Sabtu, 23 Mei 2020

Warisan Kristus yang Naik Ke Sorga (Yoh. 14: 27)





Apakah yang dicari manusia sepanjang hidupnya? Manusia memakai Sebagian besar waktu dalam hidupnya untuk bekerja. Bekerja untuk apa? Untuk mendapatkan uang! Uang untuk apa? Apakah hanya untuk membeli kebutuhan primer, yaitu makanan dan pakaian? Tidak! Kebutuhan sekunder manusia kadang lebih banyak dan lebih mahal. Mengapa kebutuhan sekunder justru lebih banyak dan mahal? Karena manusia mencari kepuasan! Tetapi ketika semua telah didapatkan, apakah manusia puas dan bahagia? Ada yang mengatakan ya dan ada yang mengatakan tidak, tetapi kalau ditelisik lebih dalam, banyak yang tidak puas.

Mengapa manusia tidak pernah puas? Karena kepusan tidak ada batasnya. Mata tidak puas melihat, telinga tidak pernah puas mendengar, tubuh tidak pernah puas memakai (Pkh. 1:8). Kepuasan bukanlah kebutuhan utama manusia. Kebutuhan manusia di dunia ini adalah “syalom” atau “damai sejahtera”. Damai sejahtera yang bagaimana? Apakah manusia dapat menciptakan damai sejahtera sendiri? Tuhan Yesus mengatakan: “wahai, betapa baiknya jika pada hari ini juga engkau mengerti apa yang perlu untuk damai sejahteramu! Tetapi sekarang hal itu tersembunyi bagi umatmu”. Menurut Kristus, manusia tidak mengerti apa yang perlu untuk damai sejahtera mereka.

Bagaimana damai sejahera digambarkan? Apakah digambarkan dengan anak kecil yang memancing di danau teduh? Ataukah dua pasangan tua yang duduk senja hari di tepi pantai? Damai sejahtera yang digambarkan Alkitab bukan melarikan diri dari kepedulian dan perhatian akan fakta kehidupan, tetapi merupakan hubungan yang benar dalam setiap sisi kehidupan, baik dengan Allah, yaitu dalam ketergantungan penuh dan ketaatan kepada-Nya, juga antar sesama manusia. (Rom.15: 1; 13).

Sebelum Tuhan Yesus naik ke Sorga, selain Ia memberikan perintah, Ia juga menjanjikan dua hal penting yaitu Roh Kudus dan damai sejahtera. Kristus mengatakan: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku kuberikan kepadamu, dan apa yang Ku-berikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu. Janganlah gelisah dan gentar hatimu” (Yoh. 14: 27).  

Damai sejahtera dunia ini berbeda dengan damai sejahtera yang diberikan Kristus. Damai sejahtera Kristus adalah suatu damai sejahtera yang tidak dapat dirampas oleh siapapun dan oleh situasi apapaun. Apakah dalam situasi pandemic seperti ini, terkurung dan kekurangan, kita tetap mengalami damai sejahtera? Ataukah kita akan mengatakan: bagaimana mungkin damai sejahtera tidak tergantung pada kesehatan, kecukupan, kekayaan?

Thomas Kempis menlis: “semua orang menginginkan damai ssejahtera, tetapi sangat sedikit orang yang menginginkan hal-hal yang menuju damai sejahtera”. Bagaimana kita mengetahui bahwa kita telah mengalami damai sejahtera Kristus? Bagaimana kita memperolehnya?

 1.    Damai Sejahtera Kristus dianugerahkan kepada orang percaya. (Yer. 16: 5 ; Yoh. 16: 33)

Damai sejahtera Kristus tidak dapat diusahakan, tetapi dianugerahkan Kristus melalui Roh Kudus. Damai sejahtera Kristus dikatakan juga sebagai buah-buah Roh, yaitu sesuatu yang dianugerahkan ketika seseorang percaya kepada Yesus Kristus.

Damai sejahtera Kristus adalah anugerah Kristus, seperti keselamatan. Tidak ada suatu apapun yang dapat dilakukan manusia untuk meraihnya, tetapi sebagaimana keselamatan tidak hanya sekedar diterima, tetapi harus dihidupi, demikian juga dengan damai sejahtera tidak sekedar diterima, tetapi harus dihidupi.

Bagaimana damai sejahtera Kritus itu? Damai sejahtera Kristus adalah hasil dari pengampunan Allah kepada semua manusia yang telah ditebus oleh-Nya. Pengampunan Allah inilah yang menjadi dasar manusia berdamai dengan dirinya sendiri. Dosa yang tidak diampuni dikayu salib, secara hukum tetap membelenggu seseorang dalam keadaan berdosa dan menjadikan seseorang sebagai seteru dengan Allah.  

Demikianlah gambaran orang yang belum mengalami pengampunan Allah akan menjadi seteru Allah. Tidak ada ketenagan bagi orang yang menjadi seteru Allah, bagaikan serdadu yang berada dalam kota yang sedang terkepung oleh pasukan yang lebih besar, demikianlah orang yang belum mengalami pengampunan Allah. Mereka tidak akan pernah tenang siang maupun malam, lama-kelamaan mereka akan menjadi lelah, cemas, kelaparan dan bunuh diri.

Setatus dan kenyataan sebagai orang yang diampuni menjadi sumber damai di dalam hati, yang memampukan seseorag berdamai dengan dirinya sendidiri dan akhirnya berdamai dengan sesamanya.

Bagi orang yang telah menerima damai sejahtera Kristus, akan menjadi aliran sungai damai didalam hatinya, ia akan mampu menilai mana yang kekal dan yang sementara. Pedang, penganiayaan, kekurangan, adalah hal-hal sementara yang tidak dapat menggantikan jaminan kekal didalam dirinya. Rasul Paulus mengatakan: “sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita” (Rom. 818).



2.    Damai sejahtera hanya akan ada dalam kebenaran.

Pontius Pilatus, siapa orang Kristen yang tidak mengenalnya? Hanya dua nama manusia dalam pengakuan Iman Kristen Nicea Constantinopel yang di ikrarkan setiap Minggu yaitu nama Maria dan Pontius Pilatus. Hal ini membuat banyak orang Kristen menjadi cemburu, mengapa tidak ada nama Rasul dalam pengakuan iman Kristen, justru nama Pilatus? Nama Pilatus dimasukkan dalam pengakuan iman sebagai wakil dari pemerintah politik dan wakil dari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Tuhan, dan sebagai bukti sejarah bahwa peristiwa salib adalah peristiwa dunia ini.

Tercatat dalam Injil bahwa Pilatus adalah guberbur di Yudea.  Pilatus adalah wakil kekaisaran Romawi di Galilea yaitu jaman kaisar Tiberius, ia yang memiliki kuasa menghukum mati atau membebaskan, itulah sebabnya mengapa para imam membawa Yesus kepadanya dan memaksa dia menyalibkan-Nya.

Pilatus tahu betul Yesus tidak bersalah, istrinya juga mengingatkannya akan hal itu. Pilatus yang kejam, yang menyembelih orang Galilea dan mencampur darah mereka dengan darah korban (Luk. 13;1,2), ternyata seorang yang tidak berdaya dibawah tekanan para imam. Ia menjatuhi Yesus dengan hukuman mati dan membebaskan Barabas.

Selanjutnya sejarah Pilatus dillaporkan oleh Yosefus (sejarawan Yahudi) dimana Ia terus membuuh para pejuang Yahudi setelah Ia menyalibkan Yesus. Orang Yahudi akhirnya mengajukan protes kepada kaisar Tiberius di Roma. Pilatus akhirnya di ganti oleh Marcellus. Ada berbagai macam versi sejarah bagaimana Pilatus mati, Eusebius melaporkan bahwa ia dipaksa bunuh diri oleh kaisar Gayus (37-41M). Dari data sejarah gereja, Pilatus kembali ke Roma dan hidup di pegunungan, dimasa tuanya ia menjadi seperti orang gila  dimana ia selalu berteiak karena melihat tangannya selalu berdarah, pada akhirnya Pilatus bunuh diri karena hal itu.

Pilatus adalah orang yang menyembunyikan kebenaran, tidak mampu mengambil  keputusan berdasar kebenaran yang diketahuinya, itulah sebabnya ia terus menanggung rasa bersalah sepanjang hidupnya, tidak hidup dalam damai sejahtera dan akhirnya buhuh diri.

Alkitab mengatakan bahwa: “dimana ada kebenaran di situ akan tumbuh damai sejahtera, dan akibat kebenaran ialah ketenangan dan ketentraman untuk selama-lamanya  (Yes. 32: 17).

Apa itu kebenaran? Yesus adalah kebenaran. Damai sejahtera sejati hanya akan ada bagi orang yang mengakui Yesus Kristus sebagai Tuhan dan juru selamat. Selain mengakui Kristus sebagai Tuhan, mereka juga harus mengikuti Dia. Kebenaran mengandung nilai moral dan etika, kebenaran juga adalah fakta. Faktanya Yesus tidak melanggar moral dan faktanya Yesus tidak bersalah, tetapi Pilatus mengingkari fakta tersebut dan menyalibkan-Nya.

Kita dapat berdusata pada orang, tetapi kita tidak dapat berdusata pada diri kita sendiri dan Allah, kita dapat membohongi dan menipu isteri, suami, dan orang lain, tetapi kita tidak dapat membohongi dan menipu diri kita sendiri dan Allah. Hidup dalam kebohongan, penipuan, ketidak benaran, tidak akan pernah memberi damai sejahtera, yang ada hanyalah rasa was-was, kegelisahan, tidak dapat tidur nyenyak, hal ini membuat penyakit mental dan fisik.



3.    Berbuat baik



Kevin Carter, seorang fotografer asal Afrika Selatan. Pada tahun 1994 ia memenengkan Pulitzer Prize untuk foto seorang anak yang sedang diintai oleh burung bangkai di Sudan, dua bulan setelah peristiwa itu, tepatnya 27 Juli 1994, ia bunuh diri dengan cara mengalirkan pipa knalpot mobilnya ke jendela di sisi pengemudi, lalu ia meninggal karena keracunan karbon monoksida. Ia meninggalkan satu catatan yang berbunyi:

Aku sungguh, sungguh menyesal. Rasa sakit telah menimpaku hingga bahagia itu takkan ada lagi…tertekan….tanpa telepon…uang sewa…uang untuk utang…uang!!...aku dihantui oleh ingatan dari pembunuhan dan mayat dan kemarahan dan kesakitan….kelaparan atau anak kecil yang terluka, dari orang gila bersenjata, bahkan polisi, dari eksekutor hukum mati…aku pergi untuk bergabung dengan Ken kalau aku seberuntung itu”.

Apa yang mendorong Kevin bunuh diri disaat ia harus bergembira karena memenangkan Pulitzer? Hal itu dimulai ketika ia diwawancarai oleh wartawan, bagaimana nasib anak perempuan yang difotonya tersebut? Ia menjawab: setelah ini aku akan duduk dibawah pohon dan merokok serta menangis. Beberapa saat setelah penghargaan itu, The St. Petersburg Times menulis tentang Kevin: “pria yang menyesuaikan lensa untuk mengambil bingkai yang tepat dari penderitaannya mungkin juga menjadi pemangsa, seperti burung pemakan bangkai lain di tempat kejadian”.

Terlepas dari berbagai kontrofersi penyebab Kevin bunuh diri, dapat kita simpulkan bahwa, ia mengalami penyesalan mendalam karena satu kesempatan berbuat baik yang tidak dilakukannya.

Alkitab mengatakan kepada kita: “tetapi kemuliaan, kehormatan, dan damai sejahtera akan diperoleh semua orang yang berbuat baik, pertama-tama orang Yahudi, dan juga orang Yunani” (Rom. 2: 10).

Kita bisa saja bersikap seperti imam dan orang Lewi, yang lewat begitu saja ketika mereka melihat seorang yang sekarat di jalan karena mengalami perampokan, kita dapat mengatakan ini bukan bagianku, bagianku adalah ke Bait Suci menyelenggarakan ibadah.  Kita dapat pulang dan pura-pura lupa dengan apa yang baru saja kita lihat. Tetapi Tuhan Yesus memuji pedagang Samaria yang tidak dapat menyangkal hati nuraninya untuk menolong serta menjamin kesembuhan orang tersebut.

Sang pedagang Samaria, mungkin akan pulang dengan sedikit beban bagaimana membayar biaya perawatan orang yang ditolongnya, tetapi ia tetap akan puas, sebab ia telah melakukan sesuatu kebaikan.  

Damai sejahtera hanya akan hadir dalam hati manusia yang mengsyukuri kebaikan Allah yang telah diterimanya dan terus beriktiar untuk berbuat baik seperti yang sudah diterimanya. Rumah tangga yang dipenuhi damai sejahtera adalah rumah tangga yang semua anggotanya selalu berupaya untuk berbuat baik satu dengan yang lain. Gereja akan dipenuhi damai sejahtera, jika semua anggotanya saling berbuat baik, bukan sekedar hadir untuk memuji Tuhan, tetapi menahan tangan mereka untuk saling berbuat baik.

Kiranya damai sejahtera Kristus senantiasa hadir dalam hati kita dimasa-masa sulit ini. Kiranya damai sejahtera Kristus nyata dalam keluarga kita masing-masing. Kiranya Kesehatan dan kecukupan diberikan-Nya kepada kita sekalian untuk melewati kesulitan-kesulitan yang ada saat ini.
























Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Dengan Apa Kan Ku Balas   Kau Allah Yang Setia, Bapa Yang Mulia. Ka...