Rabu, 22 Juli 2020

Renungan Doa Malam


Guna Pengharapan

Ibr. 6: 9-20

Manusia modern saat ini sering lebih terfokus dan dikendalikan oleh hal-hal material, atau hal-hal yang dapat dilihat atau nayata didepan mata, seperti uang, kolega, kekuatan fisik, dan mengabaikan hal-hal rohani, seperti idiologi, seperti pikiran, iman dan harapan.

Hidup dan kisah hidup seorang manusia, hanya setitik waktu kini yang terbentang dinatara masa lalu dan masa depan yang panjang. Hidup manusia berkisar antara yang tidak nampak dari pada yang nampak, tetapi manusia kadang melupakan hal penting didalam hidup yaitu harapan. Apa pengtingnya harapan?

Pertama: harapan adalah sauh yang kuat bagi jiwa (Ibr. 6: 19). Orang yang labil tidak dapat diberi tanggung jawab apapun. Orang labil dalam hal apapun, baik psikologi maupun hal rohani akan tenggelam degan sendirinya, ia tidak akan memperoleh apapun dalam hidupnya (Yak. 1: 8).

Karena hidup lebih banyak berbicara hal yang tidak dilihat, seperti masa depan dan sorga, maka kestabilan jiwa seseorang atau kestabilan komitmen, kestabilan tindakan adalah keharusan. Bagaimana mungkin seseorang dapat tetap konsisten mempercai sesuatu, melakukan sesuatu, jika ia tidak memiliki pengharapan.

Kedua. Pengharapan itu menjaga tujuan, semangat dan ketekunan. (Ibr. 6: 15). Ketika Allah datang kepada Abraham dan memintanya untuk meninggalkan kampung halaman dan keluarga, Abraham menuruti semuanya itu. Mengapa? Hanya dua alasan yaitu; percaya (iman) dan pengharapan.

Abraham tetap percaya pada Allah, bahkan ketika puluhan tahun apa yang dijnjikan Allah padanya yaitu, keturunan dan tanah perjanjian, belum menjadi nyata. Apa yang membuat Abraham tetap konsisten mengimani janji Allah? Yaitu pengharapan. Alkitab mengatakan: “Abraham menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan kepadanya” (Ibr. 6: 15).

Ketiga. Pengharapan memeberi keyakinan dan semangat kerja (Ibr.  6:  11). Pengharapan bukan hasil usaha manusia, tetapi dianugerahkan Allah besama-sama dengan iman. Atau dapat dikatakan pengharapan adalah buah dari iman. Iman bukan hasil kerja, tetapi iman harus diwujudkan dalam kerja. Berbeda dengan pengharapan, harus dikerjakan untuk menjadi kenyataan. Penulis Ibrani mengatakan: “tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian dalam apa yang dijanjikan Allah” (Ibr. 6: 11-12).

Ayat di atas berbicara pengharapan akan sorga, tetapi tidak berti lepas dari kontek kerja dan kontek hidup sehari-hari. Manusia membutuhkan pengharapan dalam mengerjakan apapun. Petani, pedagang, bahkan ilmuan membutuhkan pengharapan dalam mengerjakan sesuatu. Lampu pijar adalah buah dari pengharapan Thomas A. Edison dalam mengerjakan uji cobanya. Rasul Paulus mengatakan: “itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, juru selamat umat manusia, terutama mereka yang percaya”. (I tim. 4: 10). 

Musim boleh berganti, usaha bisa bahkan gagal, Pendidikan bisa kacau, pertanian boleh paceklik, Kesehatan mungkin terganggu, siatuasi dunia boleh berubah, tetapi dalam semuanya itu, pengharapan jangan hilang, sebab pengharapan dari Allah menjadikan kita kuat menjalani semua ketidakpastian didalam dunia ini.



Daftar  Bacaan Alkitab:

Hari
Pagi
Malam
Hari
Pagi
Malam
Senin
Rom.5: 1-11
Rom. 8:18-30
Kamis
I Tes. 4:13-18
I Tim. 1:   1-20

Selasa
I Kor.15:
35-58
2 Kor. 3: 1-18
Jum’at
I Kor. 13
I Ptr. 3: 13-22
Rabu
Tit. 2:11-15
Ibr. 10:
19-39
Saptu
2 Kor. 1:1-11
Kol. 1:   24-29


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

Liturgi Ibadah Minggu

  1.    Ajakan Beribadah: “carilah Tuhan selama Ia berkenan ditermui, berserulah kepada-Nya selama Ia dekat” (Yes. 55: 6). 2.    Lagu ...