Setiap
orang memiliki tempat-tempat paforit. Suatu tempat menjadi paforit, karena
tempat itu memiliki cerita tersendiri dalam hidup seseorang dan cerita itu
selalu manis. Beberapa tahun lalu, melintas di depan RKZ adalah hal yang paling
penulis benci, sebab di tempat itu aku menyaksikan seorang sahabat dipanggil
Tuhan.
Apa
keistimewaan Galilea, sehingga kota ini menjadi tempat khusus bagi Kristus yang
bangkit itu? “Akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan
mendahului kamu ke Galilea” (Mat. 26: 32; Mat. 27: 55). Mengapa bukan
Yerusalem dengan predikatnya sebagai kota Allah? Kota rohani, dimana Bait Allah
didirikan? Mengapa Galillea yang menjadi tempat khusus bagi Kristus yang
bangkit?
Jika
tempat paforite selalu dihubungkan keindahan, kemakmuran, kedamaian dan kenangan
indah. Galilea jauh dari semua itu. Galiea adalah negeri orang terbuang, dimana
iman Yahudi dan bangsa lain saling bercampur baur, kawin-mawin, dan beranak
pinak, imoral. Galilea adalah negeri kaum marginal, negeri yang dihina oleh
orang Yahudi sendiri karena ketidakmampuan mereka menjaga orthodoxi. Bahkan
Natanael murid Yesus, ketika Filipus mengatakan kepadanya bahwa mereka telah
menemukan seorang Israel sejati yaitu Yesus, Natanael justru menjawab: “Mungkinkah
sesuatu yang baik datang dari Nazaret?( Yoh. 1: 46). Nazaret adalah seperti kecamatan bagi propinsi
Galilea, sehingga sama saja Natanael mengatakan: “mungkinkah sesuatu yang baik
datang dari Galilea?. Tidak ada yang dapat dibanggakan dengan Galilea.
Galilea
juga dikenal dengan tanah Zebulon atau tanah Naftali. Tanah ini dikenal sebagai
tanah yang penuh dengan kesuraman, itulah sebabnya Yesaya menubuatkan “tetapi
tidak selamanya ada kesuraman untuk negeri yang terhimpit itu. Kalau dulu Tuhan
merendahkan tanah Zebulon dan tanah Zaftali…(Yes. 9: 1).
Galiea
bukan tempat aman, Galilea bukan tempat makmur, Galilea bukan tempat berbudaya,
dan Galilea bukan tempat religius. Kita salah menilai, ketika Yesus menyingkir
ke Galilea setelah mendengar bahwa Yohanes Pembaptis di penggal oleh Herodes,
kita sering berpikir bahwa Ia pergi mencari aman di Galilea, tetapi Injil
mencatat, bahwa Ia menyingkir ke Galilea justru untuk menggenapi nubuat Yesaya
akan tanah Naftali dan Zebulon (Yes. 9:1), yaitu memberitakan Injil Allah (Mrk.
1: 14, 39). Tanah yang suram itu, justru dipilih oleh Yesus sebagai titik awal
memberitakan “bertobatlah sebab kerajaan Sorga sudah datang”.
Pada
akhirnya dititik awal kerajaan sorga diberitakan, menjadi titik akhir pertemuan
dengan murid, sebelum Kristus yang bangkit untuk naik ke surga, itulah sebanya
Ia mengatakan “akan tetapi sesudah Aku bangkit, Aku akan mendahului kamu ke
Galilea”.
Hal
apa yang dapat kita renungkan dari kekhususan Galiela dihati Yesus?
- Tuhan kadang menempatkan kita di tanah dan tempat yang suram, tertinggal, dan kadang kurang rohani dimata orang, tentu bahwa tempat itu bukan tempat yang nyaman bagi kita, tetapi justru Tuhan sedang mengutus kita untuk menjadi terang di tempat itu, mengutus kita untuk menyatakan kasih dan anugerah-Nya.
- Tempat yang suram seperti Galilea, kadang menjadi titik awal bagi Allah, untuk menyatakan pekerjaan-Nya, rencana-Nya bagi kita secara pribadi. Oleh karena itu, jangan tergesa-gesa meenolak sesuatu yang tidak nyaman bagi kita disaat ini, mungkin ditempat itu adalah jalan menuju damai sejahtera Allah, mungkin ditempat itu menjadi tempat yang permai yang sedang Allah sediakan bagi kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Komentar: