Membaca adalah keharusan dunia berbudaya, sebab membaca adalah poin dasar bagi perkembaangan budaya manusia, oleh karena itu tidak perlu mencintai untuk membaca, tetapi jika mencintai pasti membaca.
Membaca semua buku tentu baik, tetapi tidak semua berguna, tetapi Firman Allah tentu dibutuhkan dan berguna bagi semua manusia. "Segala tulisan yang diilhamkan Allah memang bermanfaat untuk mengajar, untuk menyatakan kesalahan, untuk memperbaiki kelakuan dan untuk mendidik orang dalam kebenaran." (2Tim.3:16).
Alkitab walaupun bukan teks book, tetapi menjadi dasar utama dari iman, pemikiran, sosial, sejarah manusia, ilmu pegetahuan alam, ekologi, ekonomi, moral, etik, dan lain sebagainya. Kebenaran firman Tuhan adalah dasar kebenaran yang membuat kita mampu menyaring semua kebenaran yang lain dan semua disiplin ilmu lainnya, bahkan menjadi saringan, antithesis semua buku yang mengclaim dirinya, atau diclaim sebagai “firman” atau “kitab suci”.
Suatu saat seorang kakek dan cucu laki-lakinya yang masih sangat muda. Setiap pagi si kakek bangun lebih awal dan membaca Alkitab seperti biasanya. Cucu lelakinya yang melihat kebiasaan sang kakek, ingin sekali menirunya. Jadi mulailah si cucu bangun pagi dan membaca Alkitab. Suatu hari, sang cucu bertanya, “Kakek, aku mencoba membaca Alkitab seperti kakek tapi aku tidak dapat memahaminya. Apa yang baru aku baca dengan cepat pula aku melupakannya. Apa sih manfaat dari membaca Alkitab?” Dengan tenang kakek mengambil baskom tempat arang, yang sebelumnya sudah dilubangi sedikit bagian bawahnya, dan menjawabnya, “Bawalah baskom ini ke sungai, penuhi dengan air dan bawalah kembali”. Sang cucu melakukan seperti yang diperintahkan kakek. Tetapi semua air habis sebelum si cucu sampai di rumah. Sudah 3 kali percobaan tapi semua gagal dan kakek hanya tertawa. Dengan sisa tenaga yang ada si cucu berkata kepada kakek bahwa semua yang dia lakukan percuma saja alias sia-sia. Kata kakek, “Jadi menurutmu semua ini percuma?” Coba lihat baskom itu. Saat sang cucu melihat baskom bekas arang yang tadinya kotor sekarang sudah bersih. Dan dia baru menyadarinya.
Pentingnya Firman Tuhan dalam hidup orang percaya terungkap dalam perkataan Tuhan Yesus: “Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah.” (Matius 4:4), bahakan untuk menyatakan pentingnya Firman Allah, Tuhan Yesus memakai kata: ada tertulis, berarti Tuhan Yesus sendiri merujuk kepada Alkitab, bahkan ketika Ia menghalau cobaan di padang gurun, Ia berulang kali mengatakan “ada tertulis”.
Mengapa kita harus membaca dan mencintai Firman Tuhan?
1. Agar kita mengenal Allah dan mengimani-Nya.
Adakah orang yang mengenal Allah, tetapi tidak beriman kepada-Nya? Apakah seseorang yang sejak kecil menjadi Kristen, bahkan telah melayani dan suatu saat mereka berbalik meninggalkan Yesus, bahkan menjual Yesus dengan harga yang lebih murah dari pada harga Yudas menjual Yesus? Apakah mereka tidak beriman kepada Yesus atau tidak mengenal Yesus?
Iman adalah anugerah Allah, dan iman sejati hanya datang dari pendengaran Firman: Jadi, iman timbul dari pendengaran, dan pendengaran oleh firman Kristus. (Rm 10:17). Iman bukan didasarkan atas pengalaman dan mimpi, tetapi Firman Kristus. Pada akhirnya iman yang sejati akan mendasari seluruh kehidupan orang percaya, baik yang pernah ada dan terjadi di masa lalu, yang ada dan terjadi saat ini dan yang akan ada, bahkan yang diharapkan di masa depan atau bahkan di kekekalan, seperti kata penulis Ibrani: “Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan bukti dari segala sesuatu yang tidak kita lihat”. (Ibr 11:1).
Menurut Alkitab: Iman mendahului pengertian, atau iman menuntun kepada pengetahuan, iman menuntun kepada pengenalan, sebagaimana tertulis dalam Surat Ibrani katakan: “Tetapi tanpa iman tidak mungkin orang akan berkenan kepada Allah. Sebab barang siapa berpaling kepada Allah, ia harus percaya bahwa Allah ada, dan bahwa Allah memberi upah kepada orang yang sungguh-sunggguh mencari Dia. (Ibr. 11:6).
Iman itu hidup, ia memiliki dunameis, itulah ia diandaikan dengan benih, ia harus bertumbuh menjadi pohon yang kuat dan akhirnya menghasilkan buah disegala musim. Fenomena iman yang gagal, atau orang yang meninggalkan Yesus Kristus adalah fakta bahwa mereka tidak bertumbuh seperti yang diharapkan, entah itu karena motifasi mereka salah, seperti kata Tuhan Yesus: “…..Aku berkata kepadamu, sesungguhnya kamu mencari Aku, bukan karena kamu telah melihat tanda-tanda, malainkan karena kamu telah makan roti itu dan kamu kenyang” (Yoh. 6: 26). Atau karena pergumulan hidup dan lain sebagainya: “Beberapa orang telah menolak hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka” (1Tim 1:19).
Fenomena iman yang gugur dapat kita pahami dari perumpamaan Tuhan Yesus akan benih yang tumbuh, bahwa pada dasarnya iman mereka tidak mengalami pertumbuhan yang seharusnya. Dalam perumpamaan seorang penabur, kita menyaksikan bagaimana perjalanan iman seseorang, ada yang imannya tidak pernah tumbuh meski kepadanya telah ditabur benih Firman, ada yang tumbuhnya sebentar saja, ada yang tumbuhnya agak lama, karena ia ditabur ditanah yang suburtetapi tumbuh bersama ilalang yang menghimpitnya.
Permasalahan utama dari gugurnya iman yaitu bahwa iman itu tidak bertumbuh karena tidak membaca dan terus mendengar Firman Allah, yang menuntun mereka kepada pengenalan akan Allah yang lebih akrab, benar, dan dewasa, sehingga iman mereka bertambah-tambah kuat. Hosea 4:6a “Umat-Ku binasa karena tidak mengenal Allah”
Pengenalan akan Allah hanya melalui mendengar, membaca Firman Tuhan, yang melibatkan seluruh keberadaan kemanusiaan kita, tentunya bukan hanya sekedar melibatkan intelektual kita, tetapi perasaan, dan pengalaman hidup.
Pengenalan itu akan efektif hanya jika Roh Kudus menolong kita sekalian, oleh karena itu kita mengenal doa epiklese. Untuk bisa mengenal Allah bukan tergantung seberapa tinggi IQ atau tingkat kepintaran kita, tetapi berapa taat dan berapa rendah hati kita untuk mau dituntun dan dipimpin oleh Roh Kudus. (Yoh 14: 26).
Untuk mengenal Allah, tidak cukupkah dengarkan khotbah? Bapa Gereja Agustinus mengatakan: “ketika engkau berdoa, maka engkau berbicara kepada Allah, tetapi ketika engkau membaca Alkitab, Allah sedang membaca kepadamu”.
Alkitab adalah Firman Allah, maka Alkitab memiliki ennerancy dan infallibility (tidak salah dan tidak mungkin salah). Alkitab adalah kebenaran kekal Allah. Manusia siapapun dia, memiliki keterbatasan dan kemungkinan salah atau subjektif. Keterbatasan itu termaksud pikiran dan waktu mengajar anda, tetapi ketika anda memiliki Alkitab dan setia membacanya, maka keterbatsan-keterbatasan seorang pengkhotbah, tidak menyertainya,
Jika kita memiliki kesadaran bahwa “Alkitab itu nafas hidup Allah”, maka kita juga harus memiliki kesadaran bahwa Firman itu “Injil adalah kekuatan Allah” (Rom.1:16), dia hidup dan pertolongan Roh Kudus akan membuat kita memahami maksud Allah yang ditujukan kepadamu secara pribadi.
Kita tidak mungkin mengenal Allah tanpa melihat penyataan-Nya, Ia mewahyukan diri-Nya kepada kita yaitu wahyu umum yaitu alam semesta, dimana wahyu ini tidak akan pernah efektif melahirkan iman, dan wahyu khusus yaitu lewat Firman-Nya yang tertulis dan Firman yang menjadi manusia, inilah yang efektif melahirkan iman dan menguatkan iman sampai pada akhirnya.
2. Membimbing kita dalam keputusan hidup sehari-hari.
Apakah Firman Tuhan dapat membuat kita bertambah pandai berjualan, sehingga jualan kita menjadi laku? Apakah membaca Alkitab dapat membuat kita lebih pandai dalam hal menggambar atau menghitung kekuatan konstruksi bangunan? Apakah membaca Alkitab dapat membuat kita tambah pandai dalam mendampingi anak-anak belajar daring? Tentu tidak! Tetapi Alkitab dapat membuat kita menjadi pedagang yang Tangguh dan jujur, menjadi seorang pembangun konstruksi yang jujur yang tidak menguragi kualitas, menjdi orang tua yang sabar.
Kesaksian: Suatu saat saya harus berhadapan dengan kesewenang-wenangan dosen, saya berkeras bahwa saya harus melawan mereka dengan kata-kata, tetapi pagi hari sebelum saya berangkat bertemu dengan mereka, saya membaca kitab Ayub yang mengatakan: “apakah dengan tinggal diam kebenaranmu akan hilang?” ini adalah pengalaman subjektif, tentu bagi setiap orang akan berbeda-beda, karena berbeda-beda pula permasalahan yang dihadapi orang beriman.
Hidup keseharian itu menyangkut: Bukan bagaimana menjadi sekretaris, menjadi teknokrat, ekonom, dll tetapi bagaimana pikiran terhadap kerja dan bagaimana bekerja secara jujur. Hidup keseharian adalah bagaimana menjadi suami dan ayah yang baik. Hidup keseharian adalah bagaimana menjalani hari sebagai orang jujur dan benar. Alkitab mengatakan: “Janganlah engkau lupa memperkatakan kitab taurat ini, tetapi renungkanlah itu siang dan malam, supaya engkau bertindak hati-hati sesuai dengan segala yang tertulis di dalamnya, sebab dengan demikian perjalananmu akan berhasil dan sengkau akan beruntung”. (Yosua 1:8).
Injil adalah kekuatan Allah yang menyelamatkan “orang benar akan hidup oleh iman”. Jelas bahwa Alkitab mengatakan kepada kita sekalian, seseorang yang tidak hidup dengan benar, karena mereka tidak membaca dan tidak mengamalkan firman dalam hidup keseharian.
Hidup kita penuh dengan keputusan-keputusan. Keputusan-keputusan yang kurang penting, maupun keputusan yang penting. Bila prinsip-prinsip Allah dikenal dengan baik oleh seorang Kristen, hal ini mempermudah dia untuk membuat keputusan. Itulah apa yang dimaksud oleh Firman Allah yang berbunyi” FirmanMu itu pelita bagi kakiku dan terang bagi jalanku” (Maz 119:105).
Prinsip-prinsip Allah dipakai sebagai petunjuk dalam membuat keputusan-keputusan. Jadikanlah Alkitab sebagai standart hidup, kompas yang memberikan petunjuk arah, nasihat untuk membuat keputusan-keputusan yang baik, dan patokan untuk menilai segala sesuatu, maka hidup anda akan bahagia dan berhasil.
3. Agar kita mengasihi Allah.
Rasul Petrus dan Rasul Paulus memiliki pemikiran mengenai pokok penting dari kebenaran Injil yaitu iman pengharapan dan kasih dan yang terbesar diantaranya adalah kasih. (I Kor.13: 13; I Ptr. 1: 3-12).
Mengapa kasih lebih utama dari kedua poin utama lainnya? Alkitab mengatakan: Allah adalah kasih”. Oleh karena itu, hukum utama dan pertama dalam iman Israel dan Kristen adalah “mengasihi Allah dan sesama”. (Mat.22: 34-40).
Iman adalah anugerah Allah sebagai jalan bagi manusia untuk memperoleh hidup kekal, tetapi kasih adalah tujuan dari hidup kekal. Iman akan berakhir ketika segala sesuatu telah dinyatakan ketika Kristus datang yang kedua kali, tetapi kasih itu kekal. Pada mulanya Allah adalah kasih dan pada akhinya adalah agar semua manusia mengasihi Dia.
Bagaimana mungkin seseorang dapat mengasihi pribadi yang tidak pernah dilihatnya? Bagaimanakah cara agar orang percaya mengasihi Allah dan Kristus? Sementara mereka tidak pernah melihat Allah dan Kristus? Rasul Petrus mengatakan: “Sekalipun kamu belum pernah melihat Dia, namun kamu mengasihi-Nya. kamu percaya kepada Dia, sekalipun kamu sekarang tidak melihata-Nya. kamu bergembira karena sukacita yang mulia dan yang tidak terkatakan”. (I Ptr. 1: 8).
Utnuk dapat mengasihi Kristus maka harus mengenal Dia dan memahami bagaimana karya pengorbanan penebusan dosa yang dilakukan-Nya, dan semua itu hanya dapat kita ketahui dan alami lewat Firman-Nya. Pada ayat 11 dijawab sendiri oleh penulis bahwa “mereka meneliti” berita Injil yaitu hal-hal yang ingin diketahui oleh para malaikat.
Tuhan Yesus mengatakan: “jikalau kamu mengasihi Aku, kamu akan menuruti segala perintah-Ku” (Yoh. 14: 15). Kita tidak mungkin menuruti perintah Kristus, kalau kita tidak membaca Firman-Nya.
Jayalah kiranya Firman Allah, dan kiranya Firman Allah memerintah dalam hati kita, merubah dan memberkati kita. Amin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: