Dua Menara
The Lord of Ring: The Two
Tower, diangkat dari cerita novel karya
J.R.R. Tolkien, yaitu novel dalam 3 jilid yang diterbitkan 1945-1955. Jilid
pertama adalah “The Fellowship of the Ring, kedua adalah The Two Tower dan
ketiga adalah Return Of the King. Bagian kedua novel ini mengfokuskan kekuatan
dua menara yang merupakan pusat kekuatan masing-masing dalam memperebutkan
kekuasaan di bumi.
Menara
pertama, yaitu menara “Mordor” dengan pengendali utama kekuatan
sihir hitam adalah Saruman. Dan menara kedua adalah
“menara Isengard” dimana pengendali utama adalah “Gandalf” si penyihir
abu-abu. Inti dari cerita “The Two Tower” adalah, kedua menara ini menjadi
sumber kekuatan kejahatan melawan kekuatan kebaikan dibumi.
Menara Mordor adalah pusat
aliansi kejahatan dengan Org (manusia yang dibuat dari lumpur) adalah pasukan
utama. Menara Isengard adalah pusat kekuatan putih dan menara terakhir dari
pertahanan ras manusia. Sebagai penulis Kristen, J.J.R. Tolkien menulis buku
triloginya dan memasukkan nilai-nilai kekristenan didalamnya, diantaranya ialah
tokoh Gandalf dan pengorbannya ketika ia bertarung dengan Balrog sebagai penguasa
neraka, diandaikan sebagai penyaliban dan turunnya Yesus Kristus dunia orang
mati, tetapi pada akhirnya Gandalf hidup
kembali, yang diandaikan sebagai kebangkitan Yesus Kristus dari dunia orang
mati.
Dalam Alkitab ada juga cerita
mengenai dua menara menara yang memiliki pengaruh besar bagi dunia ini, yaitu menara
Babel, dikatakan sebagai menara yang tingginya sampai ke langit. Sebenaranya
menara ini adalah sigurad yang tidak
begitu tinggi, apa lagi puncaknya sampai ke langit, tetapi merupakan suatu
pengambaran kemajuan teknologi pada jamannya, dimana pada saat itu teknologi tertinggi
adalah teknologi arsitektur da belum pernah ada manara yang pernah dibuat
manusia setinggi menara Babel. Menara Babel dibangun oleh manusia modern
setelah jaman Nuh dan sebagai lambang kemajuan kebudayaan manusia dan persatuan
manusia, yaitu kesatuan budaya, politik/pemimpin, dan satu bahasa. Alkitab
mengatakan: “marilah kita dirikan bagi kita sebuah kota dengan menara yang
puncaknya sampai ke langit, dan marilah kit acari nama, supaya kita
jangan terserak ke seluruh bumi” (Kej. 11: 4).

Ambil contoh lain lagi kemajuan
teknolofgi dibidang IT, kita hampr tidak bisa lepas dari penggunaan gatget
untuk mobilitas sehari-hari, tetapi kita juga menyaksikan bagaimana gatget
berdapak buruk bagi manusia, baik secara fisik maupun fisikologi.
Menara Babel akhirnya menjadi
lambang kesatuan manusia, yaitu kesatuan budaya dan Bahasa untuk melawan Allah,
dan akhirnya lewat menara itulah, Allah turun mencerai-beraikan kesatuan
manusia.
Satu menara lain dalam Alkitab
yang sering di lupakan, adalah menara Yerusalem, atau lebih tepatnya dikatakan
loteng atas Yerusalem. Loteng Yerusalem adalah tempat kesatuan, yaitu kesatuan
para murid kedalam Tubuh dan Darah Anak Domba Allah. Menara Yerusalem adalah
menara pinjaman yang jauh dari unsur memamerkan kemegahan, tetapi tempat menarik
diri dari dunia ini, lalu masuk kepada satu kesatuan dalam darah dan tubuh
Tuhan.
Jika menara Babel adalah tempat
dimana semua manusia berkumpul demi kegungan satu orang dan melawan Allah,
loteng Yerusalem adalah tempat beberapa manusia yang percaya pada Tuhan, untuk
menjadi satu didalam Tuhan. Loteng Yerusalem adalah tempat dimana kesetiaan dan
ketaatan “tertinggi” kepada Allah, yaitu tempat Yesus Kristus mempersiapkan
diri-Nya dan murid-Nya untuk menghadapi kematian diatas kayu salib.
Saat ini kita berada di Minggu
peringatan dan penantian turun-Nya Roh Kudus. Setelah Yesus bangkit dari
kematian dan sebelum Ia naik ke Sorga, maka Tuhan Yesus memerintahkan para
Murid untuk tidak meninggalkan Yerusalem sebelum Roh Kudus turun (KPR. 1:4).
Loteng Yerusalem akhirnya menjadi tempat para murid berkumpul untuk berdoa dan
memecah-mecahkan roti, sebagai kenangan atas pengorbanan Yesus dan juga sebagai
tanda kasih dianatara sesama orang beriman.
Jika
menara Babel adalah tempat Allah turun mengkacaubalaukan dan menyebarkan
manusia ke seluruh penjuru bumi, maka menara Yersusalem adalah tempat dimana
Allah atau lebih tepatnya Roh Kudus turun menyatukan manusia dalam satu bahasa,
akhirnya mereka masuk kepada satu tujuan yaitu tujuan Allah yang diberitakan para
Rasul mengenai pengorbanan Anak-Nya yang tunggal yaitu Yesus Kristus sebagai
jalan keselamatan bagi manusia.
Menara Yerusalem adalah tonggak
hadirnya Gereja secara fisik di bumi. Tempat yang dipilih oleh Kristus sendiri.
Pada hari turun-Nya Roh Kudus, dari loteng Yerusalem terdengar ledakan yang
mengagetkan bangsa-bangsa yang sedang berkumpul di Yerusalem dalam perayaan
paskah. Ledakan itu memicu perkumpulan besar semua bangsa-bangsa yang saat itu
sedang merayakan paskah di Yerusalem. Bangsa-bangsa menyaksikan para murid dari
golongan tidak terdidik dapat berbahasa menurut bahasa mereka mereka
masing-masing. Loteng Yerusalem akhirnya menjadi titik awal para murid-murid
memberitakan Injil dalam bahasa mereka, tetapi semua bangsa-bangsa yang
mendengarnya mengerti kehendak Allah. Loteng Yerusalem adalah tempat Allah
mempersatukan manusia yang dahulu telah dikacaubalaukan dalam berbagai macam
perpecahan di menara Babel. Sekarang sering kita dibingungkan mengenai polemic
bahasa Roh yang dipraktekkan berbagai gereja pentakostal dan kharismatik, maka
rujukan utama untuk menyelesaikan permasalahan ini, salah satunya adalah apa
yang terjadi di loteng Yerusalem. Bahwa semua orang yang mendengar para Rasu
berbicara dan memberitkan Firman Tuhan itu, mengerti apa yang dikatakan oleh
para Rasul tanpa harus ada penerjemah, dan bukan bunyi kosong tanpada arti,
tetapi mereka mendengarkan Firman Tuhan.
Loteng Yerusalem adalah tonggak
awal gereja yang kelihatan berdiri, yaitu terdiri dari berbagai macam latar
belakang tetapi menjadi satu. Tidak ada lagi orang Ibrani dan Yunani, orang
Kreta, Orang Persia, tidak ada lagi perempuan dan laki-laki, tidak ada lagi
sekat budak dan orang merdeka, semuanya menjadi satu di dalam satu tubuh Yesus
Kristus (I Kor. 12: 13).
Kembali pada cerita awal,
menara Babel bagaikan menara “Mordor” yang menjadi pusat aliansi kejahatan di
bumi yang menghancurkan bumi dan ras manusia. Loteng Yerusalem diandaikan
sebagai “menara Isengard” sebagai pusat kebaikan bagi dunia dan titik pertahanan
terakhir bagi keselamatan ras manusia di bumi.
Di
Minggu kedua menanti hari Pentakosta, semangat dan citra Loteng Yerusalem
adalah semangat dan citra gereja mula-mula, dimana semangat ini harus ada pada
saat ini disemua gereja di muka bumi ini. Ada esensi dan semangat loteng
Yerusalem yang harus terpelihara didalam gereja saat ini, sebagai citra gereja
yang dipimpin oleh roh Kudus, yaitu: terdiri dari dari orang-orang pilihan
Yesus, dipersekutukan didalam tubuh Kristus, yang ditandai dengan kehadiran
lambang-lambang sakramen, dimana persekutuan itu meruntuhkan tembok-tembok
batasan yaitu, bangsa, budaya, bahasa, status sosial, menjadi satu-kesatuan
yang utuh di dalam Kristus. Ada semangat ibadah dan doa, ada semangat berbagi
dalam kasih dan ada semangat untuk memberitakan Injil kepada seluruh suku-suku
bangsa di bumi. Biarlah semangat dan budaya loteng Yerusalem tetap
menginspirasi kita sekalian, karena hanya dengan jalan ini kita dapat menjadi
garam dan terang dimuka bumi ini. Tak ada lagi ruang doa yang kosong, tak ada
lagi kasih yang hambar, tak ada lagi perpecahan karena budaya dan latar
belakang sosial, semu menjadi satu didalam Kristus dan semua menjadi satu dalam
melakukan kehendak Allah, biarlah kehidupan seperti ini menjadi benteng
pertahanan bagi keselamatan manusia di muka bumi ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: