Rabu, 08 Juli 2020

Renungan Doa Malam: Pencobaan VS Ujian.



Ujian dan pencobaan dua kata yang selalu dipergunakan dalam satu kesempatan di dalam Alkitab, oleh karena itu banyak orang Kristen menyamakan keduanya, walau kenyataan bahwa pencobaan dan ujian adalah jauh berbeda.
Membedakan ujian dan pencobaan adalah penting agar orang Kristen tidak tersesat dalam menyingkapi keduanya, sebab keduanya adalah bagian penting yang selalu muncul dalam dinamika iman.
Demikianlah perbedaan dari  pencobaan dan ujian. Menurut sumber, pencobaan adalah dari Iblis. Pencobaan adalah tindakan yang dilakukan oleh oknum tertentu yaitu iblis dan sasaran yang khusus yaitu orang beriman. Iblis tidak perlu mencobai orang yang tidak beriman, sebab orang yang tidak beriman sudah berada dalam kuasanya.
Pencobaan tidak mungkin datang dari Allah, sebab Allah tidak mencobai (Yak. 1: 13). Mengapa Allah tidak mencobai? Sebab tidak ada kegelapan dalam Allah. Kegelapan apa yang dimaksud? Pencobaan bertujuan menjatuhkan seseorang dan bertujuan membuat seseorang terkungkung dalam penderitaan, dan jika bisa, sampai seseorang memenuhi kematian dalam kesesatan. Istri Ayub berkata kepada Ayub: “kutukilah Allahmu dan matilah”, inilah yang dikehendaki Iblis.
Mengapa iblis mencobai? Sebab Iblis tidak maha tahu, tetapi Allah maha tahu. Allah tahu batasan seseoang, Allah tahu batasan kemampuan seseorang, Ia tidak perlu mencobai untuk tahu, berbeda dengan Iblis. Allah juga tidak menghendaki kebinasaan manusia, termaksud orang berdosa.
Iblis disebut pencoba dan pencoba adalah pekerjaannya. Segala sesuatu yang stabil berupaya digoncangnya agar jatuh, bahkan orang percaya yang berada dalam lindungan Allah, selalu diupayakan agar iman mereka gugur (Luk. 22: 31-34). Semakin seseorang beriman dan posisi mereka dalam persekutuan orang beriman penting, maka mereka akan menjadi fakus sasaran Iblis (Mat. 6: 13; 26: 41). 
Kita mungkin bertanya, mengapa orang percaya, dimana Roh Allah ada dalam diri mereka masih sering jatuh dalam pencobaan? Apakah Allah tidak melindungi orang percaya sehingga tidak jatuh dalam pencobaan?
Manusia berdosa karena jatuh dalam pencobaan iblis, bahkan itu ketika manusia belum berdosa, terlebih lagi ketika manusia telah berdosa dan akibat dari dosa itu ia dibuang dari Eden yaitu dunia yang telah jatuh kedalam dosa, dunia yang telah dikuasai dosa. Dalam dunia inilah, orang percaya yang diselamatkan dan orang berdosa yang belum diselamatka berada. Dunia yang berada dalam kekuasaan Iblis.
Kita sering kali ingin meminta kekhususan agar kita tidak berada dalam pencobaan, dan memang kita meminta hal itu dalam doa Bapa Kami, kita memintanya karena memang kita berada didunia ini yang terjual dalam kekuasaan Iblis.
Allah memang memberi kekususan yaitu tidak mungkin membiarkan kita berada dalam pencobaan yang membuat iman kita gugur dan binasa (I Kor. 10: 13; ), tetapi bukan pencobaan-pencobaan biasa yang dialami oleh semua mahluk yang berada dalam dunia yang berdosa.
Walau dunia terjual dalam kekuasaan si pencoba,  Allah tetap adalah yang tertinggi. Dalam cerita Ayub, Allah tetap memberikan batasan kepada Iblis ketika mencobai Ayub, yaitu tidak berkuasa mencabut nyawa Ayub. Demikian juga dengan orang pilihan Allah, yang dipilih untuk diselamatkan, Roh Kudus memastikan agar iman mereka tidak akan gugur dan karya keselamatan itu menjadi pasti.
Demikian pencobaan berdasarkan sumber adalah dari iblis, Berdasarkan motivasinya, pencobaan bermaksud buruk, agar seseorang sengsara dan menderita, sehingga mereka mengutuki Allah karena merasa bahwa Allah tidak ada dan tidak memperhatikan mereka, dan akhirnya mereka mati dalam kesesatan

Ujian sungguh jauh berbeda dengan pencobaan: bersdasarkan sumber, ujian adalah dari Allah. Tujuan ujian adalah maksud kudus dan maksud mulia yaitu “kenaikan tingkat kedewasaan iman dan pemurnian iman” (Yes. 48: 10).
Ujian menolong orang percaya untuk mengetahui kesehatan rohaninya, contohnya: ketika DIA menguji Abraham untuk melihat imannya, ketika DIA menguji Hizkia untuk menyingkapkan kesombongan hatinya ( 2 Taw. 32 : 31 ). Ini bertujuan agar orang – orang percaya menyadari bahwa mereka memiliki kelemahan sebagai manusia, tapi TUHAN sendiri selalu memberikan karunia – karunia rohani dalam kehidupan orang percaya.
Ujian menolong manusia untuk mengenal TUHAN, Hanya TUHAN sendiri yang dapat menolong dan memberi kekuatan pada kita untuk menghadapi segala macam hal yang akan membawa kita jatuh ke dalam dosa.
Ujian bertujuan untuk mengkonfirmasikan kita masuk ke dalam kesempurnaan yang mahir. Roh Kudus ketika menganugerahkan iman, juga memberi potensi iman yang belum terasah dan ujian adalah tempat mengasah potensi itu.
Allah selain adalah Bapa yang baik, Ia juga adalah guru agung, yang mengajar setiap murid-murid-Nya dengan cara memberikan ujian kepada mereka. Guru yang baik akan memberikan soal ujian menurut tingkat kelas masing-masing murid. Tidak ada yang diuji diluar kemampuan mereka. Bagaimana mengetahui suatu batasan ujian, yaitu dengan melewati ujian itu.
Sengsara, derita dan kesusahan bukan satu-satunya tetapi salah satu ujian yang Allah pakai, untuk menjadikan iman dan pribadi orang percaya timbul dari emas murni. Ujian yang diijinkan Allah terjadi dalam kehidupan orang beriman, tidak akan berlalu begitu saja, tanpa pemahaman, tanpa kedewasaan, walau ujian itu sampai pada kematian, hal itu tidak akan pernah sia-sia, hal itu akan dipahami oleh orang beriman yang menjalaninya, maupun oleh orang beriman lain yang menyaksikannya.
Allah tidak pernah menginginkan kematian orang-orang beriman dalam setiap ujian-Nya, tetapi pencobaan iblis, jika bisa, maka bertujuan kematian, jika bisa, maka kematian dalam kesesatan. (Mzm. 16: 10; Ayub. 2: 6).
Ketika Allah mengijinkan pencobaan terjadi dalam kehidupan Stefanus dan jemaat mula-mula, Pada mulanya jelas itu adalah rencana Iblis untuk menghambat pertumbuhan Gereja, tetapi ketika Allah mengijinkannya, maka itu adalah ujian iman yang terjadi dalam kehidupan Stefanus dan jemaat mula-mula, dimana orang-orang Yahudi menuduh Stefanus menghujat Allah dan Stefanus akhirnya dirajam batu hingga mati, itu adalah ujian terbesar bagi Stefanus karena ia harus mati.

Disinilah kita melihat perbedaan kedua dari ujian dan pencobaan yaitu, ujian akan selalu memurnikan iman dan juga membuahkan dan menguatkan iman orang percaya lainnya. Ketika Stefanus mati, hal itu terjadi dihadapan Paulus yang saat itu adalah seteru Allah dan orang-orang beriman, tetapi kematian Stefanus, justru menggangu pikiran Paulus, dan justru dari kematian itu, menjadi titik awal dan menjadi benih iman yang teguh dari Paulus. Itulah sebabnya mengapa dalam memberitakan Injil Paulus tidak pernah takut mati (Kis. 6: 8-7:60). 
Kesusahan, penderitaan dan sengsara adalah hal biasa yang terjadi dalam dunia yang berdosa ini (Rom. 8: 18-30). Demikian pula dengan nikmat, kesensenangan dan kekayaan, bisa dari Allah dan juga bisa dari Iblis datangnya (Luk. 4: 8).  
Ujian dimulai dengan kepahitan, kesengsaraan, penderitaan, diakhiri dengan kemanisan, kebahagiaan, kemenangan, dan keindahan rohani.
Bagi setiap orang percaya, harus dapat membedakan antara “pencobaan dan ujian dari Allah”, mengetahui penyebab dari mana pencobaan itu datang adalah hikmat penting untuk menempatkan sikap terhadapnya. Berdoalah senantiasa  kepada Allah agar dijauhkan dari pencobaan, tetapi ketika hal itu terjadi, maka hanya bersama Allah kita bisa melewatinya dan mengalahkannya.
Ketika sengsara itu datangnya karena kebodohan dan dosa, maka marilah kita memohon ampun pada Allah dan bertobat. Ketika Allah mengijinkan ujian berupa sengsara dan penderitaan, maka ketahuilah bahwa Allah sedang  memurnikan kita seperti emas murni yang ditempa pada dapur sengara. Semua demi kebaikan kita dan kita akan menjadi mulia.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

  1.   Introitus: (Iringan musik masuk, dan jemaat mengambil saat teduh). 2.   Votum: Pertolongan kita adalah dalam nama Tuhan yan...