Ujian
dan pencobaan dua kata yang selalu dipergunakan dalam satu kesempatan di dalam
Alkitab, oleh karena itu banyak orang Kristen menyamakan keduanya, walau
kenyataan bahwa pencobaan dan ujian adalah jauh berbeda.
Membedakan
ujian dan pencobaan adalah penting agar orang Kristen tidak tersesat dalam
menyingkapi keduanya, sebab keduanya adalah bagian penting yang selalu muncul
dalam dinamika iman.
Demikianlah
perbedaan dari pencobaan dan ujian. Menurut
sumber, pencobaan adalah dari Iblis. Pencobaan adalah tindakan yang dilakukan
oleh oknum tertentu yaitu iblis dan sasaran yang khusus yaitu orang beriman.
Iblis tidak perlu mencobai orang yang tidak beriman, sebab orang yang tidak
beriman sudah berada dalam kuasanya.
Pencobaan
tidak mungkin datang dari Allah, sebab Allah tidak mencobai (Yak. 1: 13).
Mengapa Allah tidak mencobai? Sebab tidak ada kegelapan dalam Allah. Kegelapan
apa yang dimaksud? Pencobaan bertujuan menjatuhkan seseorang dan bertujuan
membuat seseorang terkungkung dalam penderitaan, dan jika bisa, sampai
seseorang memenuhi kematian dalam kesesatan. Istri Ayub berkata kepada Ayub: “kutukilah
Allahmu dan matilah”, inilah yang dikehendaki Iblis.
Mengapa
iblis mencobai? Sebab Iblis tidak maha tahu, tetapi Allah maha tahu. Allah tahu
batasan seseoang, Allah tahu batasan kemampuan seseorang, Ia tidak perlu
mencobai untuk tahu, berbeda dengan Iblis. Allah juga tidak menghendaki
kebinasaan manusia, termaksud orang berdosa.
Iblis
disebut pencoba dan pencoba adalah pekerjaannya. Segala sesuatu yang stabil
berupaya digoncangnya agar jatuh, bahkan orang percaya yang berada dalam
lindungan Allah, selalu diupayakan agar iman mereka gugur (Luk. 22: 31-34).
Semakin seseorang beriman dan posisi mereka dalam persekutuan orang beriman
penting, maka mereka akan menjadi fakus sasaran Iblis (Mat. 6: 13; 26:
41).
Kita
mungkin bertanya, mengapa orang percaya, dimana Roh Allah ada dalam diri mereka
masih sering jatuh dalam pencobaan? Apakah Allah tidak melindungi orang percaya
sehingga tidak jatuh dalam pencobaan?
Manusia
berdosa karena jatuh dalam pencobaan iblis, bahkan itu ketika manusia belum
berdosa, terlebih lagi ketika manusia telah berdosa dan akibat dari dosa itu ia
dibuang dari Eden yaitu dunia yang telah jatuh kedalam dosa, dunia yang telah
dikuasai dosa. Dalam dunia inilah, orang percaya yang diselamatkan dan orang
berdosa yang belum diselamatka berada. Dunia yang berada dalam kekuasaan Iblis.
Kita
sering kali ingin meminta kekhususan agar kita tidak berada dalam pencobaan,
dan memang kita meminta hal itu dalam doa Bapa Kami, kita memintanya karena
memang kita berada didunia ini yang terjual dalam kekuasaan Iblis.
Allah
memang memberi kekususan yaitu tidak mungkin membiarkan kita berada dalam
pencobaan yang membuat iman kita gugur dan binasa (I Kor. 10: 13; ), tetapi
bukan pencobaan-pencobaan biasa yang dialami oleh semua mahluk yang berada
dalam dunia yang berdosa.
Walau
dunia terjual dalam kekuasaan si pencoba,
Allah tetap adalah yang tertinggi. Dalam cerita Ayub, Allah tetap
memberikan batasan kepada Iblis ketika mencobai Ayub, yaitu tidak berkuasa
mencabut nyawa Ayub. Demikian juga dengan orang pilihan Allah, yang dipilih
untuk diselamatkan, Roh Kudus memastikan agar iman mereka tidak akan gugur dan
karya keselamatan itu menjadi pasti.
Demikian
pencobaan berdasarkan sumber adalah dari iblis, Berdasarkan motivasinya, pencobaan
bermaksud buruk, agar seseorang sengsara dan menderita, sehingga mereka
mengutuki Allah karena merasa bahwa Allah tidak ada dan tidak memperhatikan
mereka, dan akhirnya mereka mati dalam kesesatan
Ujian
sungguh jauh berbeda dengan pencobaan: bersdasarkan sumber, ujian adalah dari
Allah. Tujuan ujian adalah maksud kudus dan maksud mulia yaitu “kenaikan
tingkat kedewasaan iman dan pemurnian iman” (Yes. 48: 10).
Ujian
menolong orang percaya untuk mengetahui kesehatan rohaninya, contohnya: ketika
DIA menguji Abraham untuk melihat imannya, ketika DIA menguji Hizkia untuk menyingkapkan
kesombongan hatinya ( 2 Taw. 32 : 31 ). Ini bertujuan agar orang – orang
percaya menyadari bahwa mereka memiliki kelemahan sebagai manusia, tapi TUHAN
sendiri selalu memberikan karunia – karunia rohani dalam kehidupan orang
percaya.
Ujian
menolong manusia untuk mengenal TUHAN, Hanya TUHAN sendiri yang dapat menolong
dan memberi kekuatan pada kita untuk menghadapi segala macam hal yang akan
membawa kita jatuh ke dalam dosa.
Ujian
bertujuan untuk mengkonfirmasikan kita masuk ke dalam kesempurnaan yang mahir.
Roh Kudus ketika menganugerahkan iman, juga memberi potensi iman yang belum
terasah dan ujian adalah tempat mengasah potensi itu.
Allah
selain adalah Bapa yang baik, Ia juga adalah guru agung, yang mengajar setiap
murid-murid-Nya dengan cara memberikan ujian kepada mereka. Guru yang baik akan
memberikan soal ujian menurut tingkat kelas masing-masing murid. Tidak ada yang
diuji diluar kemampuan mereka. Bagaimana mengetahui suatu batasan ujian, yaitu
dengan melewati ujian itu.
Sengsara,
derita dan kesusahan bukan satu-satunya tetapi salah satu ujian yang Allah
pakai, untuk menjadikan iman dan pribadi orang percaya timbul dari emas murni. Ujian
yang diijinkan Allah terjadi dalam kehidupan orang beriman, tidak akan berlalu
begitu saja, tanpa pemahaman, tanpa kedewasaan, walau ujian itu sampai pada
kematian, hal itu tidak akan pernah sia-sia, hal itu akan dipahami oleh orang
beriman yang menjalaninya, maupun oleh orang beriman lain yang menyaksikannya.
Allah
tidak pernah menginginkan kematian orang-orang beriman dalam setiap ujian-Nya,
tetapi pencobaan iblis, jika bisa, maka bertujuan kematian, jika bisa, maka kematian
dalam kesesatan. (Mzm. 16: 10; Ayub. 2: 6).
Ketika
Allah mengijinkan pencobaan terjadi dalam kehidupan Stefanus dan jemaat
mula-mula, Pada mulanya jelas itu adalah rencana Iblis untuk menghambat
pertumbuhan Gereja, tetapi ketika Allah mengijinkannya, maka itu adalah ujian
iman yang terjadi dalam kehidupan Stefanus dan jemaat mula-mula, dimana
orang-orang Yahudi menuduh Stefanus menghujat Allah dan Stefanus akhirnya
dirajam batu hingga mati, itu adalah ujian terbesar bagi Stefanus karena ia
harus mati.
Disinilah
kita melihat perbedaan kedua dari ujian dan pencobaan yaitu, ujian akan selalu
memurnikan iman dan juga membuahkan dan menguatkan iman orang percaya lainnya.
Ketika Stefanus mati, hal itu terjadi dihadapan Paulus yang saat itu adalah
seteru Allah dan orang-orang beriman, tetapi kematian Stefanus, justru
menggangu pikiran Paulus, dan justru dari kematian itu, menjadi titik awal dan
menjadi benih iman yang teguh dari Paulus. Itulah sebabnya mengapa dalam
memberitakan Injil Paulus tidak pernah takut mati (Kis. 6: 8-7:60).
Kesusahan,
penderitaan dan sengsara adalah hal biasa yang terjadi dalam dunia yang berdosa
ini (Rom. 8: 18-30). Demikian pula dengan nikmat, kesensenangan dan kekayaan,
bisa dari Allah dan juga bisa dari Iblis datangnya (Luk. 4: 8).
Ujian
dimulai dengan kepahitan, kesengsaraan, penderitaan, diakhiri dengan kemanisan,
kebahagiaan, kemenangan, dan keindahan rohani.
Bagi
setiap orang percaya, harus dapat membedakan antara “pencobaan dan ujian dari
Allah”, mengetahui penyebab dari mana pencobaan itu datang adalah hikmat
penting untuk menempatkan sikap terhadapnya. Berdoalah senantiasa kepada Allah agar dijauhkan dari pencobaan,
tetapi ketika hal itu terjadi, maka hanya bersama Allah kita bisa melewatinya
dan mengalahkannya.
Ketika
sengsara itu datangnya karena kebodohan dan dosa, maka marilah kita memohon
ampun pada Allah dan bertobat. Ketika Allah mengijinkan ujian berupa sengsara
dan penderitaan, maka ketahuilah bahwa Allah sedang memurnikan kita seperti emas murni yang
ditempa pada dapur sengara. Semua demi kebaikan kita dan kita akan menjadi
mulia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: