Sabtu, 04 Juli 2020

Menyingkapi Sengsara

Menyingkapi Sengsara
Yak. 1: 1-27


Ketika covid 19 mulai merebak di Wuhan, berbagai macam tanggapan yang berunculan untuk menyingkapi masalah ini. Seorang pengkhotbah Islam yang sangat terkenal saat ini di Indonesia menyatakan bahwa, covid 19 adalah ‘tentara Allah” untuk menghantam pemerintah Cina, karena pemerintah Cina selama ini mengdiskriminasi orang Islam Hui. Tetapi kemudian beberapa saat covid 19 ini juga sampai ke Arab Saudi yang notabene dimana “baitullah (rumah Allah Islam)” berada, pengkhobah tersebut diam dan tidak ada penjelasan selanjutnya.
Ketika Tsunami melanda Aceh, banyak orang Kristen yang mengatakan bahwa Allah sedang menghukum orang Aceh, karena sering menganiaya Gereja. Apakah Allah orang Kristen seperti demikian?
Covid 19 adalah masalah dunia yang menciptakan masalah-samalah lainnya. Ada masalah yang tersorot dan ada yang diabaikan, walau disaat yang lalu hal itu adalah hal penting, tetapi saat ini, hal itu diabaikan, contohnya demokrasi, kebangkrutan universitas, runtuhnya ekonomi dunia, dan banyak penderitaan lainnya.
Focus kita saat ini yaitu, bagaimana kita menyingkapi kesusahan, penderitaan, dan sengsara menurut iman Kristen. Hal pertama untuk menyingkapi mesalah itu adalah mengenali penyebab kesusahan, penderitaan dan sengsara itu. Mengenal sebab penderitaan, kesusahan dan sengsara agar orang percaya tepat dalam bersikap terhadap sengsara berdasarkan sebab datangnya sengsara itu sendiri. Demikian beberapa penyebab kesusahan, penderitaan dan sengsara:

a.    Dosa.
Jika dosa adalah salah satu penyebab utama “penderitaan & sengsara” yang dialami semua  manusia di muka bumi ini, Alkitab mengatakan: “semua manusia telah berdosa dan kehilangan kemuliaan Allah” (Rom. 3:23). Jika demikian, maka semua manusia tidak terlepas dari semua upah dosa yaitu “maut” (Rom.6: 23), tetapi dari upah dosa itu Allah berkehendak untuk mengampuni orang-orang percaya atas upah dosa yang terbesar yaitu maut.
Sebagaimana Allah adalah Allah yang penuh kasih, maka kasih Allah ada yang bersifat umum dan ada yang bersifat khusus. Kasih Allah yang bersifat khusus adalah Allah memilih orang-orang tertentu untuk diselamatkan.
Hanya keselamatan yang merupakan kasih Allah yang bersifat khusus, yang lainnya adalah bersifat umum, dimana Allah memberikan hujan kepada orang beriman dan kepada orang yang tidak beriman.
Dosa membuat manusia dan dunia terkutuk dan tidak lepas dari pencobaan, sebab dunia sedang terjual dalam kekuasaan si pencoba, bahkan Tuhan Yesus tidak lepas dari pencobaan itu.
Dunia yang berdosa ini tidak lepas dari penderitaan & sengsara, termaksud orang beriman. Bahkan kesenangan & kekayaan, jika itu datangnya dari Iblis, juga adalah bagian dari pencobaan itu sendiri.
Penderitaan & sengsara dalam dunia berdosa ini, kadang datang dari bencana alam, wabah, dan manusia itu sendiri, bahkan hewanpun tidak lepas dari kutukan dosa yaitu sakit bersalin (Rom. 8:23).
Didalam dunia yang berdosa ini, Allah berkehendak mengampuni dan menyelamatkan setiap orang yang percaya, sehingga mereka terlepas dari upah dosa yang terakhir yaitu maut (Rom. 5: 15-17; I Kor. 15: 26), oleh karena itu, orang beriman memiliki pengharapan, walau untuk sepanjang hidup mereka, mereka masih mendapat imbas dari dunia yang berdosa dimana kita berada saat ini. Bagi setiap kita yang telah diselamatkan, hendaknya tidak lagi hidup didalam dosa.

b.    Si Pencoba.
Pencobaan adalah tindakan yang dilakukan oleh oknum tertentu yaitu iblis dan sasaran yang khusus yaitu orang beriman. Iblis tidak perlu mencobai orang yang tidak beriman, sebab orang yang tidak beriman sudah berada dalam kuasanya.
Pencobaan tidak mungkin datang dari Allah, sebab Allah tidak mencobai (Yak. 1: 13). Mengapa Allah tidak mencobai? Sebab tidak ada kegelapan dalam Allah. Kegelapan apa yang dimaksud? Pencobaan bertujuan menjatuhkan seseorang dan bertujuan membuat seseorang terkungkung dalam penderitaan.
Pencoba tidak maha tahu, tetapi Allah maha tahu. Allah tahu batasan seseoang, Allah tahu batasan kemampuan seseorang, Ia tidak perlu mencobai untuk tahu, berbeda dengan Iblis. Allah juga tidak menghendaki kebinasaan manusia, termaksud orang berdosa.
Iblis disebut pencoba dan pencoba adalah pekerjaannya. Segala sesuatu yang stabil berupaya digoncangnya agar jatuh, bahkan orang percaya yang berada dalam lindungan Allah, selalu diupayakan agar iman mereka gugur (Luk. 22: 31-34). Semakin seseorang beriman dan posisi mereka dalam persekutuan orang beriman penting, maka mereka akan menjadi fakus sasaran Iblis (Mat. 6: 13; 26: 41). 
Kita mungkin bertanya, mengapa orang percaya, dimana Roh Allah ada dalam diri mereka, masih sering jatuh dalam pencobaan? Apakah Allah tidak melindungi orang percaya sehingga tidak jatuh dalam pencobaan?
Manusia berdosa karena jatuh dalam pencobaan iblis, bahkan itu ketika manusia belum berdosa, terlebih lagi ketika manusia telah berdosa dan akibat dari dosa itu ia dibuang dari Eden yaitu dunia yang telah jatuh kedalam dosa, dunia yang telah dikuasai dosa. Dalam dunia inilah, orang percaya yang diselamatkan dan orang berdosa yang belum diselamatka berada. Dunia yang berada dalam kekuasaan Iblis.
Kita sering kali ingin meminta kekhususan agar kita tidak berada dalam pencobaan, dan memang kita meminta hal itu dalam doa Bapa Kami, kita memintanya karena memang kita berada didunia ini yang terjual dalam kekuasaan Iblis.
Allah memang memberi kekususan yaitu tidak mungkin membiarkan kita berada dalam pencobaan yang membuat iman kita gugur dan binasa (I Kor. 10: 13; ), tetapi bukan pencobaan-pencobaan biasa yang dialami oleh semua mahluk yang berada dalam dunia yang berdosa.
Walau dunia terjual dalam kekuasaan si pencoba,  Allah tetap adalah yang tertinggi. Dalam cerita Ayub, Allah tetap memberikan batasan kepada Iblis ketika mencobai Ayub, yaitu tidak berkuasa mencabut nyawa Ayub. Demikian juga dengan orang pilihan Allah, yang dipilih untuk diselamatkan, Roh Kudus memastikan agar iman mereka tidak akan gugur dan karya keselamatan itu menjadi pasti.

c.     Kebodohan manusia itu sendiri.
Adakah manusia yang memilih untuk susah & Sengsara? Banyak! Mereka memilih untuk penderitaan itu.
Contoh:
Tetangga saya yg gagah, punya isteri yang cantik, dan punya 4 orang putri yang canti-cantik. Hidupnya tidak berlebihan, tetapi cukup, apa lagi dengan anak dan istri yang cantik, adalah cukup alasan untuk berbahagia. Tetapi dia memilih untuk selingkuh dengan janda yang Ponorogo yang secara fisik lebih jelek dan lebih tua dari istrinya. Mengenai janda itu lebih baik, aku melihat istrinya adalah wanita baik, bahkan rela menderita untuk keluarganya dan untuk suaminya.
Apa yang dilakukan oleh pria bodoh ini, bukan hanya menyusahkan dan menjadikan dirinya menderita, tetapi juga anak-anaknya dan isterinya menderita baik fisik dan psikis yang berkepanjangan.
Selain ada yang memilih, ada pula yang tidak tahu bahwa ia sedang melakukan kebodohan karena bodoh. Maka akibat dari kebodohan itu, entah karena keinginan, Hasrat, nafsu, telah banyak membuat orang menderita dan sengsara.

d.    Ujian.
Ujian dan pncobaan berbeda. Iblis adalah pencoba, sementara Allah adalah penguji. Ujian memiliki maksud kudus dan maksud mulia yaitu “kenaikan tingkat dan pemurnian iman” (Yes. 48: 10).
      Allah selain adalah Bapa yang baik, Ia juga adalah guru agung, yang mengajar setiap murid-murid-Nya dengan cara memberikan ujian kepada mereka. Guru yang baik akan memberikan soal ujian menurut tingkat kelas masing-masing murid. Tidak ada yang diuji diluar kemampuan mereka. Bagaimana mengetahui suatu batasan ujian, yaitu dengan melewati ujian itu.
      Sengsara, derita dan kesusahan bukan satu-satunya tetapi salah satu ujian yang Allah pakai, untuk menjadikan iman dan pribadi orang percaya timbul dari emas murni.
      Ujian yang diijinkan Allah terjadi dalam kehidupan orang beriman, tidak akan berlalu begitu saja, tanpa pemahaman, tanpa kedewasaan, walau ujian itu sampai pada kematian, hal itu tidak akan pernah sia-sia, hal itu akan dipahami oleh orang beriman yang menjalaninya, maupun oleh orang beriman lain yang menyaksikannya.
      Salah satu perbedaan ujian dan pencobaan yaitu: Allah tidak pernah menginginkan kematian orang-orang beriman dalam setiap ujian-Nya, tetapi pencobaan iblis, jika bisa, maka bertujuan kematian, jika bisa, maka kematian dalam kesesatan. (Mzm. 16: 10; Ayub. 2: 6).
Ketika Allah mengijinkan pencobaan terjadi dalam kehidupan Stefanus dan jemaat mula-mula, Pada mulanya jelas itu adalah rencana Iblis untuk menghambat pertumbuhan Gereja, tetapi ketika Allah mengijinkannya, maka itu adalah ujian iman yang terjadi dalam kehidupan Stefanus dan jemaat mula-mula, dimana orang-orang Yahudi menuduh Stefanus menghujat Allah dan Stefanus akhirnya dirajam batu hingga mati, itu adalah ujian terbesar bagi Stefanus karena ia harus mati.

Disinilah kita melihat perbedaan kedua dari ujian dan pencobaan yaitu, ujian akan selalu memurnikan iman dan juga membuahkan dan menguatkan iman orang percaya lainnya. Ketika Stefanus mati, hal itu terjadi dihadapan Paulus yang saat itu adalah seteru Allah dan orang-orang beriman, tetapi kematian Stefanus, justru menggangu pikiran Paulus, dan justru dari kematian itu, menjadi titik awal dan menjadi benih iman yang teguh dari Paulus. Itulah sebabnya mengapa dalam memberitakan Injil Paulus tidak pernah takut mati (Kis. 6: 8-7:60). 
Kesusahan, penderitaan dan sengsara adalah hal biasa yang terjadi dalam dunia yang berdosa ini (Rom. 8: 18-30). Demikian pula dengan nikmat, kesensenangan dan kekayaan, bisa dari Allah dan juga bisa dari Iblis datangnya (Luk. 4: 8).  
Demikianlah bagi setiap orang percaya, harus dapat membedakan antara “pencobaan dan ujian dari Allah”, mengetahui penyebab dari mana pencobaan itu datang adalah hikmat penting untuk menempatkan sikap terhadapnya. Berdoalah senantiasa  kepada Allah agar dijauhkan dari pencobaan, tetapi ketika hal itu terjadi, maka hanya bersama Allah kita bisa melewatinya dan mengalahkannya.
Ketika sengsara itu datangnya karena kebodohan dan dosa, maka marilah kita memohon ampun pada Allah dan bertobat. Ketika Allah mengijinkan ujian berupa sengsara dan penderitaan, maka ketahuilah bahwa Allah sedang  memurnikan kita seperti emas murni yang ditempa pada dapur sengara. Semua demi kebaikan kita.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

Liturgi Ibadah Minggu

  1.    Ajakan Beribadah: “carilah Tuhan selama Ia berkenan ditermui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat” (Yes. 55: 6). 2.    Lagu ...