Firman Tuhan (Alkitab) telah begitu banyak merubah dunia. Dunia Barat adalah bukti perubahan itu, tetapi di abad 21 ini seiring bangkitnya sekulerisme dan Postmodernisme, Alkitab telah banyak ditinggalkan, gereja-gereja menjadi kosong, dikontrakkan, bahkan beberapa diantaranya berubah menjadi rumah ibadah agama lain.
Mengapa Alkitab diabaikan bahkan ditinggalkan? Karena Firman Tuhan dianggap sebagai penghalang keinginan daging zaman, sehingga kita menyaksikan perubahan-perubahan justru yang mengarah kepada kemerosotan moral, etik, semangat kerja.
Dalam Survei Sosial Umum 2018 tentang sikap masyarakat AS, "tidak ada agama" menjadi grup tunggal terbesar, mengalahkan jumlah penganut Kristen evangelis. Mengapa semua ini terjadi? Tentu bahwa hal yang mendasar dalam iman Kristen yaitu “Firman Tuhan” yang menjadi dasar dan pondasi iman gereja, telah diabaikan.
Voltaire, filsuf Prancis abad ke-18, yang menulis: "Jika Tuhan tidak ada, maka sangat perlu untuk menciptakannya”. Berbeda dengan pergeseran agama, Menciptakan Tuhan, tidak pernah berjalan secara frontal atau revolusi, tetapi berjalan secara perlahan. Pertama, menciptakan denominasi, model gereja, pemilihan suatu focus liturgis untuk menjadi identitas, dan akhirnya konsep allah yang sesuai selera. Mengapa semua ini dapat terjadi? Karena firman Tuhan telah diabaikan sedemikian rupa, sehingga pada akhirnya Kristus yang diberitakan di mimbar-mimbar gereja, bukan lagi Kristus yang diceritakan Alkitab, tetapi Kristus yang disesuaikan dengan selera jaman dan selera jemaat.
Dampak-pengabaian dan penolakkan terhadap Firman Tuhan?
1. Firman tidak lagi menadi dasar dari semua kegiatan agama.
Semua agama selalu memiliki claim eksklusif bahwa hanya dirinya satu-satunya yang benar, hanya dalam agama itu jalan keselamatan, bahkan calim-claim yang lain, seperti ‘agama damai dan lain sebagainya, tetapi kita dapat menilai semua claim itu berdasarkan “apa yang tersurat dan tersirat dalam kitab suci setiap agama”.
Gereja dan iman Kristen dibangun di atas batu karang yang teguh yaitu, firman Kristus. Hidup orang Kristen adalah kitab yang terbuka, tetapi bukan Kitab Suci yang menjadi dasar kebenaran iman.
Gereja adalah persekutuan orang-orang kudus di sepanjang zaman dan di segala tempat. Tuhan Yesus mengandaikan Gereja dengan “tubuh, kawanan, bangunan (dimana Kristus sebagai Batu penjuru). Kita ambil contoh bangunan. Yang terpenting pada bangunan adalah “dasarnya”, jika dasarnya bengkok maka bengkoklah bangunan, jika dasarnya tidak kokoh maka bangunan dapat retak dan runtuh.
Firman Tuhan adalah dasar dari Gereja & iman, itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus mengatakan, di atas batu karang ini Aku akan mendirikan Gereja-Ku”, dimana alam maut tidak dapat menguasainya.
Sejak pada Perjanjian Lama, Allah menegur Israel, mengabaikan & menghukum mereka karena mereka mengabaikan Firman-Nya, bahkan ibadah yang mereka lakukan dianggap sebagai kejijikan oleh Allah, karena mereka melakukan ibadah itu bukan untuk mendekati hadirat Allah untuk mendengarkan-Nya, tetapi hanya sebagai kewajiban agamis semata: jagalah llangkahmu, kalau engkau berjalan ke rumah Allah! Menghampiri untuk mendengar adalah lebih baik dari pada mempersembahkan korban yang dilakukan oleh orang-orang bodoh, karena mereka tidak tahu, bahwa mereka berbuat jahat. (Pkh. 5:1).
Firman Tuhan adalah dasar dari semua kegiatan agama, khususnya ibadah Kristen. Semua kegiatan agama yang tidak didasari oleh Firman dapat tersesat dan tidak dikenan Allah.
Doa adalah salah satu hal pokok dalam ibadah Kristen, tetapi tanpa kesukaan pada Firaman Allah, maka Allah tidak berkenan untuk menddengarkan, bahkan dimurkai Allah. ‘apabila mereka berseru-seru kepada-Ku, maka Aku tidak akan mendengarkan mereka’. (Yer: 11: 11).
Teguran Tuhan Yesus kepada Marta: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu : Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk.10:41). Tentu bahwa pelayanan yang dilakukan Marta adalah penting, tetapi ia mengabaikan yang menjadi dasar utama untuk melayani yaitu mendengar Firman.
2. Alkitab tidak lagi menjadi sumber kebijaksanaan orang beriman.
Bagai iman Kristen, Alkitab adalah Firman Allah, dan iman datangnya dari pendengaran akan Firman Kristus (Rom.10:17). Tuhan Yesus mengatakan bahwa: dari buahnya kita akan mengenal suatu pohon, bahwa tindakan kelakuan adalah hasil pikiran, dan pikiran adalah hasil dari apa yang diimani atau dipercayai, dengan demikian apa yang dilakukan seseorang berhubungan langsung dengan apa yang diimaninya.
Karena Alkitab adalah firman Allah, oleh karena itu Alkitab adalah kebenaran. Kebenaran Alkitab bukan karena diimani sebagai kebenaran, tetapi pada dasarnya Ia adalah kebenaran. Sampai saat ini, Alkitab tidak pernah salah dalam hal apapun.
Mengabaikan Alkitab, bukan saja mengabaikan firman Allah, tetapi juga mengabaikan Allah itu sendiri. Menolak kebenaran Alkitab adalah menolak Kristus dan Allah itu sendiri. “Barangsiapa mendengarkan kamu, ia mendengarkan Aku; dan barangsiapa menolak kamu, ia menolak Aku; dan barangsiapa menolak Aku, ia menolak Dia yang mengutus Aku. (Luk 10:16).
Kebanaran Alkitab terbukti telah merubah dunia, baik budaya, HAM. Pilitik (Politik etis yang pernah dilakukan Belanda di Indonesia, diinisiasi oleh seorang Pendeta Belanda yang menjadi Perdana Mentri Belanda yaitu: Abraham Kuyper), teknologi, seni dan lain sebagainya, tetapi ketika Alkitab yang adalah Firman Tuhan itu diabaikan, maka apa lagi yang menjadi hikmat yang menyebut diri mereka berhikmat? Sebagaimana Firman Tuhan melalui nabi Yeremia: “Orang-orang bijaksana akan menjadi malu, akan terkejut dan tertangkap. Sesungguhnya, mereka telah menolak firman TUHAN, maka kebijaksanaan apakah yang masih ada pada mereka?” (Yer 8:9).
Ketika orang beriman mengabaikan Alkitab, maka, jangankan menjadi ahli diberbagai bidang, untuk menjadi suami & istri saja mereka bermasalah. Jangankan menjadi pengusaha yang jujur dan adil, menjadi pegawai atau karyawan yang baik saja akan sulit terlaksana.
3. Diabaikan & ditolak Allah:
Sering kali kita samakan cinta Allah dengan cinta manusia berdosa. Sering kali ada pertanyaan: “enak mana, mencintai atau dicintai”? lalu banyak orang bodoh yang menjawab bahwa “enak dicintai”, karena apa? Mereka kira kalau dicintai maka mereka dapat berbuat apa saja kepada orang yang mencintai mereka dengan tulus.
Allah mencintai kita manusia berdosa, kasih itu berbeda dengan kasih manusia, berbeda dengan ketika manusia lainnya mencintai kita. Kasih Allah adalah kasih yang kudus, kasih yang tidak pantas diterima oleh manusia, atau dapat kita katakan bahwa “kasih Allah kepada kita adalah anugerah”.
Ketika Allah memutuskan untuk memilih dan mencintai seseorang, bukan berarti bahwa Allah tergantung kepada objek yang dicintai-Nya. Ia tidak tergantung kepada Israel, Ia tidak tergantung kepada kita, tetapi justru kita semakin tergantung kepada-Nya. Cinta-Nya tidak dapat dipermainkan.
Israel selalu merasa diri mereka sebagai bangsa yang istimewa, karena setatus mereka sebagai bangsa pilihan, mereka menganggap bahwa karena Allah memilih mereka dan mengasihi mereka, maka mereka bebas berbuat apa saja kepada Allah, toh Allah akan terus mencari mereka. karena penolakkan Israel kepada Firman Allah, maka Allah beralih kepada bangsa-bangsa lain sebagai Israel rohani. (Rm. 10:16-21).
Bagi manusia beriman, diabaikan Allah, dibiarkan Allah, ditolak Allah adalah suatu kebinasaan, sesuatu yang sangat menyakitkan. Itulah sebabnya mengapa Tuhan Yesus berseru di kayu salib: “Eli..Eli lama sabaktani”, karena demikian sakit ditinggalkan Allah.
Diabaikan Allah, yaitu Allah manarik pimpinan Roh-Nya kepada orang yang mengabaikan-Nya. Seperti Tuhan Yesus yang terus berupaya mengulurkan tangan-Nya kepada Yudas Iskaryot, tetapi ketika Yudas menerima roti dari Yesus di perjamuan terakhir dan kerasukkan: “Maka Yesus berkata kepadanya: "Apa yang hendak kauperbuat, perbuatlah dengan segera."(Yoh. 13: 27). Jika kita kita bahasakan kata-kata ini dalam kontek Surabaya, sama saja dengan mengatakan: “sak karepmu”.
Diabaikan dan ditolak Allah, sama dengan Allah manarik pemeliharaan-Nya dan perlindungan-Nya kepada kita. Pemazmur Daud menganggap pemeliharaan Allah adalah yang utama dalam dirinya, itulah sebabnya ia berkata: Janganlah menyembunyikan wajah-Mu kepadaku, janganlah menolak hamba-Mu ini dengan murka; Engkaulah pertolonganku, janganlah membuang aku dan janganlah meninggalkan aku, ya Allah penyelamatku! (Mzm 27:9)
Terakhir, bahwa diabaikan, dibiarkan dan ditolak Allah berarti, Allah menarik berkat-berkat-Nya. Tidak semua uang dan harta benda adalah berkat Allah. Ada uang dan harta benda yang justru menghancurkan orang yang memilikinya, tetapi berkat Allah selalu membawa damai sejahtera terhadap siapa Allah berkehendak memberikan-Nya. Firman Allah katakana: “Jadi tanah itu akan ditinggalkan mereka dan akan pulih dari akibat tahun-tahun sabat yang dilalaikan selama tanah itu tandus, oleh karena ditinggalkan mereka, dan mereka akan membayar pulih kesalahan mereka, tak lain dan tak bukan karena mereka menolak peraturan-Ku dan hati mereka muak mendengarkan ketetapan-Ku. (Im 26:43). Biarlah Firman Tuhan memerintah dalam hidup kita sekalian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: