Guna
Pengharapan
Ibr. 6: 9-20
Manusia modern saat ini sering lebih terfokus
dan dikendalikan oleh hal-hal material, atau hal-hal yang dapat dilihat atau
nayata didepan mata, seperti uang, kolega, kekuatan fisik, dan mengabaikan
hal-hal rohani, seperti idiologi, seperti pikiran, iman dan harapan.
Hidup dan kisah hidup seorang manusia, hanya
setitik waktu kini yang terbentang dinatara masa lalu dan masa depan yang panjang.
Hidup manusia berkisar antara yang tidak nampak dari pada yang nampak, tetapi
manusia kadang melupakan hal penting didalam hidup yaitu harapan. Apa
pengtingnya harapan?
Pertama: harapan adalah sauh yang kuat bagi
jiwa (Ibr. 6: 19). Orang yang labil tidak dapat diberi tanggung jawab apapun. Orang
labil dalam hal apapun, baik psikologi maupun hal rohani akan tenggelam degan
sendirinya, ia tidak akan memperoleh apapun dalam hidupnya (Yak. 1: 8).
Karena hidup lebih banyak berbicara hal yang
tidak dilihat, seperti masa depan dan sorga, maka kestabilan jiwa seseorang
atau kestabilan komitmen, kestabilan tindakan adalah keharusan. Bagaimana mungkin
seseorang dapat tetap konsisten mempercai sesuatu, melakukan sesuatu, jika ia
tidak memiliki pengharapan.
Kedua. Pengharapan itu menjaga tujuan,
semangat dan ketekunan. (Ibr. 6: 15). Ketika Allah datang kepada Abraham dan
memintanya untuk meninggalkan kampung halaman dan keluarga, Abraham menuruti
semuanya itu. Mengapa? Hanya dua alasan yaitu; percaya (iman) dan pengharapan.
Abraham tetap percaya pada Allah, bahkan
ketika puluhan tahun apa yang dijnjikan Allah padanya yaitu, keturunan dan
tanah perjanjian, belum menjadi nyata. Apa yang membuat Abraham tetap konsisten
mengimani janji Allah? Yaitu pengharapan. Alkitab mengatakan: “Abraham
menanti dengan sabar dan dengan demikian ia memperoleh apa yang dijanjikan
kepadanya” (Ibr. 6: 15).
Ketiga. Pengharapan memeberi keyakinan dan
semangat kerja (Ibr. 6: 11). Pengharapan bukan hasil usaha manusia, tetapi
dianugerahkan Allah besama-sama dengan iman. Atau dapat dikatakan pengharapan
adalah buah dari iman. Iman bukan hasil kerja, tetapi iman harus diwujudkan
dalam kerja. Berbeda dengan pengharapan, harus dikerjakan untuk menjadi kenyataan.
Penulis Ibrani mengatakan: “tetapi kami ingin, supaya kamu masing-masing
menunjukkan kesungguhan yang sama untuk menjadikan pengharapanmu suatu milik
yang pasti, sampai pada akhirnya, agar kamu jangan menjadi lamban, tetapi
menjadi penurut-penurut mereka yang oleh iman dan kesabaran mendapat bagian
dalam apa yang dijanjikan Allah” (Ibr. 6: 11-12).
Ayat di atas berbicara pengharapan akan
sorga, tetapi tidak berti lepas dari kontek kerja dan kontek hidup sehari-hari.
Manusia membutuhkan pengharapan dalam mengerjakan apapun. Petani, pedagang,
bahkan ilmuan membutuhkan pengharapan dalam mengerjakan sesuatu. Lampu pijar adalah
buah dari pengharapan Thomas A. Edison dalam mengerjakan uji cobanya. Rasul
Paulus mengatakan: “itulah sebabnya kita berjerih payah dan berjuang, karena
kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, juru selamat umat
manusia, terutama mereka yang percaya”. (I tim. 4: 10).
Musim boleh berganti, usaha bisa bahkan
gagal, Pendidikan bisa kacau, pertanian boleh paceklik, Kesehatan mungkin
terganggu, siatuasi dunia boleh berubah, tetapi dalam semuanya itu, pengharapan
jangan hilang, sebab pengharapan dari Allah menjadikan kita kuat menjalani
semua ketidakpastian didalam dunia ini.
Daftar Bacaan Alkitab:
Hari
|
Pagi
|
Malam
|
Hari
|
Pagi
|
Malam
|
Senin
|
Rom.5: 1-11
|
Rom. 8:18-30
|
Kamis
|
I Tes. 4:13-18
|
I Tim. 1: 1-20
|
Selasa
|
I Kor.15:
35-58
|
2 Kor. 3: 1-18
|
Jum’at
|
I Kor. 13
|
I Ptr. 3: 13-22
|
Rabu
|
Tit. 2:11-15
|
Ibr. 10:
19-39
|
Saptu
|
2 Kor. 1:1-11
|
Kol. 1: 24-29
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: