaskan Yesus ataukah Barabas, seorang penjahat mengerikan, tetapi karena
berdasarkan voting, mereka meminta membebaskan Barabas. Apa yang benar
disalahkan dan apa yang salah dibenarkan berdasarkan voting.
Kebenaran
adalah kebenaran Allah, ia tidak tergantung pada voting (atau suara terbanyak),
ia bukan presepsi, ia tidak tergantung pada kesepakatan orang banyak.
Kita
teringat pada Nuh yang hidup menurut kebenaran dijamannya, yang berbeda dengan
cara hidup normal dengan semua manusia dijamannya. Nuh hidup berbeda dengan cara cara pandang
masyarakat dijamannya, tetapi kenyataan bahwa ia benar dan selamat.

Orang
percaya dipanggil untuk hidup bagi Tuhan dijamannya masing-masing. Ada nilai
yang dapat diikuti dijaman kita berada, ad acara hidup yang secara frontal
harus di tolak dan ada nilai yang harus dirubah oleh Injil.
2. Kebenaran
bersifat absolut dan selalu membawa kebaikan.
Baru-baru
ini kita menyaksikan gelombang protes dan unjuk rasa yang disertai kekacauan,
pembakaran dan perampokkan terjadi diseluruh kota-kota besar negara bagian di
Amerika. Semua berawal 4 orang polisi songong (sombong bodoh), yang tanpa rasa
kemanusiaan membunuh seorang tersangka penyebar uang palsu berkulit hitam.
Sebenaranya
begitu banyak kematian warga Amerika berkulit hitam oleh polisi Amerika
berkulit putih setiap tahunnya, tetapi kejadian yang menimpa George Floyd direkam
dan para polisi menindih George Floyd yang sudah dalam keadaan terborgol, dan
16 kali ia mengatakan aku tidak bisa bernafas, begitu pula orang-orang
disekitar sudah meminta agar para polisi tidak menindih George, tetapi mereka
tetap menunjukkan aroganisi mereka sebagai polisi tanpa belas kasihan.
Mengapa
reaksi masyarakat Amerika dapat tersulut sedemikian rupa? Semua ini bukan hanya
berdasar kejadian pada hari ini, tetapi juga berlatar belakang masa lalu.
Dulu
adalah normal dan merupakan kebanggan jika seorang Amerika kulit putih
memiliki budak, dan budak belian
kebanyakan adalah dari Afrika kulit hitam yang dissebut “negro”. Sebutan negro
adalah suatu hinaan yang merendahkan.
Amerika
melewati waktu panjang untuk terbebas dari perbudakan dan undang-undang persamaan
hak antara kulit putih dan hitam. Dulu, bahkan dalam bus kota, terminal,
restoran, ada tempat khusus kulit putih dan kulit hitam. Terakhir perjuangan
untuk menyamakan hak berdasarkan ras terjadi pada tahun enam puluhan, dimana
Marthin Luther King, Jr, di tembak mati.
Harus
diakui bahwa hingga saat ini, perlakuan rasis masih ada di Amerika, walau
undang-undang dan sikap anti rasis itu demikian besar didengungkan di Amerika.
Perlakuan keempat polisi kepada George Floyd kembali membuka luka dan
pengalaman kelam masa lalu.
Apa
yang saya mau tekankan disini adalah: “dulu apa yang dianggap wajar dan
kehormatan”, sekarang dianggap sebagai kejahatan yang memalukan. Lalu bagaimana
kita menilai suatu perubahan sebagai tatanan baru?
Tatanan
baru Kristen adalah berdasar kebenaran. Sejak dari dulu, Perjanjian Baru telah
menjelaskan persamaan derajat, harkat dan martabat manusia dihadapan Kristus.
Tidak ada lagi perempuan, budak atau orang merdeka didalam Kristus, tidak ada
lagi perbedaan antara Ibrani dan Yunani (I Kor. 11:11).
Apa
yang dikatakan Perjanjian Baru kepada kita adalah kebenaran Absolut yang
berlaku di sepanjang jaman dan disegala tempat, bahwa tidak ada seorangpun
manusia yang mau dibedakan hak-haknya sebagai manusia karena berdasarkan agama,
ras, bangsanya. Semua mansia sederajat dihadapan Allah dan dihadapan manusia
lainnya serta bangsa-bangsa manapun.
Tatatan
hidup baru Kristen adalah berdasarkan kebenaran yang membawa kebaikan bagi
manusia dan alam semesta. Alkitab adalah landasan hidup baru orang Kristen,
selain sebagai kebenaran, juga sebagai sumber yang membawa kebaikan yang
semakin disempurnakan. Contoh: Dialam Perjanjian Lama, diatur sedemikan rupa
bagaimana hubungan hidup antar sesama manusia, dianataranya yaitu: bagaimana
hak-hak budak, dimana para budak tidak boleh dipekerjakan pada hari Sabat,
mereka harus dibebaskan pada tahun Yobel, dan lain sebagainya, Tetapi didalam
Perjanjian Baru, hal itu semakin disempurnakan yaitu: tidak ada lagi budak atau
orang merdeka didalam Kristus, bahkan Rasul Paulus mengirim Kembali Onesimus
kepada tuannya yaitu Filemon dengan pesan, jangan lagi perlakukan dia sebagai
hamba, tetapi sebagai salah satu saudara seiman.
3. Tatanan
hidup baru Kristen adalah berdasar kebenaran yang memiliki sifat bersifat moral
dan etis.
Moral
dan etis tidak boleh terpisahkan satu dengan yang lain. Moral berbicara mengenai apa yang benar dan
apa yang salah, baik atau buruk tindakan manusia. tetapi etika berbicara mengenai apa yang
pantas dan tidak pantas dalam prilaku manusia.
Moral
berbicara jangan berzinah, tetapi etik berbicara tindakan jangan melecehkan
wanita atau pria dalam hal seksual, baik tindakan maupun perkataan.
Moral
berbicara persamaan harkat dan martabat manusia dihadapan Allah, dan etika
berbicara bagaimana persamaan harkat dan martabat itu dinnyatakan dalam
perbuatan.
Dulu
sewaktu saya kecil, menyebut langsung nama orang yang telah memiliki anak atau
orang yang lebih tua, adalah tindakan tidak pantas, tetapi sekarang banyak
tiktok dan video yang memakai kata “jing” (dari kata anjing), untuk menyapa
sahabat atau orang lain, khususnya di daerah Jabotabek. Hal ini dianggap
sebagai sesuatu yang biasa.
Di
Surabaya, dulu untuk memaki orang maka dipakai kata “#Cuk”, tetapi sekarang,
banyak orang mulai memakai kata ini
sebagai sapaan keren.
Dulu
di dunia Barat, hidup tanpa pernikahan adalah dosa dan aib, tetapi sekarang
adalah sesuatu yang wajar atau biasa, bahkan dianjurkan oleh banyak konselor
pernikahan sebelum memasuki pernikahan.
Perubahan
ke tatatnan hidup baru Kristen, harus berdasarkan moral Allah dan etika dalam
hidup, perubahan yang mengesampingkan nilai moral dan etika yang semakin rendah,
adalah sesuatu yang seharusnya ditolak.
Sebagai
orang percaya, marilah kita menyadari bahwa dunia semakin berubah, banyak perubahan positive,
tetapi juga lebih banyak lagi perubahan negative. Kita dipanggil bukan untuk
larut oleh jaman, tetapi menjadi saksi Kristus di jaman kita masing-masing.
Biarlah tatanan hidup baru dalam keluarga kita dan pribadi kita masing-masing,
menjadi tatatnan yang justru unggul dan merubah tatanan hidup orang dilingkungan
dimana kita berada.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: