Kata
taat demikian penting, tetapi apakah kita pernah memikirkan dengan
sungguh-sungguh kata ini? mengapa kata ini dapat menentukan nasib dunia?
Alkitab mengatakan: Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua
orang telah menjadi orang berdosa,
demikian pula oleh ketaatan satu
orang semua orang menjadi orang benar. (Rm 5:19). Kejatuhan manusia ke
dalam dosa oleh satu satu sebab yang tidak akan ditolak oleh semua adalah
“tidak taat” dan kesematan semua manusia tergantung kepada satu ketaatan “yaitu
ketaatan Kristus”.
Taat
menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 1 senantiasa tunduk & patuh
(kepada Tuhan, pemerintah, dan sebagainya). 2 tidak berlaku curang (setia) 3
saleh. Ketaatan menurut KBBI, lebih banyak mengandung unsur rohani.
Menurut
Alkitab Perjanjian Lama, Taat diterjemahkan dari kata Ibrani שֵׁמַע (shema) yang
mengangdung makna: "taat, mentaati, patuh, mematuhi, merespon, memperhatikan,
menyimak, dengar, mendengarkan."
Shema adalah kata penting dalam
ibadah Yahudi yaitu “shema Israel” seperti yang terdapat dalam Ulangan 6:4.
Kata shema adalah pendahuluan dari liturgi Hukum Taurat: “dengarlah hai
orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”. Kata shema diucapkan
dengan menyatakan kehendak, hasrat, instruksi, atau perintah.
Makna שָׁמַע itu adalah "mengindahkan atau menaati atau mengabulkan" orang yang sedang berbicara. Jika kata shema diterjemahkan maka kemungkinan artinya adalah; Dengarlah, ingatlah, taatilah, patuhilah, tunduklah, pahamilah, perhatikanlah, responilah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.
Makna שָׁמַע itu adalah "mengindahkan atau menaati atau mengabulkan" orang yang sedang berbicara. Jika kata shema diterjemahkan maka kemungkinan artinya adalah; Dengarlah, ingatlah, taatilah, patuhilah, tunduklah, pahamilah, perhatikanlah, responilah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.
Kata Ibrani שָׁמַע shama, adalah mirip dengan kata kerja Yunani υπακουω (hupakuo) secara harfiah berarti "mendengar di bawah",
yaitu mendengar dengan sikap tunduk atau melayani (seperti di Kisah 12:13).
Istilah lain yang mengandung makna ketaatan adalah πείθω peitho yang artinya "membujuk" (Matius 27:20),
yang adalah kata kerjanya, dalam bentuk pasif dan medial, tidak hanya berarti
diyakinkan (Lukas 16:31), menaruh kepercayaan (Matius 27:43), percaya (Kisah
17:4), tetapi juga mengindahkan (Kisah 5:40), menaati (Kis 5:36, 37). Dari
istilah itu muncul bentuk negatifnya, yaitu: ἀπειθέω (apeitho) yang artinya "tidak percaya" (Kisah 14:2;
19:9) atau "tidak taat" [Yoh 3:36].
Perjanjian Baru (PB) juga memakai kata εισακουω (eisakuo) dalam makna 'taat', harfiah berarti 'mendengar ke dalam' (1 Korintus 14:21). υποτασσω (hupataso), tunduk dibawah, taat, dan πειθαρχεω (pheitraxeo) taat (taat kepada perintah/ peraturan atasan).
Pentingnya
ketaatan dapat kita pahami dimasa pandemic ini, dimana jutaan orang didunia
harus mati, dan jutaan yang mengalami penderitaan karena terinfeksi atau
terdapak dari covid-19, mengapa covid-19 begitu cepat menyebar? karena sebab yaitu “tidak taat”. Negara yang selamat dan berhasil mengatasi pancemic covid-19 adalah negara
yang warganya cenderung taat kepada protocol Kesehatan yang dianjurkan
pemerintahnya!
Ada
berbagai macam latar belakang seseorang menjadi taat, hal ini menunjukkan bahwa
ketataan memiliki tingkatan yang menuju kesempurnaan. Ketaatan Kristen memiliki
tingkat yang tertinggi dimana panutan dan patron utama adalah “ketaatan
Kristus”.
Demikian beberapa
motofasi dan factor pendorong ketaatan manusia:
1.
Takut.
Rasa
takut menjadi salah satu factor pendorong dan motofasi seseorang menjadi taat.
Baik takut akan akibat dari ketidak taatan, maupun takut kepada pribadi maupun lembaga
yang memberikan aturan atau menuntut ketaatan.
Rasa
takut adalah factor pendorong ketaatan yang paling rendah. Seperti ketaatan
orang pada aturan hukum yang dibuat oleh penjajah, walau tidak sesuai dengan
hati nurani atau kebanaran yang dipercayai, orang jajahan tetap taat karena rasa takut
tersebut.

2.
Hormat
Factor
kedua adalah rasa hormat. Rasa hormat adalah ketaatan yang dilakukan karena
otoritas yang ditaati berada diatas kita dan juga tanggung jawab mereka berada
diatas kita, dimana yang dihormati selalu lebih tua, lebih kuat, lebih
berotoritas.
Dalam
hukum Taurat diperintahkan untuk “menghormati dan taat kepada ayah ibu” sebab
memang otoritas orang tua diatas anak-anak mereka. Demikian juga perintah Allah
kepada isteri untuk “menghormati serta menaati suami” karena otoritas atau ordo
suami diatas isteri (Kristus, suami, isteri), demikianlah ordonya.
Orang
Kristen juga diperintahkan untuk “taat kepada pemerintah”, karena pemerintah
adalah wakil Allah didunia ini yang mengatur kemaslahatan manusia. Dan juga Allah
memberikan kuasa pedang kepada pemerintah untuk menghukum orang jahat.
Ketaatan orang percaya kepada pemerintah, karena ketaatan kepada Allah,
bukan karena takut kepada pemerintah. Tetapi ketika pemerintah tidak menjalankan kuasa dari Tuhan
lagi, maka orang Kristen harus lebih taat kepada Allah. Hal ini bukan
menganjurkan orang Kristen untuk menjadi pemberontak, tetapi harus menjalankan
fungssi kenabian kepada bangsanya.
Lembaga lain yang diperintahkan Allah untuk ditaati oleh orang percaya adalah para tuan kita, atau orang yang berada diatas kita, dimana para tuan tersebut yang berjaga-jaga atas jiwa kita, yang
setiap hari berpikir agar kita tetap kerja dan mendapat makan. Kita harus taat
karena hormat kita kepada mereka. Alkitab mengatakan: “Taatilah
pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas
jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan
itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab
hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. (Ibr 13:17).
3.
Kasih

karena
begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang
tunggal supaya setiap orang yang percaya tidak binasa, malainkan memperoleh
hidup kekal (Yoh. 3:16). Kasih menjadi motifasi Allah mengutus Yesus Kritstus, tetapi
“ketaatan” menjadikan proses pengurbanan Kristus diatas kayu salib sebagai
korban penebus dosa dapat terjadi.
Rasul
Paulus mengatakan: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan
diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Flp
2:8). Ketaatan Yesus Kristus kepada rencana Agung Bapa untuk menebus manusia,
bukan karena kemuliaan Bapa lebih dari Anak, tetapi karena Yesus mengasihi Bapa
dan mengasihi kita sekalian. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Yesus
karena ketaatan-Nya dan menganugerahkan kepada-Nya Nama diatas segala Nama.
Demikianlah
pentingnya ketaatan didunia ini. Ketaatan menentukan seluruh bidang kehidupan
manusia dapat berjalan, terutama dalam hal rohani. Tanpa ketaatan tidak ada
pertumbuhan rohani. Tanpa ketaatan maka hancurlah bangsa. Tanpa ketaatan maka
kacaubalaulah keluarga.
Selain
penting, ketaatan juga adalah dimanis, yang diukur dengan motifasi dan factor
pendorong dari ketaatan itu sendiri. Yesus Kristus menunjukkan kepada kita
suatu ketaatan pada tingkat yang tertinggi dan juga memerintahkan kita untuk
menempuh jalan itu.
Mengetahui
dan mengenal dasar ketaatan, bertujuan agar orang percaya dapat menempatkan ketatan menurut porsi
masing-masing kepada siapa ketaatan itu ditujukan, dan menilai
apakah ketaatan kita telah berada pada tingkat yang seharunya.
Tuhan
Yesus berkata kepada orang Farisi yang mencobainya dengan pertanyaan, apakah
diperbolehkan membayar pajak kepada kepada Kaisar atau Tidak? Tuhan Yesus
menjawab: berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar
dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan pada Allah (Mat. 22: 21).
Apa
yang Tuhan Yesus maksudkan dengan jawaban-Nya itu adalah: “berikan ketaatan yaitu pada Allah dan pemerintah menurut porsinya masing-masing.
Demikian juga apakah kita telah “taat” pada Allah karena “kasih” atau hanya
sebatas takut?. Apakah anak-anak kita
telah telah taat kepada kita, hanya
sebatas takut dan hormat, atau karena mereka mengasihi kita sebagai orang tua
mereka?
Takut, hormat dan kasih adalah alat ukur bagi kita untuk menilai ketaatan kita sekalian, dan tentu ketiga motifasi dan penyebab ketaatan itu akan menentukan kualitas ketaatan kita.
Takut, hormat dan kasih adalah alat ukur bagi kita untuk menilai ketaatan kita sekalian, dan tentu ketiga motifasi dan penyebab ketaatan itu akan menentukan kualitas ketaatan kita.
Ketaatan
orang percaya kepada Allah adalah ketaatan karena kasih dan akibat kasih itu
adalah kemerdekaan, ketaatan dalam kerelaan, ketaatan dalam kebenaran.
Ada dua orang ke gereja, keduanya sama-sama taat, tetapi yang satu, taat karena takut dan yang satunya lagi adalah karena kasih, maka dampak dari kedua orang ini adalah berbeda. Orang yang taat hanya karena takut, tidak pernah akan mengalami sukacita dan kemerdekaan dalam melakukan tugasnya untuk beribadah, dan pasti jiwanya tidak akan pernah mengalami kepuasan. Ia akan pergi dan pulang dari ibadah dengan keadaan yang sama tanpa perubahan. Tetapi orang yang melakukan tanggung jawab agama karena kasih kepada Allah akan mengalami kemerdekaan, kepuasan rohani dan tentunya ada perubahan ke arah Kristus. Kedua hal ini sangat sulit dibedakan satu dengan yang lain, tetapi dampaknya akan sangat jauh berbeda.
Ada dua orang ke gereja, keduanya sama-sama taat, tetapi yang satu, taat karena takut dan yang satunya lagi adalah karena kasih, maka dampak dari kedua orang ini adalah berbeda. Orang yang taat hanya karena takut, tidak pernah akan mengalami sukacita dan kemerdekaan dalam melakukan tugasnya untuk beribadah, dan pasti jiwanya tidak akan pernah mengalami kepuasan. Ia akan pergi dan pulang dari ibadah dengan keadaan yang sama tanpa perubahan. Tetapi orang yang melakukan tanggung jawab agama karena kasih kepada Allah akan mengalami kemerdekaan, kepuasan rohani dan tentunya ada perubahan ke arah Kristus. Kedua hal ini sangat sulit dibedakan satu dengan yang lain, tetapi dampaknya akan sangat jauh berbeda.
Ambil
contoh lain ketaatan: dimasa pandemic covid-19 ini, semua warga dunia dan khususnya
warga Indonesia di himbau untuk menaati “the new normal/tatanan hidup baru”
yaitu menggunakan masker ketika mereka berada di area public, menjaga jarak
pribadi dan rajin mencuci tangan dengan sabun.
Protocol
Kesehatan atau new normal adalah aturan yang diterapkan pemerintah dengan
tujuan memutus penularan covid-19, tetapi kita menyaksikan bahwa banyak orang
yang tidak taat dengan aturan ini, baik karena keras kepala, tidak peduli, atau
karena malas, dan berbagai macam alasan lainnya.
Kita
menyaksikan orang yang sudah memakai masker, tetapi maskernya bukan untuk
menutup mulut dan hidung, agar tidak terjadi droplet, tetapi dipakai menutup
dagu. Inilah orang yang kita golongkan orang yang taat karena “takut”.
Ada orang yang hanya memakai masker dan jaga jarak fisik hanya ditempat yang diawasi pemerintah, ini kita golongkan sebagai orang yang taat hanya karena takut dan hormat kepada pemerintah.
Ada orang yang hanya memakai masker dan jaga jarak fisik hanya ditempat yang diawasi pemerintah, ini kita golongkan sebagai orang yang taat hanya karena takut dan hormat kepada pemerintah.
Tetapi bagi orang yang ketaatannya karena motifasi kasih ketika berada di luar, ia akan jaga jarak fisik, memakai masker, dan
ketika kita pulang ke rumah, maka ia akan langsung ke kamar mandi, melepas
dan langsung merendam sabun semua pakaiannya dengan sabun, mandi dengan bersih menggunakan
sabun, setelah itu baru ia akan dekat dengan anak dan isteri atau sebaliknya. ia tak
perlu diawasi, tak perlu ditegur, semua karena kesadaran sendiri, tentu bukan
karena takut, tetapi
karena ia “kita mengasihi anak dan istri serta seluruh orang yang berada di dalam rumahnya”, Ia ingin mereka sehat, ia tidak ingin
menulari mereka, ia akan lebih sakit kalau mereka tertular. Itulah sebabnya
mengapa “taat” karena kasih adalah ketaatan tertinggi.
Andai
saja kasih itu ada dalam semua hati dan pikiran warga Indonesia, maka “pandemic
ini akan segera berlalu”, semua manusia mengasihi sesamanya, tidak ingin
sesamanya tertular karena dirinya, semua ingin manusia lainnya sehat, maka kita pasti akan menyaksikan ketaatan dalam kerelaan, damai, ketaatan dalam
tanggung jawab terhadap sesama dan lingkungan. Marilah kita taat kepada Allah karena kasih, sebagaimana ketaatan
Kristus, dan berikanlah ketaatan kita kepada tuan dan bos kita dan
kepada pemerintah menurut porsinya masing-masing.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: