Sabtu, 13 Juni 2020

TAAT (Flp 2:1-11)



Kata taat demikian penting, tetapi apakah kita pernah memikirkan dengan sungguh-sungguh kata ini? mengapa kata ini dapat menentukan nasib dunia? Alkitab mengatakan: Jadi sama seperti oleh ketidaktaatan satu orang semua orang telah menjadi orang berdosa,  demikian pula oleh ketaatan  satu orang semua orang menjadi orang benar. (Rm 5:19). Kejatuhan manusia ke dalam dosa oleh satu satu sebab yang tidak akan ditolak oleh semua adalah “tidak taat” dan kesematan semua manusia tergantung kepada satu ketaatan “yaitu ketaatan Kristus”.

Taat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah: 1 senantiasa tunduk & patuh (kepada Tuhan, pemerintah, dan sebagainya). 2 tidak berlaku curang (setia) 3 saleh. Ketaatan menurut KBBI, lebih banyak mengandung unsur rohani.

Menurut Alkitab Perjanjian Lama, Taat diterjemahkan dari kata Ibrani שֵׁמַע (shema) yang mengangdung makna: "taat, mentaati, patuh, mematuhi, merespon, memperhatikan, menyimak, dengar, mendengarkan."

Shema adalah kata penting dalam ibadah Yahudi yaitu “shema Israel” seperti yang terdapat dalam Ulangan 6:4. Kata shema adalah pendahuluan dari liturgi Hukum Taurat: “dengarlah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”. Kata shema diucapkan dengan menyatakan kehendak, hasrat, instruksi, atau perintah. 
Makna שָׁמַע itu adalah "mengindahkan atau menaati atau mengabulkan" orang yang sedang berbicara. Jika kata shema diterjemahkan maka kemungkinan artinya adalah; Dengarlah, ingatlah, taatilah, patuhilah, tunduklah, pahamilah, perhatikanlah, responilah hai orang Israel: TUHAN itu Allah kita, TUHAN itu esa!”.

Kata Ibrani שָׁמַע shama, adalah mirip dengan kata kerja Yunani υπακουω (hupakuo) secara harfiah berarti "mendengar di bawah", yaitu mendengar dengan sikap tunduk atau melayani (seperti di Kisah 12:13). Istilah lain yang mengandung makna ketaatan adalah πείθω peitho yang artinya "membujuk" (Matius 27:20), yang adalah kata kerjanya, dalam bentuk pasif dan medial, tidak hanya berarti diyakinkan (Lukas 16:31), menaruh kepercayaan (Matius 27:43), percaya (Kisah 17:4), tetapi juga mengindahkan (Kisah 5:40), menaati (Kis 5:36, 37). Dari istilah itu muncul bentuk negatifnya, yaitu: ἀπειθέω (apeitho) yang artinya "tidak percaya" (Kisah 14:2; 19:9) atau "tidak taat" [Yoh 3:36]. 

 Perjanjian Baru (PB) juga memakai kata εισακουω (eisakuo) dalam makna 'taat', harfiah berarti 'mendengar ke dalam' (1 Korintus 14:21). υποτασσω (hupataso), tunduk dibawah, taat, dan πειθαρχεω (pheitraxeo) taat (taat kepada perintah/ peraturan atasan).  

Pentingnya ketaatan dapat kita pahami dimasa pandemic ini, dimana jutaan orang didunia harus mati, dan jutaan yang mengalami penderitaan karena terinfeksi atau terdapak dari covid-19, mengapa covid-19 begitu cepat menyebar? karena sebab yaitu “tidak taat”. Negara yang selamat dan berhasil mengatasi pancemic covid-19 adalah negara yang warganya cenderung taat kepada protocol Kesehatan yang dianjurkan pemerintahnya!

Ada berbagai macam latar belakang seseorang menjadi taat, hal ini menunjukkan bahwa ketataan memiliki tingkatan yang menuju kesempurnaan. Ketaatan Kristen memiliki tingkat yang tertinggi dimana panutan dan patron utama adalah “ketaatan Kristus”.  

Demikian beberapa motofasi dan factor pendorong ketaatan manusia: 


1.    Takut.

Rasa takut menjadi salah satu factor pendorong dan motofasi seseorang menjadi taat. Baik takut akan akibat dari ketidak taatan, maupun takut kepada pribadi maupun lembaga yang memberikan aturan atau menuntut ketaatan.

Rasa takut adalah factor pendorong ketaatan yang paling rendah. Seperti ketaatan orang pada aturan hukum yang dibuat oleh penjajah, walau tidak sesuai dengan hati nurani atau kebanaran yang dipercayai, orang jajahan tetap taat karena rasa takut tersebut.

Ketaatan karena rasa takut dapat terjadi kepada siapapun dan dimanapun, dapat terjadi dalam rumah tangga oleh isteri kepada suami, atau anak-anak kepada orang tua, atau bahkan terjadi di gereja oleh jemaat kepada Allah. Ambil contoh banyak orang taat untuk memberikan persepuluhan bukan karena syukur, tetapi karena takut miskin, takut Allah tidak memberkati lebih, atau juga mungkin pendeta sengaja menakut-nakuti untuk meningkatkan pendapatan.





2.    Hormat

Factor kedua adalah rasa hormat. Rasa hormat adalah ketaatan yang dilakukan karena otoritas yang ditaati berada diatas kita dan juga tanggung jawab mereka berada diatas kita, dimana yang dihormati selalu lebih tua, lebih kuat, lebih berotoritas.

Dalam hukum Taurat diperintahkan untuk “menghormati dan taat kepada ayah ibu” sebab memang otoritas orang tua diatas anak-anak mereka. Demikian juga perintah Allah kepada isteri untuk “menghormati serta menaati suami” karena otoritas atau ordo suami diatas isteri (Kristus, suami, isteri), demikianlah ordonya.

Orang Kristen juga diperintahkan untuk “taat kepada pemerintah”, karena pemerintah adalah wakil Allah didunia ini yang mengatur kemaslahatan manusia. Dan juga Allah memberikan kuasa pedang kepada pemerintah untuk menghukum orang jahat.

Ketaatan orang percaya  kepada pemerintah, karena ketaatan kepada Allah, bukan karena takut kepada pemerintah. Tetapi ketika pemerintah tidak menjalankan kuasa dari Tuhan lagi, maka orang Kristen harus lebih taat kepada Allah. Hal ini bukan menganjurkan orang Kristen untuk menjadi pemberontak, tetapi harus menjalankan fungssi kenabian kepada bangsanya.

Lembaga lain yang diperintahkan Allah untuk ditaati oleh orang percaya adalah para tuan kita, atau orang yang berada diatas kita, dimana para tuan tersebut yang berjaga-jaga atas jiwa kita, yang setiap hari berpikir agar kita tetap kerja dan mendapat makan. Kita harus taat karena hormat kita kepada mereka. Alkitab mengatakan: “Taatilah pemimpin-pemimpinmu dan tunduklah kepada mereka, sebab mereka berjaga-jaga atas jiwamu, sebagai orang-orang yang harus bertanggung jawab atasnya. Dengan jalan itu mereka akan melakukannya dengan gembira, bukan dengan keluh kesah, sebab hal itu tidak akan membawa keuntungan bagimu. (Ibr 13:17).



3.    Kasih

Kasih adalah motifasi dan factor pendorong tertinggi dan termurni dari ketaatan. Kasih adalah sebagaimana didefinisikan dalam I Kor. 13. adalah ketaatan dalam kemerdekaan &  ketulusan.

karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini sehingga Ia mengaruniakan anak-Nya yang tunggal supaya setiap orang yang percaya tidak binasa, malainkan memperoleh hidup kekal (Yoh. 3:16). Kasih menjadi motifasi Allah mengutus Yesus Kritstus, tetapi “ketaatan” menjadikan proses pengurbanan Kristus diatas kayu salib sebagai korban penebus dosa dapat terjadi.

Rasul Paulus mengatakan: “Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Flp 2:8). Ketaatan Yesus Kristus kepada rencana Agung Bapa untuk menebus manusia, bukan karena kemuliaan Bapa lebih dari Anak, tetapi karena Yesus mengasihi Bapa dan mengasihi kita sekalian. Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Yesus karena ketaatan-Nya dan menganugerahkan kepada-Nya Nama diatas segala Nama.



Demikianlah pentingnya ketaatan didunia ini. Ketaatan menentukan seluruh bidang kehidupan manusia dapat berjalan, terutama dalam hal rohani. Tanpa ketaatan tidak ada pertumbuhan rohani. Tanpa ketaatan maka hancurlah bangsa. Tanpa ketaatan maka kacaubalaulah keluarga.

Selain penting, ketaatan juga adalah dimanis, yang diukur dengan motifasi dan factor pendorong dari ketaatan itu sendiri. Yesus Kristus menunjukkan kepada kita suatu ketaatan pada tingkat yang tertinggi dan juga memerintahkan kita untuk menempuh jalan itu.

Mengetahui dan mengenal dasar ketaatan, bertujuan agar orang percaya dapat menempatkan ketatan menurut porsi masing-masing kepada siapa ketaatan itu ditujukan, dan menilai apakah ketaatan kita  telah berada pada tingkat yang seharunya.

Tuhan Yesus berkata kepada orang Farisi yang mencobainya dengan pertanyaan, apakah diperbolehkan membayar pajak kepada kepada Kaisar atau Tidak? Tuhan Yesus menjawab: berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan pada Allah (Mat. 22: 21).

Apa yang Tuhan Yesus maksudkan dengan jawaban-Nya itu adalah: “berikan ketaatan yaitu pada Allah dan pemerintah menurut porsinya masing-masing. Demikian juga apakah kita telah “taat” pada Allah karena “kasih” atau hanya sebatas takut?. Apakah anak-anak kita telah telah taat kepada kita,  hanya sebatas takut dan hormat, atau karena mereka mengasihi kita sebagai orang tua mereka? 
Takut, hormat dan kasih adalah alat ukur bagi kita untuk menilai ketaatan kita sekalian, dan tentu ketiga motifasi dan penyebab ketaatan itu akan menentukan kualitas ketaatan kita.

Ketaatan orang percaya kepada Allah adalah ketaatan karena kasih dan akibat kasih itu adalah kemerdekaan, ketaatan dalam kerelaan, ketaatan dalam kebenaran. 
Ada dua orang ke gereja, keduanya sama-sama taat, tetapi yang satu, taat karena takut dan yang satunya lagi adalah karena kasih, maka dampak dari kedua orang ini adalah berbeda. Orang yang taat hanya karena takut, tidak pernah akan mengalami sukacita dan kemerdekaan dalam melakukan tugasnya untuk beribadah, dan pasti jiwanya tidak akan pernah mengalami kepuasan. Ia akan pergi dan pulang dari ibadah dengan keadaan yang sama tanpa perubahan. Tetapi orang yang melakukan tanggung jawab agama karena kasih kepada Allah akan mengalami kemerdekaan, kepuasan rohani dan tentunya ada perubahan ke arah Kristus. Kedua hal ini sangat sulit dibedakan satu dengan yang lain, tetapi dampaknya akan sangat jauh berbeda. 

Ambil contoh lain ketaatan: dimasa pandemic covid-19 ini, semua warga dunia dan khususnya warga Indonesia di himbau untuk menaati “the new normal/tatanan hidup baru” yaitu menggunakan masker ketika mereka berada di area public, menjaga jarak pribadi dan rajin mencuci tangan dengan sabun.

Protocol Kesehatan atau new normal adalah aturan yang diterapkan pemerintah dengan tujuan memutus penularan covid-19, tetapi kita menyaksikan bahwa banyak orang yang tidak taat dengan aturan ini, baik karena keras kepala, tidak peduli, atau karena malas, dan berbagai macam alasan lainnya.

Kita menyaksikan orang yang sudah memakai masker, tetapi maskernya bukan untuk menutup mulut dan hidung, agar tidak terjadi droplet, tetapi dipakai menutup dagu. Inilah orang yang kita golongkan orang yang taat karena “takut”. 
Ada orang yang hanya memakai masker dan jaga jarak fisik hanya ditempat yang diawasi pemerintah, ini kita golongkan sebagai orang yang taat hanya karena takut dan hormat kepada pemerintah.

Tetapi bagi orang yang ketaatannya karena motifasi kasih ketika berada di luar, ia akan jaga jarak fisik, memakai masker, dan ketika kita pulang ke rumah, maka ia akan langsung ke kamar mandi, melepas dan langsung merendam sabun semua pakaiannya dengan sabun, mandi dengan bersih menggunakan sabun, setelah itu baru ia akan dekat dengan anak dan isteri atau sebaliknya. ia tak perlu diawasi, tak perlu ditegur, semua karena kesadaran sendiri, tentu bukan karena takut, tetapi karena ia “kita mengasihi anak dan istri serta seluruh orang yang berada di dalam rumahnya”, Ia ingin mereka sehat, ia tidak ingin menulari mereka, ia akan lebih sakit kalau mereka tertular. Itulah sebabnya mengapa “taat” karena kasih adalah ketaatan tertinggi.

Andai saja kasih itu ada dalam semua hati dan pikiran warga Indonesia, maka “pandemic ini akan segera berlalu”, semua manusia mengasihi sesamanya, tidak ingin sesamanya tertular karena dirinya, semua ingin manusia lainnya sehat, maka kita pasti akan menyaksikan ketaatan dalam kerelaan, damai, ketaatan dalam tanggung jawab terhadap sesama dan lingkungan.  Marilah kita taat kepada Allah karena kasih, sebagaimana ketaatan Kristus, dan berikanlah ketaatan kita kepada tuan dan bos kita dan kepada pemerintah menurut porsinya masing-masing.









Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Kubersyukur Bapa   Banyak yang Kau perbuat Didalam hidupku Rancanga...