Kebangkitan
Yesus menjadai dasar iman dan pengharapan Kristen, itulah sebabnya mengapa
Rasul Paulus mengatakan: “tetapi apa yang dulu merupakan keuntungan bagiku,
sekarang kuanggap rugi karena Kristus….yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa
kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, dimana aku menjadi
serupa dengan Dia dalam kematian-Nya” (Flp. 3: 7,10).
Kuasa
kebangkitan Yesus bagi Paulus, bukan sekedar fakta sejarah masa lalu dan bukan
sekedar rumusan teologi, tetapi telah menjadi tujuan hidup, kebenaran tertinggi,
kekayaan dan motifasi hidup hari lepas-hari.
Jika
demikian pentingnya kuasa kebangkitan Yesus bagi iman Kristen, maka
pertanyaanya adalah, apa kuasa kebangkitan itu dan bagaimana kuasa kebangkitan
Yesus, dinyatakan dan mempengaruhi kehidupan nyata kita setiap hari.
Secara
filosofis, kuasa kebangkitan Yesus adalah kuasa perubahan yang tidak mampu
dilakukan oleh manusia, tetapi hanya oleh Allah sendiri, dimana kuasa perubahan
itu adalah:
1.
From Creation to Recreation (dari ciptaan yang
telah jatuh ke dalam dosa, diperbaharui menjadi ciptaan baru, baik manusia,
waktu dan alam semesta).
2.
From the Darkness to The Light. (dari kegelapan
kepada terang yang ajaib)
3.
From the Death to the Live. (perubahan satatus
dari kematian kepada kehidupan)[1].
Secara
paktis, kuasa kebangkitan Yesus adalah kuasa yang merubah, yaitu merubah setatus dan karekter orang
percaya sebagai pemenang dalam menjalani kehidupan setiap hari.
Kuasa kebangkitan
Yesus tidak menjadikan kita hidup dalam tekanan untuk menjadi jaura. Juara dan
pemenang sedikit berbeda. Anda tidak harus menjadi juara, tetapi harus menjadi
pemenang. Pemenang bukan menang-menangan, bukan kalah, tetapi mengalah. Kadang
mengorbankan diri, bukan mengorbankan orang lain. Tidak menaklukkan, tetapi
menanggung dalam ketabahan, Pemenang adalah pejuang, tidak manja, tidak lemah
dan gampang menyerah. Hal ini nampak dalam kata-kata Paulus: “tetapi harta ini
kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata, bahwa kekuatan yang
melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami. Dalam segala hal
kami ditindas, namun tidak terjepit, kami habis akal, namun tidak putus asa;
kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami dihempaskan, namun
tidak binasa” (2 Kor. 7-9).
Orang
Kristen tidak harus menjadi seorang juara, tetapi harus menjadi pemenang! “oleh
karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami dianggap sebagai
domba-domba sembelihan. Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada
orang-orang yang menang” (Rom. 8: 36-37). Sorang juara tidak ditindas, tidak dianiaya, tidak
dihempaskan, tetapi pemenang, mungkin saja ia mengalami itu semua, tetapi mereka
dapat melewatinya, bukan dengan perang, tetapi dengan ketabahan.
Sejarah
mencatat bahwa orang Kristen sejak dari mula kemunculannya, telah mengalami
penganiayaan yang biadab oleh Roma, tetapi pada akhirnya Roma runtuh dan Gereja
masih ada hingga saat ini. Kristus yang bangkit itu telah menginspirasi dunia. Ia
tidak memiliki tentara tetapi raja-raja dan bangsa-bangsa takluk kepada-Nya,
ini lebih dari seorang pemenang. Hingga di dunia modern saat ini orang Kristen
terus dianiaya, tetapi orang Kristen tidak pernah mengangkat senjata untuk
melawan atau menjadi tirani atau menjadi teroris.
Lomba
lari 400 meter putra di Olimpiade 1992. Sebanyak 65 ribu penonton yang
penasaran menatap gerak-gerik, Derek Redmond. Dia adalah pelari tercepat asal
Inggris kala itu. Namanya cukup populer dan dia sangat berambisi merebut medali
pada Olimpiade 1992 setelah gagal melakukannya di Korea, empat tahun sebelumnya
pada Olimpiade 1988.Redmond dan semua atlet mulai
mengadu kecepatan. Ketika sudah 250 meter, Redmond merangsek ke posisi keempat.
Sedikit lagi mengamankan perunggu. Namun ketika balap lari itu menyisakan 150
meter, Redmond mengubur mimpinya meraih medali di Olimpiade. Dia tampak
terpincang-pincang di lintasan lari. Derek tersungkur sambil memegangi pangkal
pahanya. Tim medis pun menghampirinya dan menyebut bahwa Redmond mengalami
cedera hamstring. Ketika Redmond berlari sambil menahan sakit, seorang pria
bertopi tiba-tiba menerobos barikade keamanan. Pria bertopi itu ternyata ayah
sekaligus pelatihnya, Jim Redmond. Ketika itu sang ayah sudah melarangnya untuk
menyelesaikan balapan. "Kau tak harus melakukan ini, nak," kata Jim. Sambil
berlari dan menangis, Derek menjawab pernyataan ayahnya. "Tidak ayah, saya
ingin menyelesaikan perlombaan," ujarnya. Melihat kekuatan anaknya yang
ingin menyelesaikan balapan, Jim tersentuh. Jim merangkul Redmond dan
membantunya menuju garis akhir. Beberapa langkah dari garis finis, Jim
melepaskan rangkulannya. Dia membiarkan Redmond memenuhi ambisinya. Ketika
Redmond menyentuh garis finis, semua orang yang memadati stadion bertepuk
tangan untuk kegigihannya. Redmond tidak keluar sebagai juara, tetapi ia tetap sebagai
pemenang, apa yg dialaminya dan dilakukannya, justru mendapat tepuk tangan yang
lebih meriah dari pada sang juara dan apa yang dilakukannya akan selalu tertulis
sebagai suatu inspirasi.
Kuasa kebangkitan
menjadikan kita sekalian sebagai pemenang, menang dalam menghadapi kedagingan
dalam diri kita, menang atas diri kita terlebih dahulu, tidak menjadi serupa
dengan dunia ini walau resikonya berat, pada akhirnya hanya orang-orang Kristen
yang menang yang diperkenan Allah (Why. 2: 7;11;17; 26; 3:5; 12; 21; 6:2).
Kuasa kebangkitan
Yesus membawa kita menjadi pemenang atas kesulitan-kesulitan dalam hidup, bagi
dunia mungkin mustahil, tetapi bagi orang yang mengalami kuasa kebangkitan
Yesus tidak ada yang mustahil jika Allah menyertai kita sekalian.
Oleh karena
itu jangan lemah, jangan manja, jangan cengeng dalam menjalani hidup ini, kuasa
kebangkitan-Nya menyertai kita sekalian. Kita sekalian lebih dari pemenang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: