Sabtu, 30 Mei 2020

DUA MENARA (Kpr.1:1-5; Kej. 11:1-9)


Dua Menara


The Lord of Ring: The Two Tower, diangkat dari cerita novel  karya J.R.R. Tolkien, yaitu novel dalam 3 jilid yang diterbitkan 1945-1955. Jilid pertama adalah “The Fellowship of the Ring, kedua adalah The Two Tower dan ketiga adalah Return Of the King. Bagian kedua novel ini mengfokuskan kekuatan dua menara yang merupakan pusat kekuatan masing-masing dalam memperebutkan kekuasaan di bumi.
Menara pertama, yaitu menara “Mordor” dengan pengendali utama kekuatan sihir hitam adalah Saruman. Dan menara kedua adalah “menara Isengard” dimana pengendali utama adalah “Gandalf” si penyihir abu-abu. Inti dari cerita “The Two Tower” adalah, kedua menara ini menjadi sumber kekuatan kejahatan melawan kekuatan kebaikan dibumi.
Menara Mordor adalah pusat aliansi kejahatan dengan Org (manusia yang dibuat dari lumpur) adalah pasukan utama. Menara Isengard adalah pusat kekuatan putih dan menara terakhir dari pertahanan ras manusia. Sebagai penulis Kristen, J.J.R. Tolkien menulis buku triloginya dan memasukkan nilai-nilai kekristenan didalamnya, diantaranya ialah tokoh Gandalf dan pengorbannya ketika ia bertarung dengan Balrog sebagai penguasa neraka, diandaikan sebagai penyaliban dan turunnya Yesus Kristus dunia orang mati, tetapi pada akhirnya Gandalf  hidup kembali, yang diandaikan sebagai kebangkitan Yesus Kristus dari dunia orang mati.
Dalam Alkitab ada juga cerita mengenai dua menara menara yang memiliki pengaruh besar bagi dunia ini, yaitu menara Babel, dikatakan sebagai menara yang tingginya sampai ke langit. Sebenaranya menara ini adalah sigurad  yang tidak begitu tinggi, apa lagi puncaknya sampai ke langit, tetapi merupakan suatu pengambaran kemajuan teknologi pada jamannya, dimana pada saat itu teknologi tertinggi adalah teknologi arsitektur da belum pernah ada manara yang pernah dibuat manusia setinggi menara Babel. Menara Babel dibangun oleh manusia modern setelah jaman Nuh dan sebagai lambang kemajuan kebudayaan manusia dan persatuan manusia, yaitu kesatuan budaya, politik/pemimpin, dan satu bahasa. Alkitab mengatakan: “marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan menara yang puncaknya sampai ke langit, dan marilah kit acari nama, supaya kita jangan terserak ke seluruh bumi” (Kej. 11: 4).
Menara Babel adalah adalah lambang persatuan manusia berdosa yang melawan Allah. Kesatuan dan persatuan manusia pada menara Babel, dipergunakan untuk keangkuhan dan bentuk perlawanan kepada Tuhan, mengapa?  Tokoh Nimrod dalam pembangunan menara Babel adalah cicit Nuh, ia mempergunakan kesatuan bahasa untuk menguasai manusia lainnya, ia jahat dan mempergunakan manusia lainnya untuk kemashurannya. Manusia yang seharusnya tersebar keseluruh penjuru bumi untuk mengusahakan bumi, dikumpulkannya di suatu tempat untuk kepentingan keangkuhannya. Kita dapat menarik pelajaran penting dari menara Babel yaitu: hati-hati dengan setiap kemajuan yang dilakukan manusia yang tidak diperuntukkan untuk kemuliaan Allah, semua akan melawan Allah. Menara Babel mengajarkan kita bahwa kemajuan budaya manusia, khususnya kemajuan teknologi, memiliki dua sisi mata uang yang tidak dapat dipisahkan. Perlu kehati-hatian dalam mempergunakannya. Sisi yang satu adalah kekuatan untuk memuliakan Allah dan sisi satunya adalah kekuatan untuk melawan Allah. Ambil contoh: nuklir adalah high technology saat ini. nuklir dapat menjadi pembangkit listrik yang ramah lingkungan, ia tidak mengelurkan emisi gas buang seperti pembangkit litrik tenaga diesel yang merusak ozon. Nuklir dapat dijadikan mesin penggerak seperti beberapa kapal induk USA dan kapal selam bertenaga nuklir, dimana satu kali mengisi batrey dapat dipergunakkan dalam jangka waktu 20 tahun. Pada sisi lain nuklir juga menjadi senjata pemusnah masal dengan radioaktif yang ditimbulkannya. Nuklir menjadikan negara yang memilikinya cenderung bertindak sewenang-wenang kepada negara yang tidak memilikinya, dan dapat kita bayangkan jika senjata nuklir dikuasai oleh para teroris atau negara yang berpaham teroris.
Ambil contoh lain lagi kemajuan teknolofgi dibidang IT, kita hampr tidak bisa lepas dari penggunaan gatget untuk mobilitas sehari-hari, tetapi kita juga menyaksikan bagaimana gatget berdapak buruk bagi manusia, baik secara fisik maupun fisikologi.
Menara Babel akhirnya menjadi lambang kesatuan manusia, yaitu kesatuan budaya dan Bahasa untuk melawan Allah, dan akhirnya lewat menara itulah, Allah turun mencerai-beraikan kesatuan manusia.
Satu menara lain dalam Alkitab yang sering di lupakan, adalah menara Yerusalem, atau lebih tepatnya dikatakan loteng atas Yerusalem. Loteng Yerusalem adalah tempat kesatuan, yaitu kesatuan para murid kedalam Tubuh dan Darah Anak Domba Allah. Menara Yerusalem adalah menara pinjaman yang jauh dari unsur memamerkan kemegahan, tetapi tempat menarik diri dari dunia ini, lalu masuk kepada satu kesatuan dalam darah dan tubuh Tuhan.
Jika menara Babel adalah tempat dimana semua manusia berkumpul demi kegungan satu orang dan melawan Allah, loteng Yerusalem adalah tempat beberapa manusia yang percaya pada Tuhan, untuk menjadi satu didalam Tuhan. Loteng Yerusalem adalah tempat dimana kesetiaan dan ketaatan “tertinggi” kepada Allah, yaitu tempat Yesus Kristus mempersiapkan diri-Nya dan murid-Nya untuk menghadapi kematian diatas kayu salib.
Saat ini kita berada di Minggu peringatan dan penantian turun-Nya Roh Kudus. Setelah Yesus bangkit dari kematian dan sebelum Ia naik ke Sorga, maka Tuhan Yesus memerintahkan para Murid untuk tidak meninggalkan Yerusalem sebelum Roh Kudus turun (KPR. 1:4). Loteng Yerusalem akhirnya menjadi tempat para murid berkumpul untuk berdoa dan memecah-mecahkan roti, sebagai kenangan atas pengorbanan Yesus dan juga sebagai tanda kasih dianatara sesama orang beriman.
Jika menara Babel adalah tempat Allah turun mengkacaubalaukan dan menyebarkan manusia ke seluruh penjuru bumi, maka menara Yersusalem adalah tempat dimana Allah atau lebih tepatnya Roh Kudus turun menyatukan manusia dalam satu bahasa, akhirnya mereka masuk kepada satu tujuan yaitu tujuan Allah yang diberitakan para Rasul mengenai pengorbanan Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus sebagai jalan keselamatan bagi manusia.
Menara Yerusalem adalah tonggak hadirnya Gereja secara fisik di bumi. Tempat yang dipilih oleh Kristus sendiri. Pada hari turun-Nya Roh Kudus, dari loteng Yerusalem terdengar ledakan yang mengagetkan bangsa-bangsa yang sedang berkumpul di Yerusalem dalam perayaan paskah. Ledakan itu memicu perkumpulan besar semua bangsa-bangsa yang saat itu sedang merayakan paskah di Yerusalem. Bangsa-bangsa menyaksikan para murid dari golongan tidak terdidik dapat berbahasa menurut bahasa mereka mereka masing-masing. Loteng Yerusalem akhirnya menjadi titik awal para murid-murid memberitakan Injil dalam bahasa mereka, tetapi semua bangsa-bangsa yang mendengarnya mengerti kehendak Allah. Loteng Yerusalem adalah tempat Allah mempersatukan manusia yang dahulu telah dikacaubalaukan dalam berbagai macam perpecahan di menara Babel. Sekarang sering kita dibingungkan mengenai polemic bahasa Roh yang dipraktekkan berbagai gereja pentakostal dan kharismatik, maka rujukan utama untuk menyelesaikan permasalahan ini, salah satunya adalah apa yang terjadi di loteng Yerusalem. Bahwa semua orang yang mendengar para Rasu berbicara dan memberitkan Firman Tuhan itu, mengerti apa yang dikatakan oleh para Rasul tanpa harus ada penerjemah, dan bukan bunyi kosong tanpada arti, tetapi mereka mendengarkan Firman Tuhan.
Loteng Yerusalem adalah tonggak awal gereja yang kelihatan berdiri, yaitu terdiri dari berbagai macam latar belakang tetapi menjadi satu. Tidak ada lagi orang Ibrani dan Yunani, orang Kreta, Orang Persia, tidak ada lagi perempuan dan laki-laki, tidak ada lagi sekat budak dan orang merdeka, semuanya menjadi satu di dalam satu tubuh Yesus Kristus (I Kor. 12: 13).
Kembali pada cerita awal, menara Babel bagaikan menara “Mordor” yang menjadi pusat aliansi kejahatan di bumi yang menghancurkan bumi dan ras manusia. Loteng Yerusalem diandaikan sebagai “menara Isengard” sebagai pusat kebaikan bagi dunia dan titik pertahanan terakhir bagi keselamatan ras manusia di bumi.
Di Minggu kedua menanti hari Pentakosta, semangat dan citra Loteng Yerusalem adalah semangat dan citra gereja mula-mula, dimana semangat ini harus ada pada saat ini disemua gereja di muka bumi ini. Ada esensi dan semangat loteng Yerusalem yang harus terpelihara didalam gereja saat ini, sebagai citra gereja yang dipimpin oleh roh Kudus, yaitu: terdiri dari dari orang-orang pilihan Yesus, dipersekutukan didalam tubuh Kristus, yang ditandai dengan kehadiran lambang-lambang sakramen, dimana persekutuan itu meruntuhkan tembok-tembok batasan yaitu, bangsa, budaya, bahasa, status sosial, menjadi satu-kesatuan yang utuh di dalam Kristus. Ada semangat ibadah dan doa, ada semangat berbagi dalam kasih dan ada semangat untuk memberitakan Injil kepada seluruh suku-suku bangsa di bumi. Biarlah semangat dan budaya loteng Yerusalem tetap menginspirasi kita sekalian, karena hanya dengan jalan ini kita dapat menjadi garam dan terang dimuka bumi ini. Tak ada lagi ruang doa yang kosong, tak ada lagi kasih yang hambar, tak ada lagi perpecahan karena budaya dan latar belakang sosial, semu menjadi satu didalam Kristus dan semua menjadi satu dalam melakukan kehendak Allah, biarlah kehidupan seperti ini menjadi benteng pertahanan bagi keselamatan manusia di muka bumi ini.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Kubersyukur Bapa   Banyak yang Kau perbuat Didalam hidupku Rancanga...