Sabtu, 09 Mei 2020

Khotbah Minggu 10 mei 2020


Apakah Engkau Mengasihi Aku?
Y0h. 21: 15-19






“Apakah engkau mengasihi Aku” adalah pertanyaan “Kristus yang bangkit kepada Petrus, murid yang dikasihi-Nya yang telah menyangkal diri-Nya”. Begitu banyak tulisan, khotbah dan buku yang diterbitkan untuk membahas batapa pentingnya pertanyaan ini bagi Gereja disepanjang sejarah, pertanyaan ini juga harus menjadi beban bagi kita, “apakah kita mengasihi Kristus”?
Tuhan Yesus tidak menanyakan kepada Petrus ‘apa alasanmu sehingga engkau menyangkal Aku’ tetapi justru bertanya: “Apakah engkau mengasihi Aku”? walau pada akhirnya pertanyaan ini pula yang menghancurkan hati Petrus. Dalam pertanyaan itu Tuhan Yesus menanyakan apakah engkau “apakah engkau mengasihi Aku (agapas me) lebih daripada semua ini (pleon touton)?” Pertanyaan yang tidak main-main. Yesus menuntut Petrus untuk mempunyai komitmen kepada Kristus dan Kerajaan Allah yang lebih besar dari pada komitmen apa pun yang pernah atau akan dibuat oleh mereka. Kasih kepada Allah yang disertai dengan komitmen untuk mengutamakan Allah sebagai yang dikasihi lebih daripada apa pun.
Pertanyaan ini dijawab oleh Petrus dengan jawaban demikian (dengan bahasa Yunani yang dipakai oleh Yohanes): “ya Tuhan (nai, Kyrie), Engkau tahu (su hoida) bahwa aku mengasihi Engkau (hoti philo se).” “Philo se” sebenarnya berarti “aku rekanmu”. Petrus tidak menjawab apakah dia mengasihi Yesus atau tidak, dia menjawab bahwa dia adalah sahabat Yesus. Jawaban yang tidak tajam, sangat ambigu. Seolah Petrus mengatakan bahwa seharusnya dia mengasihi, tetapi juga sekaligus menghindari menjawab kalau dia mengasihi Tuhan. Petrus tidak bisa mengatakan, “aku mengasihimu (egapesa se).” Mengapa tidak? Karena dia jujur. Dia tahu dia tidak sanggup mengasihi Tuhan. Dia berjanji memberikan nyawanya, tetapi yang dia berikan justru mulut yang menyangkal bahwa dia adalah murid dari Yesus dari Nazaret (Yoh. 18:17, 25-27).
Maka Yesus bertanya untuk kedua kalinya, “apakah engkau mengasihi Aku (agapas me)?” Yesus tidak lagi memakai “lebih daripada semua ini (pleon touton)”. Yesus mengurangi tuntutan-Nya bagi komitmen Petrus. Petrus mengatakan hal yang sama dengan jawaban pertamanya, “Engkau tahu (su hoida) bahwa aku rekan-Mu (hoti philo se).
Maka Yesus bertanya untuk ketiga kalinya. Jika pertama Dia bertanya “apakah engkau mengasihi Aku lebih daripada semua ini?” dan kedua Dia menghilangkan “lebih daripada semua ini”, maka kali ketiga Dia tidak lagi memakai kalimat “agapas me”. Dia bertanya, “apakah engkau rekan-Ku (phileis me)?” Pertanyaan yang menghancurkan hati Petrus. Maka Petrus pun menjawab sama persis dengan yang Yesus tanyakan. Dia menjawab, “ya Tuhan (nai, Kyrie), Engkau tahu bahwa aku rekan-Mu (su hoidas hoti philo se). Kesedihan Petrus merupakan kesadaran dirinya, bahwa Ia tidak mampu mengasihi Tuhan yang telah mati baginya, suatu kejujuran akan fakta yang telah ada, bahwa ia yang telah berjanji memberikan nyawanya bagi Yesus, tetapi penyangkalan yang diberikannya.
Apa yang terjadi selanjutnya? Kasih Kristus adalah kasih yang lemah-lembut, kasih yang membimbing menuju kesempurnaan, hingga suatu saat, kasih Petrus yang terbatas itu perlahan-lahan bertumbuh, di ayat 18 Tuhan Yesus mengatakan bahwa Petrus akan sanggup mengasihi Dia. Petrus akan dibawa ke tempat yang menakutkan, bahkan akan mati bagi Yesus. Sesuai dengan janji yang pernah Petrus ucapkan, dia benar-benar mati bagi Yesus Kristus, Tuhan dan Juruselamatnya!

Apakah dampak pertanyaan Yesus “apakah engkau mengasihi Aku” bagi kita saat ini?:

1.        Sebagai jalan rekonsiliasi.
Kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, Tak ada hubungan manusia yang tak mengalami retakkan.  Rekonsiliasi adalah ‘pemulihan hubungan’.
Pada awal ketika manusia jatuh ke dalam dosa, hal yang dilakukan Adam yaitu “bersembunyi” karena ‘malu’. Ada pepatah yang mengatakan “tak ada gading yang tak retak, dapat juga kita katakan, tidak ada hubungan yang tidak menyimpan garis retakkan”. Ada berbagai macam cara menusia mengatasi keretakkan hubungan, tentu ada cara yang benar dan cara melarikan diri seperti yang dilakukan Adam.
Petrus pada awalnya menjadi orang yang dekat dengan Tuhan Yesus, tetapi pada akhinya mengkhianati Dia. Tekanan malu dan kehilangan muka tentu dialami oleh Petrus, bukan saja karena pengkhianatannya, tetapi karena posisinya ketika bersama-sama dengan Yesus, ia adalah murid yg dominan, murid yang menyatakan diri berani, murid yang responsive. Cara Petrus menyelesaikan hubungannya dengan Tuhan, tidak jauh berbeda dengan cara Adam yaitu bersembunyi atau menghindar.
Pertanyaan “apakah engkau mengasihi” adalah pertanyaan rekonsiliasi yang dilakukan Kristus yang bangkit. Kristus yang bangkit tidak membuang Petrus, murid yang telah menyangkal diri-Nya.

Ilustrasi:
KINTSUGI adalah suatu seni yang mengandung filosofi mulia dari Japan. Kint (emas) dan Tsugi (sumbangan),  adalah berdamai dan merangkul kehancuran. Kintsugi adalah tradisi untuk melestarikan benda-benda sejarah yang mahal seperti keramik. Seorang ahli akan menyambung bagian yang retak dari keramik-keramik mahal dan bersejarah dengan cara mencampur resin dan larutan emas, sehingga bekas retakkan yang  rusak direkatkan dengan benda yang lebih mahal dan indah, sehingga retakkan yang pada mulanya adalah kerusakkan, justru dirubah menjadi sesuatu yang indah dan mahal dan setiap retakkan menceritakan suatu kisah sejarah yang mungkin pada awalnya buruk, tetapi dirubah menjadi mahal dan indah.

Pertanyaan “apakah engkau mengasihi Aku” adalah  bentuk rekonsiliasi Kristus yang bangkit, yang merekatkan  dan memulihkan hubungan dengan Petrus, dimana retakkan yang diakibatkan oleh ketakutan dan penghianatan, direkatkan dengan kasih yang murini, sehingga retakkan yang dulunya buruk, justru menjadi tonggak sejarah yang mahal dan indah bagi Petrus untuk sungguh-sungguh mengasihi Kristus yang bangkit, sebagai Tuhan dan juruselamatnya.
Pertanyaan Kristus yang bangkit itu, adalah pertanyaan yang memulihkan, nama dan muka Petrus harus direhabilitasi. Sebelum Yesus ditangkap, Ia telah berdoa bagi para Murid, sebab Iblis akan membinasakan gembala sehingga kawanan akan tercerai berai dan juga Tuhan Yesus memperingatkan Petrus: “Simon, Simon, lihat Iblis telah menuntut untuk menampii kamu seperti gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur. Dan enhkau, jikalau engkau telah insaf, kuatkanlah saudara-sauadaramu” (Luk. 22: 31-32)
            Mengapa harus Petrus yang menyangkal Yesus, dan bukan murid lain? Apakah semua itu adalah kebetulan semata? Tentu bukan! Bukan karena pribadi Petrus semata, tetapi Iblis tahu bagaimana posisi dan pengaruh Petrus bagi kelompok para murid.
            Petrus mengalami dua kejatuhan sekaligus, yang pertama adalah penyangkalan-Nya kepada Yesus dan kedua  karena posisinya ditengah-tengah para murid. Tentu kita tidak berpikir seperti pikiran Katolik Roma yang menganggap Petrus sebagai wakil Yesus Kristus di bumi, bahwa Petrus adalah pemimpin para Rasul. Kita tidak berpikir demikian, Petrus bukan pemimpin para Rasul, tetapi Petrus memiliki pengaruh dan dominan dibanding dengan murid lain. Iblis selalu menyasar persekutuan Kristen, oleh karena itu cara yang efektif adalah menjatuhkan orang yang dominan dalam persekutuan.
            Pertanyaan Yesus, “apakah engkau mengasihi aku, selain memulihkan Petrus secara pribadi, juga  adalah rekonsiliasi kelompok, agar kelompok itu tetap utuh, tidak memandang rendah Petrus dan menerima dia Kembali seperti semula.
            Gereja juga butuh rekonsiliasi kelompok, bagaimana kita saling mengampuni, saling menerima, bahkan para pemimpin gereja tidak luput dari hal yang dilakukkan Petrus, kasih Kristus harus memulihkan kita sekalian agar persekutuan tetap dalam kasih.

2.     Pertanyaan kasih adalah jalan komisi (commission)
Ada seorang bapak kaya raya, ia memiliki perusahaan yang dirintisnya dari bawah ketika ia sendiri masih sangat susah, sekarang perusahaan itu sangat maju dengan pekerja yang sangat banyak. Bapak tersebut memiliki 3 orang anak, yang kesemuanya terlahir sudah dalam keadaan mapan, sehingga membuat anak-anak tersebut tidak memiliki sifat pejuang dan empati kepada sesama. Ketiga anak tersebut sibuk dengan diri mereka masing-masing, dan ketika ibu mereka meninggal dunia, sang bapak menjadi sangat kesepian, ia jarang bertemu anak-anaknya, walau tinggal satu rumah, anak-anaknya hanya bertemu dengannya ketika mereka memerlukan uang.
Sang pengusaha tersebut sangat terhibur dengan pembantunya dan anak laki-laki pembantu tersebut, merekalah yang selalu ada bersama-sama sang bapak, anak laki-laki pembantu tersebut disekolahkan oleh sang bapak dan ia sangat akarab dengan tuannya. Pada akhinya anak pembantu tersebut  menjadi seperti anak sendiri, bahkan dialah yang selalu hadir untuk sang bapak.  
Suatu saat sang bapak mengetahui bahwa ia terkena penyakit yang tidak bisa di sembuhkan, sang pengusaha mengalami dilemma bagaimana kelanjutan perusahaannya, dan karyawan menggantungkan hidup mereka pada perusahaan tersebut. Ia tidak mungkin memberikan perusahaan tersebut dikelola oleh anak-anaknya yang tidak punya tanggung jawab dan kasih.
Pada akhirnya, pilihan sang bapak jatuh pada anak pembantu yang telah dianggapnya sebagai anak sendiri dan juga telah disekolahkannya dengan baik. Bagi sang bapak “kasih” adalah syarat utama bagi orang yang akan mengelolah perusahaannya, sebab bagaimana mungkin seseorang dapat memikirkan nasib karyawan yang begitu banyak jika ia tidak memiliki kasih. Ia tidak mungkin mempercayakan nasib pekerjanya kepada orang yang tidak mengasihi mereka.
Pertanyaan Yesus kepada Petrus “apakah engkau mengasihi Aku” adalah dasar dan syarat utama komisi (penugasan). Bukan kepintaran, bukan fasih lidah, bukan kemapananan yang menjadi sarat seseorang melayani Kristus.  Kristus yang bangkit tidak mungkin akan mempercayakan domba-domba yang dikasihi-Nya, domba yang lemah, kepada orang-orang yang tidak mengasihi mereka dengan sungguh-sungguh.
Kasih akan mencari jalan keluar dari setiap pemasalahan. Kasih bukan perasaan subjective semata, kasih adalah komitmen untuk berkorban bagi yang dikasihi. Kasih adalah sikap memberi diri.

3.     Apakah engkau mengasihi aku adalah jalan damai sejahtera bagi dunia.
Mengapa dunia menjadi rusak? Mengapa rumah tangga menjadi hancur? Mengapa hubungan masyrakat menjadi mengerikan? Mengapa anggota gereja saling sikut? Semua ini disebabkan oleh satu kehilangan didalam diri manusia yaitu: “kasih kepada Allah”. Kasih kepada Allah akan menjadi jalan bagi manusia untuk mengasihi sesamanya.
Pertanyaan Yesus kepada Petrus: apakah egkau mengasihi Aku? Bukan saja sebagai jalan rekonsiliasi (pemulihan hubungan) yang rusak dimasa lalu, tetapi merupakan ‘jalan damai sejahtera’. Damai sejahtera hanya akan hadir dalam hati orang yang dialiri kasih Allah. Damai sejahtera hanya akan hadir didalam keluarga yang saling mengasihi, damai sejahtera hanya akan bertumbuh didalam jemaat yang bersama-sama mengasihi Allah dan bersama saling mengasihi.  
Bangsa-bangsa menghabiskan tenaga dan dana yang begitu besar untuk membuat senjata perang. Satu hulu ledak nuklir yang kecil dapat mengalahkan pembiayaan penginjilan selama 1 tahun di seluruh dunia. Anak kelahiran 90an dapat menyaksikan jutaan jiwa melayang sia-sia diberbagai perang yang terjadi, baik antar bangsa, koloni, maupun perang saudara.
Jika para pemimpin dunia mendengarkan Firman Kristus yang bangkit, “Apakah engkau mengasihi Aku”. Maka semua bangsa-bangsa akan mampu memahami firman:  “kasihilah musuhmu, dan berdoalah bagi orang yang menganiaya kamu”. Maka dapat dibayangkan betapa dunia ini sedang menuju kebaikan dan damai sejahtera. Mengasihi musuh hanya mungkin bagi orang yang dikasihi dan mengasihi Allah.
Marilah kita tarsus bertanya dalam diri kita hari-lepas hari, apakah kita mengasihi Kristus yang telah berkorban bagi kita. Apakah kita menjalani hari dan melakukan segala sesuatu berdasarkan kasih kita kepada-Nya? ingat kata Paulus: dan sekalipun aku membagi-bagikan segala segala sesuatu yang ada padaku, bahkan menyerahkan tubuhku untuk dibakar, tetapi jika aku tidak mempunyai kasi, sedikitpun tidak ada faedahnya bagiku (I Kor. 13: 3)
         

































Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Komentar:

LITURGI IBADAH RAYA MINGGU

    1.    Intoitus: (saat teduh). 2.    Nyanyian Pembuka: Kubersyukur Bapa   Banyak yang Kau perbuat Didalam hidupku Rancanga...